Bab XLVI

36.8K 2.1K 38
                                    

Saat aku terpuruk, yang paling aku butuhkan adalah dukungan kalian

Begitupun dengan Abang.

***

"Ayah." Qila mendekap leher Akbar yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah. "Main yuk."

Akbar tersenyum dan mencium pipi Qila. "Main apa? Obatnya udah diminum?"

Anggukan kecil dari Qila membuat Akbar mengelus kepala putrinya lembut. "Besok Qila kan tampil jadi malam ini gak boleh kecapekan."

"Seru deh kalau malam ini kita main kembang api." Qila menggerakkan kepalanya manja di pipi Akbar. "Pengen nyalain kembang api di taman belakang."

"Hm?"

"Boleh yaa? Janji abis main kembang api belajar."

Mendengar hal tersebut lantas membuat Akbar tersenyum sedih. "Ayah gak minta Qila buat belajar."

"Oh iya ya." Qila terkekeh. "Habisnya dulu kalau mau apa-apa harus ada janji gitu, hehe maaf ya kebiasaan."

"Ayah yang minta maaf." Akbar menggenggam tangan Qila yang memeluk lehernya. "Mau main sekarang?"

"Iya!"

"Jangan kemalaman ya, Qila harus tidur cepat biar besok badannya gak terlalu lelah."

Cup. "Yeay makasih Ayah!" Akbar terkejut karena Qila tiba-tiba mencium pipinya. "Sini pipi yang satunya lagi Qila cium."

Akbar terkekeh dengan senang hati mempersilahkan pipi sebelah kirinya dicium.

"Jangan lupa pakai jaket udara malam ini dingin."

"Oke!" Qila memekik senang. "Besok aku tampil pake dress putih lho ayah."

"Oh ya? Dress putih bunda?"

"Iya, kata Bi Iyem aku cantik kalau pake dress putih itu."

"Anak ayah memang selalu cantik pakai baju apapun."

Qila tertawa senang karena mendapat pujian dari Akbar. Dia lantas segera beranjak menuju kamar Daniel dan Saka untuk mengajak mereka berdua bermain kembang api selagi Akbar menitah Theo untuk membelikan pesanannya.

"Jangan lari-larian Qila! Kamu bisa jatoh nanti." Akbar mengingatkan sambil menatap kepergian Qila dengan khawatir.

"Ay-ay capten!" Belum ada semenit dari balasan tersebut, Qila hampir saja jatuh akibat tersandung kakinya sendiri.

"Dasar anak itu," gumam Akbar seorang diri. "Cerobohnya tak bisa hilang, mirip seperti bundanya."

...

"WAHHHH."

Daniel menguap seiring dengan pekikan ceria yang Qila lontarkan sedari tadi. Ia membungkus tubuhnya dan mengeratkan jaket, sungguh, malam ini dingin sekali.

"Ngide banget dingin gini maenan kembang api," ujar Daniel masih menguap. "Brrr jaket lo pake yang bener nanti masuk angin!" Tangan Daniel gemas menarik Qila yang sedang tertawa riang melihat Saka datang dengan tangan penuh kembang api serta petasan kecil.

"Ayo nyalain! Nyalain cepet, Ka."

"Sabar." Saka hanya tersenyum tipis, membawa tubuhnya mendekat hingga mengapit Qila ditengah dirinya dan Daniel.

"Ayah sini!" Tangan Qila melambai meminta Akbar mendekat. "Nah buat lingkaran gini."

"Ayah lihat dari sana aja sambil videoin kalian."

Paradise (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang