37. Anak?

74 11 0
                                    

Di dalam kamar mandi yang serba hitam dan elegan, air dari shower mengguyur dengan volume yang kecil. Di sana terdapat sosok Florenzia sedang berdiri membiarkan rambutnya basah. Perlahan Flori menyisir rambut hitamnya. Dengan mudah helaian rambut tertarik mengikuti kelima jari.

Mendapati banyak helai rambutnya tertarik dengan mudah, Florenzia hanya diam. Dadanya terasa bergemuruh, matanya berkaca-kaca, lalu idakannya mulai hadir. Selama dua bulan ini ia sibuk memikirkan kondisinya yang belum hamil hingga kini. Itulah akar yang membuat ia terkena stres.

"Yaang! Sayaang! Sayaang...." panggil Hasan lembut. Ia memasuki kamar mandi, mendekat pada area shower dimana istrinya berada di dalam sana.

"Aah? I-iyaaa!"

"Kok lam–."

"Jangan masuuuk!!" pekik Flori menahan pintu sekat area shower dengan kuat. Terlihat masih banyak sekali rambut di tangan. Saat ia akan mengunci pintu, Hasan malah menariknya.

"Iiih! Ga denger, yaa!! Jangan mas–!"

Flori yang sedang menghentak kaki dan akan melayangkan pukulan sontak membeku. Suaminya diam tak beralih menatap ke satu titik, yaitu tangannya.

"Ini kenapa?"

"A-aakh!" pekik Flori terseret tubuhnya dikarenakan tangannya ditarik.

"Awww! Iih! Lepassss!" rengek Flori berlagak manja, namun Hasan bisa merasakan ada yang salah.

"Ini? Ini rambutnya kenapa? Ini banyak banget, yang. Kamu kenapa?" runtuh Hasan mendekap pinggang istrinya dengan satu tangan. Satu tangannya lagi mencengkeram pergerakan tangan Flori.

"Iiih! Lepas dulu atuuuh. Ayaaaang!"

"Nggak! Ini kenapa?" tegas Hasan tanpa meninggikan suara.

Suara Hasan yang berat dan tegas itu sangat mendominasi hingga Flori tak bisa berkutik. Ia mendongak menelisik wajah suaminya sembari menahan sedih.

Flori melebarkan senyum. Ia bilang dengan manis kalau ia salah memakai produk hair care sampai-sampai rambutnya menjadi seperti sekarang.

"Yang, kamu tahu? Kamu itu kurusan, yang. Dulu pas baru tiga tahun nikah, kamu sempet berisi. Sempet lama bisa lima puluh dua kilo. Tapi setahunan kemarin, kamu malah kurus drastis. Kurusnya ga wajar." Hasan tak sadar mencengkeram dua lengan istrinya dengan kuat. Ia tak mau Flori menjauh.

Flori mulai tersudut, karena ia sendiri menyadari itu. Hasan tak tahu saja kalau dirinya sering pergi ke rumah temannya yang psikolog untuk konsultasi.

"Kamu yang aneh! Kamu sering banget kerja pake motor. Sering ga dianter sopir juga sekalinya pake mobil. Kamu sering ambil uang dua ratus juta cash. Itu kenapa?!" sembur Flori mendesak menyudutkan suaminya. Suaranya masih suara Florenzia sebagai istri.

"Kan, akang bilang, akang lebih pilih pake motor buat acara-acara tertentu. Terus, uang dua ratus juta aku ambil setiap kamis atau jumat. Itu buat sedekah jumat di jalan, sampe nyampe ke Tangerang sama bekasi juga bagi-bagi uangnya."

"Kan, satu amplop isinya empat ratus ribu." Hasan mulai melerai. Ia tangkup wajah cantik istrinya yang sangat tirus. Tulang pipinya sampai ketara.

"Neng juga bolehin, kan?"

"Ck! Lepasin ah! Ambilin conditioner yang ada di laci lampu." Flori memerintah suaminya.

"Ssuut. Iya, aku ambilin. Jangan marah yaaa." Hasan mengusap ubun-ubun istrinya.

Cuup

Flori terpejam membiarkan bibirnya dikecup, bahkan berlanjut lebih dari itu. Setelah dirasa mulai lama, ia pukul bahu suaminya tuk mengingatkan.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now