Kesepakatan

258 33 3
                                    

*konten bersifat kekerasan !!

"Yoo Joonghyuk, tujuan kita sama. Kita hanya mau mensucikan dunia ini dari orang-orang jahat."

Yoo Joonghyuk mengangguk "Benar."

"Karena itu, bekerja sama lah denganku."

.

(Flashback)

Yoo Joonghyuk duduk terdiam dikursinya, menghentikan dirinya yang hendak menulis surat 'cuti satu minggu' pada buku favoritnya begitu mendengar perkataan pria ini. Dokja mengatakan hal semacam ini dengan enteng pada polisi yang sifatnya kejam seperti si maniak Yoo Joonghyuk? Pada kantor tempat kerjanya?

"..Jadi itu alasanmu mendekati polisi-polisi disini dengan dalih berbaik hati membantu, seperti orang tak berdaya?" Sindirnya terkekeh.
Dia benar, Dokja hanya playing victim agar terdapat banyak suara yang mendukungnya tidak jadi terhukum mati.
Dokja menggertakan giginya kesal. Dia agak menunduk sambil menatap Joonghyuk dengan tatapan tajam.
"Yoo Joonghyuk. Jawab aku." Ujarnya tak lagi memanggil dengan sebutan menyebalkan seperti 'Hyuk-ie' atau 'Hyuk-ah' yang dipakai kalau-kalau bergurau akrab.

"Kim Dokja, apa yang kau ketahui tentang tujuan asli ku? Kau tahu pekerjaan ku ini punya peraturan yang tidak bisa dilanggar." Joonghyuk balas menatap tajam. Dengan tatapan-tatapan saling mengintimidasi, mereka layaknya hendak bertarung disaat itu juga, kalau saja Kim Dokja tidak tertawa memecah suasana.

"Kau sampai lupa tujuan utama kita dahulu karna stres berat? Serahkan saja kafe mahal mu itu pada Uriel tanpa perhitungan."

Joonghyuk kebingungan dengan perkataan Dokja. Apa yang dimaksudnya tentang 'tujuan utama kita dahulu'? Dia saja tidak mengingat apapun setelah para 'Penguasa' memungutnya untuk dijinakan, diberikan pekerjaan yang memikul beban pikiran, disiksa mentalnya seperti diikatkan pada kayu kuat yang mencekikan lehernya sampai sekarat rasanya. Eksekutor.

Bukan ada orang lain yang ada dihatinya. Atau tujuan utama yang diingatnya. Hanya pekerjaan yang menggerogoti mental-mentalnya.

"Aku punya kontrak." Katanya keras kepala. Tapi hal itu tidak membuat Dokja patah semangat membujuknya, dia malah menyeringai seperti rubah licik.
"Memangnya apa yang spesial dari kontrak kerjamu?" Dokja mengambil kertas entah dari mana. Kertas itu cukup tebal dan terlipat rapih.

Joonghyuk kebingungan sekali lagi dengan apa yang akan dilakukan Dokja.
"Itu kontrak kerja ku." Geramnya menunjukan aura marah meski wajahnya masih terlihat tenang.
Dokja mengangguk, dia membuka lipatan kertas itu, lalu membacanya dengan lantang seperti membacakan sebuah puisi.

"Pasal nomor 3;
Pihak pertama (Petinggi) akan memberikan kompensasi setimpal pada pihak kedua (Yoo Joonghyuk) tergantung oleh pekerjaan tertentu yang dikerjakan pihak kedua apabila menyetujui syarat berikut,

Astaga panjang sekali." Celetuk Dokja dengan wajah malas.
"Betah sekali kau dipekerjakan seperti ini." Dokja melotot kearah Joonghyuk yang tengah mengangkat bahunya, lalu kembali dengan catatan yang tengah ia tulis.

"Aku tidak hanya membunuh penjahat."

"Berarti kau juga bisa membunuh semua orang disini??"

Joonghyuk mendengus. "Pelankan suaramu."
Bukan bahaya apabila Dokja yang seorang tahanan dibiarkan berkeliaran. Anehnya dia tidak pernah mencoba kabur, malah membantu para polisi dan menjadi akrab dengan mereka entah bagaimana.

Dokja melanjutkan apa yang ia hendak baca. Namun dengan lebih fokus dan membaca dengan tenang sangat serius. Dia berpikir beberapa saat.
Isi kontraknya sederhana. Tidak seberat seperti yang dia bayangkan.

"My Mafia Salvation." Where stories live. Discover now