Saat Aku Tak Dapat Berdiri
Tinggal kini
Hanya tersisa pada diriku
Sebilah pena menulis surat itu
Mengatakan pada semesta
Bahwasanya aku tak lama lagi
Menumpang pada dunia
Mungkin kalanya Aku, untuk mengakhiri ini semuaBerulang kali mencoba,
Ribuan rencana digagalkan dengan berbagai taktik cara
Desis merusak diri perlahan
Terngiang bagaikan iringan alunan
Yang membutakan
Dan menyesakkan_______________________________________________
Kusut
Aku,
Diantara puing waktu
Seakan berbisik lirih padaku
"Itu akan selalu menghantuimu, "
Membayangi akan rekan adegan
Yang berjalan di kehidupan
Di selimuti hawa mencekam
Seolah terjerat di labirin
Yang 'Aku' sendiri, tak menemukan setapak jalan
Untuk ku keluar..._______________________________________________
Memupuk Luka
Demi masa sakit ini
Tak kunjung sembuh
Berlanjut mengiris hati
Sakit yang tak berdarah
Menyimpan dendam lama
Berkesinambungan,Perlahan sengsara di penghujung
Tertawa yang menyiratkan senyuman dusta
Seka air mata dan menutupnya
Diakhiri garis senyuman dusta
Dan ketidaksadaran, terhuyung jatuh ke dasar luka_______________________________________________
Jalan Buntu
Terbangun di pagi buta
Sesakkan hati di hantui gelisah
Beku hati dan ego dipikiran
Tertekan batin dan bingung yang diambang meruncingJalan ini mencekam suram
Jangan kan bertanya,
Suaka pun enggan menyapa
Beban dan tangis, kian membebani
Berusaha tegar dan percaya
Jikalau suatu saat akan ada secercah cahaya_______________________________________________
Aku DiBandingkan Dia...
Aku dan Dia
Menyimpang dari belahan kriteria
Dia lihai, cerdas dan cekatan, sedangkan Aku apa adanya
Terlagi orang tuaku, yang selalu membandingkan aku dengannya
Yang selalu mereka puja nan teladani
Sedari dulu, Aku tak pernah memikul rasa pujian
Caci maki dan hinaan menjadi makanan keseharian
Aku dan DiaBagai hidup di dua benua
Tak pernah sama dan selalu dibandingkan
Padahal kami sama hal nya manusia biasa
Yang mengharapkan hidup setara
Tapi manusia bermulut lantam
Berprilaku ba' penjahat
Tak bercermin dia bagaikan apa
Itulah, "Manusia"_______________________________________________
Bisikan
Itu menyakiti ku
Tak pernah senyap dari telingaku
Kata demi kata mereka lontarkan
Penuh hinaaan dan cibiran
"Aku, hanya menunggu. Semuanya sirna dari hadapan"
Namun nyatanya, tak kunjung usai
Dan berkelanjutan, bisikan dan bisikan..._______________________________________________
Aku Tak Lagi Sanggup
Berandai-andai dewasa itu menyenangkan
Pergi kesana kemari, dan memakai sejuntai puluhan busana
Uang melimpah bagaikan pancuran mata air
Berharap diri ini segera dewasaNamun, dunia menunjukkan sisi lain nya...
Yang aku lihat, dunia penuh fana dan kejam
"Aku tak mungkin sanggup, Ayah!"
Tadi diri berbalik, seperti pengecut
Aku ingat, kalau diri bukanlah Putra kecil ayah lagi
Aku bukan anak kecil lagi, pasrah dengan derita
Selain... "Menangis dalam diam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengurai Benang Kusut
PoetryHidup ini penuh pertanyaan. Kesulitan dibumbui dengan keyakinan diri dan bisa beradaptasi. Gagal? bukan berarti sudahi, berakhir skak mat... Bukan! Kesalahan dan kegagalan itu menjadi bekal kita untuk memulai wancana. Kita tak selamanya nyaman bagai...