35. Tak tahu ada Euis.💔

76 7 0
                                    

Empat tahun kemudian

Di dalam aula yang luas, dipenuhi banyak karyawan, dihadiri banyak dewan direksi hingga komisaris, di atas panggung Hasan berdiri bersalaman dengan para petinggi perusahaan yang mengucapkan selamat padanya yang telah sah menjadi direktur pemasaran.

Di jajaran depan para hadirin di bawah, di kursi yang ditutup oleh kain silk, ditambah pita besar yang cantik, Flori dengan anggota keluarga lainnya menatap penuh rasa bangga diiringi binar haru di mata. Flori mencengkeram lembut tangan renta ibu mertuanya. Ia tersenyum dan menatap tak kalah bangga. Asih sudah menjadi ibu yang berhasil.

"Makasih, neeng... neng udah buat San-san jadi orang sukses." Asih menitikan airmata sembari mencengkeram dua tangan sang menantu.

"Ibu yang berhasil, buu. Ibu yang lahirin, yang mendidik sampai dewasa."

"Neeng..." Asih terisak pedih. Ia dekap menantunya dengan erat.

"Selamat ya bu Asih. Suksesnya akang itu suksesnya ibu." Flori terpejam meresapi dekapan.

Hasan berkaca-kaca menyaksikan ibu dan istrinya di sana. Bisa ia lihat juga kedua adiknya saling berpelukan.

"Setidaknya kamu mulai setara dengan anak saya," ucap ayah mertua Hasan berdiri tepat disamping.

"Ah? Haha. Iya, pak." Hasan tertawa salah tingkah. Ia mengangguk tegas kala menerima tepukan di bahu.

"Saya bawa kamu ke level ini tidak semata-mata ingin kamu sukses. Kamu bawa nama baik saya, kamu bawa anak saya, kamu orang yang bertanggung jawab akan anak saya." Raffi tersenyum sembari mengulurkan tangan tuk saling menjabat. Senyumannya sangat profesional karena sedang disaksikan banyak orang.

"Iya, pak. Saya sadar, saya tahu. Bapak dan Florenzia yang membuat saya ada di titik ini. Ini semua kembali untuk Florenzia lagi." Hasan setengah menunduk. Ia tak berani bertatap mata.

"Saya titip Flori dengan baik sama kamu."

"Dan saya tidak akan berhenti untuk selalu menagih itu."

"Tidak perlu ditagih, bapak." Hasan menatap ayah mertuanya dengan penuh rasa hormat dan segan. Ayah mertuanya adalah sosok yang memberi banyak pelajaran hidup.

Florenzia yang sedang memeriksa hasil foto suaminya di ponsel dengan Asih seketika terkesiap mendengar namanya dipanggil. Suaminya meminta ia dan Asih tuk menaiki panggung.

Asih mengusap punggung Flori tuk segera naik ke atas panggung. Flori tampak terharu dan sungkan.

"Ayo naik, kak, bu." Hasni mengibas tangan dengan penuh semangat.

"Wa-wait."

"Ayo, bu. Ibu juga dipanggil." Flori berdiri dan mengulurkan tangan pada ibu mertuanya.

"Udah, neng. Neng sendiri aja. Ibu disini. Temenin Hasan disana, yaaa."

Flori sempat bersikukuh. Tapi, mau tak mau, ia harus segera ke panggung tuk memenuhi panggilan suaminya.

"Istri saya, Florenzia. Seperti yang kita bersama ketahui, beliau adalah direktur utama. Istri saya, wanita kebanggaan saya yang tak pernah bosan mendukung, menyemangati, dan mendoakan. Segala jenis dukungan ia kerahkan," ucap Hasan menunggu kedatangan istrinya.

Flori berlenggok centil kala menaiki tangga-tangga menuju panggung. Ia berlagak malu-malu sembari menutup wajah. Faktanya ia memang malu.

Setelah berhasil menaiki panggung, Flori melempar ciuman terbang dari tangan hingga suaminya menggeleng tak percaya. Sontak semua orang bertepuk tangan.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now