Sorry

408 33 5
                                    


Wanita dengan kerudung pashmina itu sibuk mencari tempat duduk yang tidak terlalu ramai, sebelum akhirnya ia menemukan sebuah sudut yang cukup menampung empat sampai lima orang.

"Yuk, Nab." ia menyenggol Nabila, memberitahu gadis kecil itu untuk segera mengikutinya.

Salsa merapikan duduknya, disofa warna abu-abu muda panjang. Berhadapan dengan Nabila, yang kini duduk di sofa dengan warna yang sama, hanya sedikit lebih pendek. Sementara di tengah-tengah mereka, disekat oleh sebuah meja putih dengan tumbuhan hijau diatasnya, yang tinggal di dalam vas kaca sehingga menampakkan akar-akar tumbuhan itu seolah sedang bercengkerama di dalam air.

"Bagus kak tempatnya." ucap Nabila, sembari memandangi ornamen-ornamen di sekelilingnya, yang berkonsep kafe go green di di tengah mall. Sementara Salsa hanya menjawabnya dengan senyum tipis, sambil membolak balik buku menunya.

"Mau minum apa, Nab?" tanya Salsa, matanya masih lekat menatap buku menu.

"Aku mau strawberry smoothies kak."

Salsa lantas memanggil pegawai kafe untuk memesan, menyebutkan strawberry smothies dan matca latte kepada waiter dengan seragam batik itu, sementara Nabila sibuk memotret beberapa titik dari tempatnya.

"Nab, lu betah nggak magang dikantor?" tanya Salsa, sesaat setelah pegawai kafe itu meninggalkan mereka.

Nabila mengangguk yakin. "Iya kak."

"Apa yang bikin betah?"

Nabila diam sejenak, terlihat sedikit berpikir menyiapkan jawaban. "Merasa diterima aja sih kak, sama semua orang."

"Mereka semua baik banget, selalu care sama aku, meskipun aku disuruh-suruh terus." tambahnya, diikuti tawa kecilnya yang renyah.

"Contohnya?"

"Ya semuanya baik. Kak Novia, selalu ngasih tahu Mas Edo, sering banget ngasih aku siomay, hampir tiap hari. Trus kak Paul juga, sering bantuin semua kerjaan aku. Kemarin aku dibantuin bikin laporan spreadsheet sama desain banner."

Wanita berkacamata itu lantas mengangguk, memberi respon ketertarikan pada seluruh keterangan gadis cantik dihadapannya.

"Kak Salsa berarti deket banget dong sama kak Paul?" gadis itu balik bertanya.

"Ya gitu deh, Nab." jawab Salsa asal.

Gadis itu diam sebentar. "Kak Sal pernah suka?"

"Sama Paul?" tanya Salsa tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, yang dibalas anggukan kecil dari Nabila. Membuat tawa wanita itu pecah.

"Nggak lah, Nab. Aib Paul yang gue tahu terlalu banyak." ucap wanita itu, mengakhiri gelak tawanya. "Kenapa, sih? Lu suka, ya?"

Kini bergantian gadis itu yang terkejut dengan tembakan kakak sepupunya itu. "Enggak kok, kak.

"Idih bohong ya, lu? Pipi lu merah tuh." goda Salsa yang membuat gadis itu bingung menutupi wajahnya.

Belum sempat ia menggoda kembali sepupunya itu, Novia datang bersama dengan gadis yang sama mungilnya dengan Nabila.

"Udah lama kalian?" suara lantang wanita batak itu menggelegar di tengah-tengah mereka.
"Baru sepuluh menit." jawab Salsa, yang kini menggeser duduknya, memberikan ruang untuk Novia. Sementara Syarla memilih duduk tepat di samping gadis yang kini pipinya sudah tidak lagi memerah.

Novia mengamati sudut-sudut kafe, yang menurutnya begitu menarik. Hingga pandangannya menangkap seorang wanita yang baru saja memasuki area kafe. Ia mengenakan dress pink muda selutut tanpa lengan, dipadukan dengan heels warna silver membuat penampilannya begitu elegan, serta rambut panjangnya yang tergerai sempurna membuat wanita itu banjir lirikan.

SUNSHINEWhere stories live. Discover now