AFFERO 22 - Heart Problems

9 0 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Faro tidak menyangka, kalau pagi ini ia akan melihat pemandangan langka begitu baru saja menginjakkan kaki di sekolah. Dyezra dan Alka. Kedua sejoli itu tentang asik berbincang di area parkiran sekolah mereka. Entah apa yang keduanya bicarakan di sana, sampai-sampai Dyezra bisa tertawa selebar itu.

Lagipula, siapa yang tidak kenal dengan Alkanu Fardhani? Sejak dulu, sahabat masa kecilnya dan Fero itu memang selalu menjadi anak emas di sekolah. Tampan, berprestasi dengan kepribadian baik. Anak kesayangan para guru pula. Alka juga berasal dari keluarga baik-baik, dan tentunya kaya raya.

"Fero perlu tau soal ini nggak, ya?" Faro menimbang-nimbang dengan ponsel yang sudah berada di genggaman. Netra hitamnya tak juga lepas dari pemandangan Alka dan Dyezra di depan sana. "Gue baru tau kalo Alka ternyata sekolah di sini juga. Bakalan gawat kalo dia sampe tau keberadaan gue."

Namun setelah berpikir keras, Faro akhirnya memilih untuk tidak mengabadikan momen Dyezra yang tengah berbincang asik dengan Alka. Ia berpikir untuk menyelamatkan keberadaannya terlebih dahulu dari jangkauan mata Alka. Karena akan sangat gawat apabila Alka melihat keberadaannya di sini. Apalagi jika sampai tahu kalau ia menggantikan posisi Fero di sekolah ini.

Pemuda yang hari itu sengaja memakai headband hitam di kepalanya tersebut bergegas turun dari atas motor dan pergi meninggalkan area parkiran menuju kelas. Headband itu adalah milik Fero yang ia temukan semalam di kamar kembarannya tersebut. Fero mengatakan agar ia memakainya hari ini karena ada mata pelajaran olahraga, dan Fero suka memakai headband ketika olahraga.

Tidak mengecewakan. Faro sangat puas dengan penampilannya ketika ia menyempatkan diri untuk bercermin di kaca spion tadi. Affarozan Galarzo dengan headband di kepalanya semakin membuat pemuda itu mirip dengan sosok Afferozan Galarzo, sang saudara kembar.

Jujur saja, Faro tidak begitu suka dengan olahraga, tapi bukan berarti ia tidak bisa. Ia menguasai beberapa permainan bola besar seperti basket, sepak bola, dan volly. Ia juga bisa bermain tennis dan bulu tangkis. Ia bisa memainkan semuanya, meski tidak sesempurna para atlet di luar sana.

Namun hal yang paling dibenci Faro dari olahraga adalah ... ia akan berkeringat. Ia benci ketika pakaiannya basah karena keringat. Itu akan sangat panas dan terasa lengket. Itulah kenapa ia membawa peralatan mandi di dalam tasnya. Faro berencana untuk mandi setelah jam pelajaran olahraga selesai nanti.

Tidak apa-apa menggunakan salah satu toilet sekolah untuk keperluan seperti mandi, 'kan?

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"Eh, Ra! Ke mana aja lo?! Jam segini baru nyampe kelas."

Dyezra mendesah malas ketika mendengar sahabatnya yang mulai bertanya-tanya. Ia benar-benar malas menjawab pertanyaan Viona saat ini. Adakah yang bisa mewakilkannya untuk menjawab pertanyaan Viona? Ia akan memberikan contekan jawabannya nanti.

Plak!

"Woy! Ditanyain juga." Viona menepuk punggung Dyezra dengan sedikit keras, hingga membuat gadis itu tersentak.

"Ck! Apaan sih, Vio? Kepo banget lo!" gerutunya sambil mengelus-elus bekas pukulan Viona yang terasa panas di punggungnya. "Gue nggak sengaja ketemu sama Alka tadi, di parkiran. Jadi ya ngobrol bentaran."

Netra Viona langsung membulat sempurna begitu mendengar jawaban Dyezra. "Alka?! Aduhh! Ngapain sih lo ladenin dia? Ntar kalo Fero lihat dan jadi salah paham, gimana? Dia 'kan cemburuan. Dulu lo boncengan dan jalan bareng sama Deon aja dia cemburu. Apalagi ini sama si Alka, anak emasnya para guru di sekolah kita."

Dyezra mengernyit tak suka. "Gue sama dia cuma ngobrolin masalah lomba kemaren, ya. Bukan yang aneh-aneh. Nggak usah berlebihan deh lo," ujarnya sembari mengeluarkan buku tulis dan buku paket dari dalam tas. Mengingat jam pelajaran pertama sebentar lagi akan dimulai. "Lagipula, Fero juga nggak akan tau kalo gaada yang cepu ke dia."

"Iya juga sih, tapi ya tetep aja. Mending lo jangan deket-deket sama Alka, deh. Lagian udah punya Fero, masih aja jelalatan."

Tawa remeh seketika keluar dari bibir Dyezra. Membuat beberapa pasang mata yang berada di kelas XII MIPA-3 jadi mengarah ke arahnya dan Viona. "Emang kenapa kalo gue masih aja jelalatan meskipun udah punya pacar? Lo iri sama gue?"

Viona terdiam, tak mampu menjawab. Ya, ia memang iri dengan kehidupan percintaan sahabatnya itu. Punya pacar yang bucin kayak Fero, disukai Deon anak kelas sebelah. Eh, sekarang si mantan malah ngedeket lagi. Sementara dirinya? Om Harvey saja tidak pernah membaca ataupun membalas pesan-pesannya. Padahal ia ingin sekali dekat dengan duda tampan tersebut.

"Iya, gue iri sama lo. Gue kan juga pengen punya pacar dan dibucinin sama pacar gue," kata Viona dengan dramatisnya. "Om Harvey, tuh! Kapan sih dia sadar kalo ada gue yang tulus sama dia?! Emangnya nggak capek apa terikat masa lalu mulu sama mendiang istrinya? Emangnya dia nggak pengen nikah lagi apa?"

"Kalo soal itu, tanya sendiri sama Om Harvey. Gue mah mana tau. Gue kan bukan cenayang." Dyezra jujur soal ini. Ia benar-benar tidak tahu, karena ia pun tidak sedekat itu dengan Om Harvey.

Lagipula, Harvey Leovin itu terlalu tertutup dan misterius. Terkadang, Arkabima saja harus meneleponnya berkali-kali baru teleponnya diangkat. Karena dering pertama dan kedua bagi Harvey itu tidaklah penting. Dia akan menganggap penting telepon itu jika sudah berbunyi pada dering ketiga. Menarik sekali, bukan?

"Hah ..." Viona menghela napas panjang. "Jadi kangen Om Harvey kan gue. Udah berapa minggu gue nggak ketemu dia?" curhatnya dengan kepala yang sudah diletakkan di atas meja sembari menatap sendu ke arah pintu jendela kelasnya.

"Hampir tiga minggu," sahut Dyezra setelah membuka kalender yang ada di dalam ponsel Viona. "Nggak usah tanya gue tau dari mana. Noh! Lo sendiri yang nyatet tiap tanggal dan momen waktu ketemu sama Om Harvey," lanjutnya sembari menunjukkan isi kalender itu di depan netra sang sahabat.

"Hehe ..."

"Haha hehe, haha hehe."

Viona mengerucutkan bibirnya. "Ya kan tiap momen sama Om Harvey itu langka. Jadi harus gue catat tanggalnya biar nggak lupa dan selalu jadi kenangan."

"Iyain aja dah."



Wkwk, ada-ada aja si Viona emang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wkwk, ada-ada aja si Viona emang. Iyain aja udah, biar cepet.

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang