02 - Pangeran Sekolah katanya...

2K 217 4
                                    

Setelah kemarin ia begitu kesal atas pertemuannya dengan Eros, berbanding terbalik dengan hari ini. Nera bersiul gembira setelah memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Motor yang selalu dirinya pakai adalah pemberian dari kakaknya, bukan kakak kandung, mereka adalah dua anak jalanan yang memutuskan hidup bersama. Sampai akhirnya Shira, pemuda yang sebelas tahun lebih tua dari Nera, memutuskan masuk ke sebuah kelompok yang Nera tidak diberitahu namanya, yang jelas, kelompok itu bisa memberi Shira cukup uang untuk bisa membelikan Nera sebuah motor KLX warna hitam sebagai hadiah perpisahan dua tahun lalu. Kabar Shira tak lagi pernah ia dapatkan sejak hari itu.

Mood nya sedang baik, karena tadi pagi, ia dapat sebuah paket tanpa nama pengirim berisi ponsel. Nara mengira itu pasti dari Shira. Memang, siapa lagi orang ber-uang yang peduli dengan dirinya selain Shira. Soal nama pengirim yang tidak dicantumkan, mungkin itu cara Shira melindungi Nera, yang entah dari apa itu. Yang jelas, sekarang ia punya ponsel mahal!

Langkah Nera yang akan turun dari motor terhenti saat mendengar suara deru motor, dua motor sport hitam dan putih memasuki arena parkir beriringan. Mereka parkir di samping Nera yang memang masih kosong. Tampak wajah dua pemuda yang belum pernah ia lihat sebelumnya setelah helm full face itu dibuka.

Dengan fitur wajah yang mereka miliki, tidak mungkin Nera tidak tahu siapa mereka, kecuali kalau memang murid baru. Area parkir masih sepi, karena sekarang masih 30 menit sebelum bel masuk. Nera lantas turun dari motor dan melangkah menuju kelasnya.

Ia tidak mau merusak mood dengan memaki dua pemuda itu yang secara terang-terangan menatap dirinya. Nera melewati setiap kelas dengan santai, mengabaikan hal-hal di sekitarnya. Ini salah satu sekolah negeri terbaik di kota ini, yang menjadi wajah sang Perdana Menteri, meski begitu, dengan latar belakang pemerintahan yang bobrok dan kota yang dipenuhi orang-orang tidak baik. Jadilah sekolah ini juga terkena imbasnya, bahkan banyak guru yang mengundurkan diri karena telah menyerah.

Tapi hari ini, mereka dihebohkan oleh kedatangan dua murid baru, yang terlihat sangat menjanjikan. Bagaimana tidak? Sejak menginjakkan kaki di sekolah saja, sangat terlihat yang mana pangeran dan yang mana rakyat jelata. Ini bukan hanya tentang visual mereka, tapi yang sangat terlihat jelas adalah attitude layaknya seorang bangsawan, yang didukung oleh visual tentu saja.

Mereka masuk tahun ke-3, satu Tingkat di atas Nera. Senyum kepala sekolah tak luntur sepanjang jalan menuju ruangannya setelah mengantar kedua murid baru itu, bahkan ketika berpapasan dengan Nera yang berpenampilan urakan dan ketahuan bolos, Pak Kepala sekolah hanya mengusap kepala Nera yang sudah bersiap dengean seribu alasan, dan berlalu meninggalkan Nera yang terheran-heran.

"Itu Pak Anwar kesambet apaan dah?" Bingung Nera

"Abis mancing di curug kali" Timpal Tara, teman sebangku Nera yang muncul entah dari mana. Sebelah tangannya memegang chiki, sementara yang satu asik menyuap ke mulutnya.

"Kantin yok" Ajak Nera sambil menyeret tangan Tara

"Tck! Sesat lo! Ngajak bolos mulu" Maki Tara tapi tetap mengikuti langkah temannya

"Halah! Lo juga mau kali"

Sesampainya di kantin, Nera dan Tara memesan nasi ayam sayur dan es teh. Mereka kemudian berjalan menuju meja kosong dan menunggu pesanan mereka. Tak lama, mamang kantin datang membawa nampan berisi pesanan mereka, beserta satu piring kecil sambal legend yang katanya sangat pedas itu. Dengan mata berbinar, Nera memasukkan empat sendok sambal dalam piringnya.

"Yang bener aja lo cil, kalo lo sampe mencret, gue ngakak paling kenceng" Julid Tara dengan muka tidak santai.

"Ga bakal lah Ta! Gue nggak selemah itu" Jawab Nera tanpa mengalihkan pandangan dari hidangan di depannya.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang