9. Benang Takdir

137 16 0
                                    

"Uta..."

Gadis itu menatap balik Yoriichi, dahinya berkerut menyadari bahwa ia merasa asing dengan sosok Pemuda yang memanggil namanya itu.

"Dia temanmu, Tanjirou?" Tanjirou lantas mengangguk. Bocah itu tersenyum dengan semangat sambil mengenalkan siapa saja yang ia bawa. Uta tampak terkekeh pelan melihat tingkah lucu remaja itu.

Michikatsu menatap Yoriichi yang masih tertegun sambil menatap Gadis yang begitu mirip dengan mendiang istri sang adik di masa lalu. Ia menatap adiknya dengan senyum lembut.

"Ah iya, aku belum mengenalkan diri. Aku Takahashi Uta, keluargaku bersama Keluarga Kamado lah yang menjaga Kuil ini secara turun temurun." Uta menatap kelima orang remaja itu. Tatapannya kembali jatuh ke arah Yoriichi, sosok yang terlihat asing dimatanya namun keberadaannya terasa akrab.

"Nona, maaf sebelumnya. Apakah bunga Blue spider Lily memang sudah tumbuh sejak dulu di sini?" Michikatsu memutuskan untuk memulai obrolan. Mereka semua kini duduk di atas Tatami. Sebelumnya Uta juga telah membawakan mereka teh sebelum ikut bergabung di atas Tatami.

Tanjirou memulai. "Sebenarnya, Bunga itu memang sudah tumbuh sejak lama disekitaran rumah kami dulu. Hanya saja, bunga itu selalu merak di siang hari." Michikatsu mengangguk.

"Pantas aja tidak ada iblis yang bisa menemukannya, bahkan Muzan sekalipun." Zenitsu dan Inosuke mengangguk.

"Ketika kami menemukan kuil ini, kami juga menemukan fakta bahwa bunga Blue spider Lily tumbuh di sekitaran kuil karena area kuil yang mendapatkan sinar matahari yang cukup." Lanjut Tanjirou. Yoriichi mengangguk, sepertinya pemuda itu sudah sedikit tenang.

"Ada satu keanehan yang aku sadari dari Iblis bulan atas yang kita lawan beberapa hari lalu." Celetukan Michikatsu membuatnya ditatap oleh seluruh manusia disana.

"Iblis tingkat rendah yang kita lawan masih terbakar oleh matahari, bahkan darahnya akan langsung menguap ketika terkena cahaya. Sedangkan darah iblis bulan atas yang sempat dilukai adikku tidak terbakar oleh cahaya matahari saat itu, meski memang cahaya mataharinya sudah tidak terlalu terlihat karena sudah mulai sore."

"Tunggu, itu artinya-" suara Zenitsu tercekat. Tangannya bahkan sudah gemetar.

Yoriichi menatap matanya, tangannya mengepal erat. Saat matanya terbuka, sorot mata kosong namun menenggelamkan dan dingin itu terlihat. Michikatsu pernah melihatnya sekali, sedangkan Trio Kamaboko dapat merasakan aura yang terasa begitu berat menguar dari tubuh Yoriichi.

Hanya satu kata yang menggambarkan Yoriichi saat ini.

Mengerikan.

"Mereka kebal terhadap sinar matahari, dan itu adalah bencana besar bagi manusia." Uta menatap kelima orang itu bergantian. Dia sedikit paham apa yang mereka maksud karena gadis itu sempat membaca buku sejarah yang diberikan oleh Ubuyashiki Kiriya, anak dari Ubuyashiki Kagaya dimasa lalu.

"Ano, berarti ada kemungkinan Iblis bulan atas itu mustahil untuk dikalahkan?" Zenitsu menatap mereka dengan tatapan kalut. Yoriichi menghela napas.

"Ya dan Tidak. Kemungkinan besar akan ada pertarungan yang lebih besar dari sebelumnya. Kalian harus bersiap untuk itu."

...

"Yoriichi-san." Yoriichi tersentak kaget, lalu menoleh kepada Uta yang membawakannya sepiring dango. Yoriichi berterima kasih sejenak, tatapannya kembali menerawang ke depan.

Ia kira hidupnya akan tenang. Terlebih kakaknya sekarang telah bersamanya. Namun takdir ternyata tidak membiarkan dirinya tenang sedikitpun. Dan sekarang ia dipertemukan dengan reinkarnasi dari istrinya di kehidupan terdahulu. Entah Yoriichi harus tertawa atau menangis, takdir terlalu sering bermain dengannya.

"Yoriichi-san." Yoriichi menoleh, menatap gadis yang kini duduk tidak jauh darinya. Gadis itu menoleh lalu tersenyum ke arahnya.

"Aku merasa pernah sangat dekat denganmu sebelumnya. Namun ada rasa sesak yang tidak aku mengerti. Aku juga pernah melihat wajahmu dalam mimpiku." Uta menatap salju yang mulai turun. Matanya berbinar ketika menyadari itu adalah salju pertama.

Yoriichi juga melakukan hal yang sama.

Uta tampak gembira, berbeda dengan kepribadian tenang yang ia lihat tadi.

"Yoriichi-san, lihat! Salju pertama sudah turun!" Yoriichi tersenyum. Ia juga melihat sang kakak dan Trio kamaboko yang tampak gembira menyambut salju pertama.

Diam-diam Yoriichi berbisik dalam hatinya, mengharapkan keajaiban menghampiri mereka suatu hari nanti.

'Ku harap, tawa mereka tidak akan pernah hilang. Aku benar-benar berdoa, semoga kali ini kami bisa mengatasi masalah ini sekali lagi.'

Halohaaaa
Guys, maaf aku baru bisa Up sekarang. Sebenarnya aku lumayan nggak yakin untuk up karena merasa alurnya mulai kemana-mana. Semoga kalian bisa tetap menikmati cerita ini ya, maaf sekali lagi kalau istilah yang kupakai salah. Aku mohon koreksimya di kolom komentar ya. Terima kasih bagi teman-teman yang sudah setia menunggu✨

Salam hangat

San

Hello Again, Brother Where stories live. Discover now