36. Sama-sama tertangkap basah

103 9 0
                                    


Kini Flori dan Hasan sudah pindah kembali ke Jakarta. Mereka menjadi pebisnis hebat yang dikenal dengan sepasang suami istri gila kerja. Flori yang sangat suka bekerja tak jarang menjadi perbincangan banyak orang.

Di dalam mobil yang begitu mewah, Flori masih dalam balutan baju tidur. Bedanya, ia sekarang memakai sweater jumbo. Disampingnya ada Hasan yang sudah tampan dengan jas biru tuanya. Florenzia yang sering tiba-tiba tidur membuat Hasan gemas dan ingin terus mengganggu.

Kepala Flori sudah berusaha tegap, namun nyatanya selalu berakhir miring sampai Harus selalu suaminya tahan. Tak jarang Hasan sengaja membiarkan dengan maksud supaya istrinya bangun.

"Yang, bentar lagi nyampe."

"Mmmh." Flori menolak diajak bicara.

"Nanti-nanti, coba pake baju yang lebih tertutup lagi buat sehari-hari," ucap Hasan merengkuh bahu istrinya. Ia beri kecupan manis sisi kening Florenzia.

"Eungh? Maksudnya?"

"Kamu pake celana, tapi pendekan celana dibanding sweater. Harusnya lebih panjang lagi, sayang. Ya, neeng..." jelas Hasan membelai sekaligus mendaratkan kepala istrinya pada bahu.

Cuup

Cup

Cuup

Wanita cantik yang masih ngantuk berat itu tak keberatan kala bibir dan pipinya dicuri banyak kecupan. Suaminya bahkan mencium.

"Nanti abis tanda tangan surat saham, akang mau ke rumah sakit dulu. Temen akang katanya malah makin drop."

"Oh, ya? Really? Parah banget ya? Padahal di rumah sakit bagus." Flori spontan membuka mata. Ia bicara sembari membelai wajah suaminya.

"Jadi penasaran."

"K-kamu mau ik-ut?" timpal Hasan tergagu. Ia ketakutan.

"Nggak. Ngapain? Ga kenal juga." Flori spontan mengedik dan membuang muka. Ia punggungnya ia sandarkan pada sisi dada sang suami.

"Hhuuuft..." Hasan memejamkan mata.

Flori tiba-tiba mengecup bibir suaminya. Tangannya mengalung posesif pada leher itu. Ibu jarinya memijat kedua pipi Hasan dengan manis.

Hasan mendengus membiarkan wajahnya dimainkan bak squishy. Dua sudut bibirnya ditarik ke kanan ke kiri, lalu diberi kecupan bertubi yang penuh tenaga. Katanya istrinya gemas sekali. Hasan sontak bersemu merah.

"Bibir kamu kayak difiller, tauuu. He'em, aku serius," cicit Flori serius, namun tingkahnya seperti bocah.

"Bibirnya gede. Haha. Aku jadi minder sama suami sendiri deeeh," lanjutnya mengerucutkan bibir.

"Hmmm? Minder? Kok, minder? Hahaha. Kamu udah cantik banget kayak gini bisa-bisanya minder."

"Kamu kurang apa? Menurut aku ga ada kurangnya," lanjut Hasan memijat ubun-ubun istrinya dengan kelima jari.

Cuup

Cuup

Hasan tak mau berhenti mendaratkan bibir pada ubun-ubun istrinya. Ia dekap erat istrinya kala berontak. Istrinya yang merengek manja justru membuatnya ingin lebih dari itu. Sopir mereka hanya pura-pura tak tahu saja.

"Aku sebenernya ga punya kekurangan siih."

"Hmm." Hasan menutup mata dalam keadaan bibir masih menekan di sana.

"Kelurangan Florenzia itu satu. Tidak memiliki kekurangan."

"Kelebihannya juga satu. Tidak memiliki kekurangan." Flori sengaja berbicara dengan cadel. Ya, dia selalu manja pada suaminya.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang