bab 6 perbincangan yang gue rindukan

272 28 0
                                    

Algahar

Perbincangan di dalam mobil, suasana haru dan sedih mendominasi, cuaca mendung sangat mendukung suasana saat ini.

"Bang, kenapa pake seragam kantor? Katanya mau jadi TNI?" gue sengaja memancing, mengusap punggung bang Jerry pelan.

"Gapapa bang, lawan aja, jangan takut buat pilih apa yang mau Abang pilih, gahar dukung Abang," disituasi kaya gini, gue harus bisa jadi adik yang baik, yang bisa dukung keputusan abang.

"Abang ga bisa har, Abang ga bisa ngelawan ayah. Hilal, Alan pun sama, Abang suka nyakitin hilal, hilal sering jadi pelampiasan Abang, maafin Abang ya hilal, maaf Abang ga bisa jadi Abang yang baik buat hilal sama Alan," tangan bang Jerry gemetar, tangannya mencengkram erat stir mobil, kepalanya ikut disandarkan pada stir dengan tangan sebagai bantalan.

"Bisa bang insyaallah, ada gahar, Abang hebat banget, keren gini pake baju kantor, abang hebat, sini peluk gahar bang,"

Bang Jerry memeluk gue dengan erat, pelukan yang hampir sama seperti pelukan hilal tadi, air mata gue menetes, pertahanan yang gue bangun hancur setelah mendapatkan pelukan dari bang jerr.

"Terimakasih lagi har, makasihhh udah bertahan hidup, makasih untuk semuanyaa," Bang Jerry mengusap kepala belakang gue dengan penuh kasih, gue lemah banget kalo udah diusap kepalanya gini.

"Dan buat hilal, maafin Abang ya, maaf Abang terlalu kacau, dan suka marah marah ke hilal," pelukan bang Jerry terlepas, sekarang pandangannya fokus ke arah hilal, hilal mengangguk.

"Yeeee, main ngagguk aja Lal, marah dikit nape si, minimal hajar mukanya," emosi gue, main dimaafin aja, gue langsung mencengkram kerah baju bang Jerry.

"Nah Lo pegang kek gini, terus Lo tonjok mukanya Lal, apa perlu gue aja yang tonjok nih orang, lu kira gue ga baca chat lu ke hilal gimana hah! Lu kira gue ga denger Lo ditelfon ngomong apa ke hilal, enak aja main nyakitin hati adik gue," kesal gue menatap tajam bang Jerry.

"Dasar ga becus jadi Abang Lo, bisa bisanya hilal bonyok dan Lo diem aja,CK," gue berdecak kesal dan melepas cengkraman dari kerah baju bang Jerry.

"Lain kali kalo dia chat atau ngomong gitu lagi, ngomong sama gue biar gue yang hajar," gue menetap tajam bang Jerry, sementara bang Jerry memutar bola matanya malas, dengan hilal yang tertawa.

"Ga usah ketawa Lo lal, ga ada yang lucu, eh ada si kan gue emang lucu gitu, HAHAHAHAHa," gue menepuk keras bahu bang Jerry sambil tertawa.

"ih geli banget asli dah," bang Jerry membuat raut wajah orang merinding, "PD banget lo, muka kaya pantat sapi gitu lu bilang lucu HAHAHAHA," seketika gue langsung memukul punggung bang Jerry cukup keras, enak aja muka ganteng gue disamain sama pantat sapi.

Hilal hanya bisa tertawa, "ngaca Lo muka Lo kaya kesengat lebah, abis nangis," balas gue.

"Semua orang emang ada masanya, tapi hilal mau di semua masa ada mas gahar," Hilal sangat mendramatis.

"Gue tiba tiba merinding bang, dibelakang kaya ada yang ngomong," ledek gue mendengar perkataan hilal.

"Abang juga tiba tiba ngerasa dingin nih," timpal bang Jerry.

"Ck, apaan si emang tai," hilal langsung memejamkan matanya, karena kesal.

"yeee ngambekan,"

"Lukanya udah diobatin belum Lal?" tanya gue melihat wajah lebam hilal.

"Udah tadi, diobatin sama Ihsan pas lagi jemput hilal,"

Setelah itu bang Jerry mulai melajukan kendaraannya lagi, kembali ke tujuan awal ya mau makan, tak terasa diperjalanan suara adzan Maghrib mulai berkumandang.

Rumah Berteduh Untuk 4 Jagoan Ayah [END]Where stories live. Discover now