40. Hasan selingkuh

102 8 2
                                    


Florenzia mengurung diri di kamar yang dikhususkan untuk dirinya dengan Hasan. Ia mengerjakan seluruh pekerjaannya seharian ini, sementara suaminya sibuk bertemu dengan banyak tamu. Itu biasanya teman masa kecil Hasan yang ingin bersilaturahim. Sebagian dari mereka biasanya meminjam uang. Hasan biasanya memberi, tidak meminjamkan.

Di dalam kamar yang begitu nyaman dan sederhana, di pojokan kamar, di area belajar, Flori menggeliat sembari membuka headphone. Tiba-tiba saja suaminya datang dan sibuk mencari sesuatu di lemari.

"Nyari apa?" tanya Flori menyandar pada kursi belajar yang sangat nyaman ini.

"Bentar, neng."

"Ditanya!!"

"Nyari baju koko, neeng." Hasan sempat menghentikan pergerakannya di dalam lemari.

"Jawab kalo ditanya tu! Ngerti, ga?!"

"Iya, maaf, neeng. Akang buru-buru."

"Hiks. Hiks. Hiks." Flori melangkah sangat gontai dan limbung menuju Hasan. Lalu dalam sekali gerakan ia mendekap suaminya.

"Neng? Neng kenapa? Hmm?"

"Kemanaa? Ga mauuu. Ga mau berantem kayak giniiii." Flori merengek sembari mengguncang tubuh suaminya. Perlahan mereka ambruk di ujung ranjang. Ya, kamarnya jauh dari kata luas. Pintu lemari sangat pas menyentuh ranjang kala dibuka.

"Hasaaaan... hiks."

"Itu aku nyeritain jaman duluuu. Ngerti ga, sih kamuuu? Masa ga pinter-pinteeer?!" lirihnya bercampur rengekan kesal.

Pria itu menggeliat tuk membenarkan posisinya agar bisa memeluk sang istri. Flori terus bergelanyut merapatkan tubuh. Ia rengkuh punggung istrinya dengan lembut.

Flori menangis tersedu menyesali perbuatannya di masa lalu.

Seperti biasa, Hasan selalu mudah sekali lulu oleh Florenzia. Seperti ada sesuatu pada diri Florenzia yang membuatnya tak bisa berkutik. Terlepas istrinya sangat manja dan mudah marah, dirinya tetap cinta. Ada banyak hal, 99% hal lainnya yang membuat Hasan jatuh cinta.

"Ngapain aku akting lama-lama? Apasih?! Apa coba? Hmm? Aneh, kan? Itu beneran pas duluuu. Jaman duluu. Hiks." Flori mendongak tanpa mau berhenti bergelanyut manja.

"Ssuut. Nanti emak denger."

"Bodoamaaat!" jerit Flori sengaja mengarahkan wajah pada pintu.

Hmppt

Spontan pria itu membekap bibir istrinya. Rumahnya memang sudah bagus, sudah jauh lebih luas, tapi tetap saja tidak seluas itu untuk setiap kamarnya.

"Aargh!!" teriak Hasan spontan melotot karena kesakitan. Telapak tangannya digigit kuat.

"Eneeeng?! Sakiit!"

"Apaa?!!" bentak Flori lebih galak. Flori tidak takut, Flori tahu Asih akan membelanya dibanding Hasan.

"Liat ini bekasnya? Hmm? Dalem ini." Hasan menunjukkan telapak tangannya.

"Daleman mana sama rasa sakit aku dicuekin suami cuma gara-gara salah paham?" sembur Flori dengan nada yang lurus, namun berkecepatan tinggi.

Hasan tak menjawab. Ia sendiri tak tahu harus menjawab apa. Yang ada, istrinya cantik sekali.

"Ck! Kamu emang ngeselin!" geram Flori mendorong dan memukul dada suaminya hingga pria itu terdorong dan nyaris ambruk.

"Aku mau lapor emak! Biar kamu dimarahin!"

"Takut, kan? Kamu takut sama emak? Sama aku enggak!"

"Hei-hei-hei! Heii! Siniii!" bisik Hasan sangat serius berusaha meraih tangan istrinya. Flori sudah berdiri di lantai dan bergegas pergi.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang