08. Oct, 2019

94 75 10
                                    

Suara putus-putus microfon dan riuh beberapa penonton yang baru masuk turut mengisi kebisinngan di dalam gedung pentas. Acara live music sore hari ini adalah penutup festival yang sudah di selenggerakan pihak sekolah selama tiga hari berturut-turut.

Apresiasi pada pemenang pertandingan juga sudah dilaksanakan secara simbolis.

Laurena dan Lia tepat duduk di tengah-tengah vanue yang besar itu, sedangkan Felix pergi bersama teman mereka yang lain.

"Lo ga ngisi penutup acara Lau?" Tanya Lia yang sedang melihat deretan komentar di Istagramnya.

"Engga, ini cuma buat pertunjukan nyanyi."

Mic menyala, dan seseorang menyambut para penonton yang sudah berhadir, "terimakasih! Kini saksikan beberapa penampilan dari band dan solois kita!"

Tepuk tangan disertai sorakan memeriahkan suasana. Beberapa band dari sekolah mereka menyanyikan lagu-lagu terkenal masa itu.

Seru sekali keadaan saat ini, bahkan tidak bisa di deskripsikan. Lagu-lagu pop, rock, hingga galau di nyanyikan.

Lia mengabadikan keseruan itu dengan melakukan siaran langsung di Istagram.
Laurena menikmati sambil merekam beberapa lagu kesukaannya.

Lalu, beberapa orang naik kepanggung dengan membawa alat musik seperti gitar, keyboard piano dan semacamnya.

Tapi siapa mereka tak terlalu jelas dilihat karena lampu sorot dimatikan.

Sepersekian detik berikutnya cahaya dari lampu sorot memperjelas mereka. Sepertinya ini band terbaru? Karena cukup banyak yang bertanya-tanya dan berbisik.

Laurena juga tidak tau persis tentang band-band sekolah mereka, karena terlalu banyak.

Vokalis band itu maju beberapa langkah mendekati mic dan melihat sekeliling ke arah penonton.

Tunggu- bukankah itu si pemain volley dengan nomor punggung delapan? Sejak kapan dia punya band?

"Hah?" Ujar Laurena refleks.

Lia berbisik, "gue baru tau dia punya band."

Orang-orang terdengar gelisah saat tahu siapa sang vokalis utama,"waduh, gawat dia nyanyi," , "Tolong ketikin surat wasiat gue di Whatsup."

Kedua wanita itu bingung apa yang terjadi dengan mereka memilih untuk tetap tenang di tengah beberapa penonton yang panik dan gelisah.

"Akan ada dua lagu sore ini. Jadi dengarkan baik-baik," Ucap sang sub-vokalis.

"Lagu ini dinyanyikan untuk perempuan yang sedang berulang tahun hari ini," Sub-vokalis itu menoleh ke arah sampingnya dan seolah mengisyaratkan sang vokalis utama untuk bersuara.

Sang vokalis utama, Arvyn Dirgantara,
"selamat ulang tahun, Ren."

Laurena bingung, apakah yang mereka maksud adalah dirinya atau perempuan lain?

"Lau, dia ngomong sama lo ga sih?" Tanya Lia yang terheran.

"Kayanya ada yang ulang tahun juga? Oh! Pacarnya kali." Bisiknya, karena tidak ada yang pernah memanggilnya dengan sebutan 'Ren' sebelumnya membuat dia menyimpulkan itu.

"Bisa jadi."

Sebuah instrumen dinyanyikan, terdengar sedikit asing. Nampak semua sudah berekspresi pasrah.

Vokalis utama itu mulai bernyanyi sambil memainkan gitar elektrik yang di gantung di bahunya.

"HARI INI! WOH! HARI YANG KAU TUNGGU."
"BERTAMBAH SATU TAHUN, USIAMU."

PAST MEMORIES : LAURENA THE MAESTROOnde histórias criam vida. Descubra agora