14. Ga jelas ..

377 32 20
                                    

.
.
.
.

….
…..
Hari ini Eunseok lagi bengong lama banget. Posisinya sekarang lagi berdiri tegak dengan tangannya yang memegang knop pintu dan matanya terus melihat keanehan muka Wonbin yang lagi ada di depannya hari ini. Yang diliatin juga sama, ikut diam dan bingung. Wonbin bengong lihatin Eunseok, Eunseok juga ikut bengong lihatin Wonbin, kita semua juga ikut bengong lihat mereka berdua/?

“Kakak habis berantem?” ternyata alasannya ikut bengong karena lihat wajah semi babak belurnya Eunseok. Eunseok langsung tersadar dari lamunannya.

“Ngga, kok. Masuk dulu, Bin.” Eunseok menitah Wonbin untuk masuk ke kostnya. Tapi ketika masuk, mata Wonbin terus tertuju pada wajah Eunseok. Luka yang ada di pipi Eunseok buat Wonbin terus fokus. Lukanya bahkan masih terlihat basah dan lecet.

“Trus, kenapa?”

“Emm, anu, aku.. ditonjok sih-”

“Siapa yang nonjok kakak? ish, ada - ada aja orang tuh ya.” Wonbin segera menyimpan tas miliknya dan berjalan ke area dapur untuk mengambil baskom berisi air dan kain bersih. Ini kali pertama Eunseok melihat sisi Wonbin yang ga biasa. Semacam ibu-ibu yang ngomel anaknya main pulang pagi, begitu pikirnya.

“Kak, ada es batu ga?” teriak Wonbin dari balik ruangan.

“Ada di kulkas.”

“Ada betad!ne ga?”

“Di kamarku, Bin.”

Eunseok cuma bisa duduk di sofa sambil lihat Wonbin yang bergerak kesana kemari. Jujur, Eunseok bingung harus apa hari ini selain benerin laptopnya Wonbin yang kebetulan lagi lemot banget.

Ga butuh waktu lama, Wonbin sudah bawa semua kebutuhannya dalam sekali pegang. Eunseok sekali lagi hanya bisa diam melihat Wonbin yang kelihatannya agak kerepotan bawa banyak barang, tapi untungnya Wonbin bisa bawa semua itu. Wonbin mendudukkan dirinya di sofa dan menarik pundak Eunseok untuk menghadap dirinya.

“Kalau sakit tahan ya?” Eunseok cuma ngangguk sambil senyum karena Wonbin kelihatan lucu banget di matanya walaupun dengan wajah khas khawatirnya. Ketara bucin.

Wonbin berusaha menyeka luka yang ada di pipi Eunseok perlahan dengan kain yang sudah ia basahi. Sesekali Wonbin minta maaf ketika raut wajah Eunseok saat merengut karena menahan sakit pada pipinya. Setelah dibersihkan, Wonbin coba untuk mengoles lukanya dengan obat merah perlahan lalu dia kompres dengan buntalan es batu yang sudah ia sediakan.

“Tahan kak.” Wonbin bawa tangan Eunseok untuk menahan kompresan di pipinya, sedangkan Wonbin pergi untuk beresin wadah-wadah bekas bersihin luka. Karena terlalu dingin, sesekali Eunseok lepas kompresannya lalu dia pasang lagi ke pipinya, takut nanti diomelin Wonbin.

“Bina, laptopnya ku ambil ya?” setengah berteriak, Eunseok ambil tas Wonbin untuk mengambil laptop. Daripada gabut.

“Kakak udah makan belum?”

“Belum. Bin.” Eunseok langsung menyalakan laptop Wonbin untuk diperbaiki karena kebetulan beberapa hari lalu Wonbin mengeluhkan performa laptopnya yang melambat.

Wonbin yang sedari tadi sibuk dengan bersih-bersih wadah langsung beranjak ke kulkas. Cuma ada telur, sosin dan beberapa mie instan di dalamnya. Tipikal anak kost banget. Tanpa pikir panjang Wonbin langsung memasak dua bungkus mie dan telur karena kebetulan di luar lagi hujan dan dingin banget. Cocok buat makan makanan berkuah.

Eunseok masih fokus benerin laptop Wonbin, tangan kanannya terus menekan beberapa tombol keyboard dengan lihai sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menahan kompresan di pipinya. Karena buntalan kompresnya berisi es batu, wajah Eunseok jadi basah karena lelehan es batu.

Memories (Eunseok x Wonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang