5. Pertemuan kedua

165 19 1
                                    

Apa yang orang lakukan di pertengahan malam yang sepi? Bersembunyi di balik selimut, ataukah menonton serial televisi dengan cemilan ringan sebagai teman untuk bersantai? Keduanya mungkin tidak berlaku untuk Panji, laki-laki itu lebih tertarik bermain dengan api pada buku novel erotik yang ia beli tempo hari lalu. Bagi Panji bukan hanya keindahan sastra yang terbentuk di dalamnya, tapi juga keindahan bersegama yang dibentuk oleh seni tulis yang membuatnya lebih bergairah.

Panji tak munafik kalau ia senang dengan dunia liar, ia juga banyak mempelajari bagaimana cara memuaskan perempuan di atas ranjang. Meski hanya teori, baginya lumayan, bisa mengobati masa rutnya dengan cara yang aman. Meski dikatakan demikian, Panji masih mampu membatasi ketertarikan itu sesuai kebutuhan, tidak berlebihan seperti Gumile yang sampai lupa akan waktu.

"Datanglah ke sini sekarang! Tempat ini memiliki banyak koleksi wanita cantik. Body mulusnya tak diragukan lagi," ucap Gumile dalam pesan singkat.

Panji membaca siapa sosok pengirim pesan yang muncul di layar ponsel miliknya. Seperti biasa, Gumile mengajaknya berkunjung ke tempat hiburan malam, tak lain untuk bergerombol dengan para wanita cantik dengan baju khasnya yang kekurangan bahan, atau bersenda gurau dengan para pecandu alkohol. Hanya saja Panji enggan, ia terlalu malas beranjak dari atas kasur yang mengikat dirinya bak sebuah magnet penuh kehangatan. Baginya novel erotik yang ada di genggamannya saat ini, lebih menarik perhatian di malam yang panjang tepat pada sabtu malam ini.

Tring... Pesan kedua muncul kembali. Kali ini berupa sebuah gambar tanpa kata-kata, pun dari sosok yang masih sama, yakni Gumile dan para perempuan malamnya.

Tak ada yang aneh dari jajaran orang yang berkumpul dalam satu foto itu, setiap sudutnya memang menunjukan club malam dengan nuansa remang dengan lampu kelap kelip.

"Tunggu...!" jedanya. Panji terdiam memandangi gambar itu, jika diperhatikan lagi foto itu cukup menarik perhatiannya sekarang. Bukan karena wajah tampan Gumile yang terkesan mencolok dan para gadis antek-anteknya. Tapi ada sosok lain yang tidak sengaja terbawa di balik kerumunan itu.

Sandara. Ya, gadis berbaju putih dengan rok hitam pembawa nampan berisi minuman itu adalah gadis yang ia sewa beberapa minggu yang lalu, pun dengan jumlah nilai uang yang besar. Entah apa rencana alam memberi kabar dengan cara ketidaksengajaan ini. Bukankah lebih jelasnya ini berupa isyarat bahwa Panji harus segera menghampiri gadis itu, orang yang satu bulan ini ia rindukan. Ini adalah kesempatan emas. Jika tidak, ia tak akan tahu kapan kesempatan seperti ini muncul kembali. Toh ia juga perlu menanyakan nomor ponsel sang gadis, setelah akun twitter milik Sandara tiba-tiba tak aktif.

"Tunggu aku, aku ke sana sekarang juga!" balasnya pada pesan Gumile. Kawannya itu hanya menjawab dengan emot ibu jari.

"Engghh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Engghh... Sayang sebentar, kawanku baru saja tiba!" tutur Gumile. Ia menghentikan lumatan bibirnya pada gadis penghibur di hadapannya, kala sosok Panji yang ia tunggu telah tiba di satu balok ruang yang sudah ia pesan.

History Blue (PARK JEONGWOO) by Pupuriri30Where stories live. Discover now