AFFERO 27 - New Facts Revealed

14 1 0
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Perpustakaan kota di tempat tinggal Dyezra terletak tepat di depan alun-alun. Bangunan dua lantai dengan cat warna putih itu menghadap ke arah di mana matahari biasa tenggelam. Halaman luas dengan pagar hitam setinggi 3 meter mengeliling bangunan tersebut. Untuk sampai ke sana, hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit jika mengendarai motor.

Rak-rak buku ditata sedemikian rupa hingga berbentuk seperti labirin dalam ruangan. Ada banyak buku yang bisa ditemukan di sini. Entah itu buku fiksi maupun non-fiksi. Buku-buku berbahasa Inggris juga bisa kamu temukan di sini. Ada juga beberapa buku bacaan berat yang sangat cocok untuk mengasah otak.

Di sanalah Narega berada. Diantara rak buku-buku psikologi dan ilmu kedokteran. Dengan kacamata bening dipangkal hidung, dan satu buku bacaan di tangan. Laki-laki dewasa itu tampak serius membaca, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Menunggu, itulah yang Narega lakukan.

Sudah sekitar 10 menit lamanya ia menunggu kedatangan Dyezra dan juga Diorza. Entah ke mana kedua adik sepupunya itu pergi. Padahal ia yakin kalau saat ini pasti sudah jam pulang sekolah. Tidak mungkin juga kalau Dyezra lupa dengan pesannya, 'kan?

"Bang!"

Narega spontan menoleh ke sumber suara, dan mendapati dua orang yang ditunggu-tunggu tengah berjalan ke arahnya sembari melambaikan tangan.

"Jahat banget lo! Kenapa nggak bilang-bilang kalo ke London?!" cerocos Dyezra setelah sampai di depan sang abang sepupu. Bahkan gadis itu sudah mengambil tempat duduk di depan Narega. Diikuti oleh Diorza yang memilih duduk di samping sang kakak perempuan.

Cengiran lebar terbit di bibir Narega Harsa Wijaya. "Ya maaf, Abang emang nggak sempat ngabarin karena keberangkatannya juga mendadak waktu itu. Lagian Abang kira kamu udah dikasih tau Diorza kalo Abang pergi ke London. Nggak dikasih tau emang?"

"ENGGAK!" Dyezra menyangkal dengan cepat. "Aku nggak dikasih tau sama sekali!"

"Kakak nggak nanya," sahut Diorza dengan watadosnya. Lagi-lagi kalimat itu yang digunakan oleh Diorza sebagai pembelaan.

"Ck! Meskipun gue nggak nanya, harusnya lo tetap ngasih tau gue, dong!" sungut gadis dengan gaya rambut diikat ponytail itu kesal.

Narega tertawa melihat perdebatan kecil yang terjadi diantara kedua adik sepupunya. Bahkan laki-laki itu juga sampai menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah, berhenti berdebat. Ada banyak peristiwa menarik yang mau Abang ceritain sama kalian selama di London, tapi sebelum itu ... ada hal penting yang mau Abang bahas dan tanyain sama kalian."

Dyezra dan Diorza saling pandang penuh tanda tanya. "Apa itu?" tanya Diorza mewakili rasa penasaran mereka berdua.

"Sebelumnya kalian udah tau belum kalau Fero ternyata punya saudara kembar?"

Diorza dan Dyezra spontan menggeleng secara bersamaan.

Narega menghela napas dan memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. "Sudah Abang duga."

"Emang Fero beneran punya kembaran?" tanya Dyezra. "Kok gue bisa nggak tau, ya? Fero juga nggak pernah cerita kalau dia punya saudara kembar."

Diorza mengangguk, menyetujui pernyataan yang diungkapkan oleh sang kakak. "Iya, Bang Fero juga nggak pernah cerita soal ini ke gue. Malah gue kira dia anak tunggal."

"Wajar kalo Fero nggak cerita, karena saudara kembarnya itu tidak ada di Indonesia, melainkan di luar negeri. Fero juga bukan anak tunggal. Selain fakta bahwa dia punya kembaran, Fero juga adalah anak tengah. Dia punya seorang kakak laki-laki yang seumuran sama Abang yang saat ini juga tengah berada di luar negeri untuk mengurus cabang perusahaan Keluarga Galarzo yang lain."

Penjelasan Narega benar-benar membuat Dyezra tidak bisa berkata-kata karena terlalu terkejut akan fakta yang baru ia ketahui. Gadis itu jadi dibuat agak kecewa karena ternyata Fero belum terbuka sepenuhnya pada dirinya. Padahal 3 tahun sudah ia lewati bersama pemuda itu. Dari sahabat hingga menjadi kekasih.

"Abang tau dari mana?" tanya Dyezra kemudian setelah berhasil mengendalikan suasana hatinya.

"Di kantor, saat di London. Perusahaan tempat Abang kerja itu menjalin kerja sama dengan salah satu cabang perusahaan Keluarga Galarzo di London dalam pembuatan proyek yang lagi Abang kerjain. Nah, Abang tau fakta itu dari orang-orang mereka."

Diorza mengangguk-angguk tanda mengerti. "Lalu? Kira-kira apa motif Bang Fero nyembunyiin fakta ini?"

Narega menggeleng tanda tak setuju dengan kalimat tanya yang baru saja Diorza lontarkan. "Abang kurang setuju dengan kalimat kamu, Orza. Menurut Abang, Fero nggak pernah ada niat buat menyembunyikan fakta itu. Karena seperti yang kamu bilang tadi, kitanya nggak nanya. Jadi untuk apa dia cerita?"

Dyezra spontan melemparkan tatapan sinisnya pada Narega yang kini tertawa puas akan kalimat bernada mengejeknya barusan. "Gue emang nggak pernah nanya! Terus kenapa? Nggak peduli juga," ujar Dyezra acuh tak acuh. "Mau dia punya kembaran, kek. Punya Kakak laki-laki, kek. Kan nggak ada hubungannya sama gue, Bang."

Narega terkekeh. Laki-laki itu mendaratkan telapak tangannya pada puncak kepala Dyezra. "Abang nyampein ini, karena Abang pikir kalian harus tau. Terutama kamu, Dyezra." Senyum teduh terukir di bibir Narega. "Kamu kan pacarnya Fero. Masa ngakunya pacar tapi nggak tau apapun soal keluarga pacarnya sendiri, sih."

Bibir Dyezra maju beberapa senti, tidak terima dengan perkataan Narega. Akan tetapi, perkataan sang kakak sepupu memang ada benarnya juga. Selama ini, ia memang tidak pernah mencari tahu apapun soal keluarga Fero. Karena ia pikir, itu tidak perlu. Mengingat ia yang hanya sebatas sahabat dan kekasih pemuda itu. Berkenalan dengan kedua orang tua pemuda itu saja sudah cukup baginya untuk sekarang.

"Justru karena itu, Bang. Gue cuma pacarnya, dan gue rasa gue nggak perlu nyari tau lebih dalam soal Keluarga Fero. Karena belum tentu juga mereka bakalan nerima gue dengan baik selayaknya bagian keluarga mereka sendiri."

Dyezra berbicara jujur dari lubuk hati yang terdalam kali ini. Gadis itu jadi teringat saat pertama kali Fero membawanya ke rumah pemuda itu dan memperkenalkannya pada Tuan serta Nyonya Galarzo.

"Kenalin Ma, Pa. Ini Dyezra, sahabat sekaligus cewek yang Fero suka."

Ingin rasanya Dyezra memukul kepala Fero waktu itu karena berkata seenak jidat di depan kedua orang tuanya. Apakah pemuda itu tidak malu berkata demikian?

Namun yang membekas untuk Dyezra sampai sekarang, adalah ekspresi wajah sang kepala keluarga setelahnya. Walau sekilas, tapi ia melihatnya dengan jelas.

Seringai remeh dan tatapan nyalang yang ditujukan untuknya.



Kalian bisa nebak nggak? Kenapa Papanya Fero kayak yang nggak suka banget sama Dyezra? Bahkan sejak awal pertemuan mereka, pada saat Fero membawa Dyezra ke rumah dan memperkenalkan gadis itu pada kedua orang tuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalian bisa nebak nggak? Kenapa Papanya Fero kayak yang nggak suka banget sama Dyezra? Bahkan sejak awal pertemuan mereka, pada saat Fero membawa Dyezra ke rumah dan memperkenalkan gadis itu pada kedua orang tuanya.

Jawab pertanyaan di atas pada kolom komentar, ya^^

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Where stories live. Discover now