Back To December

10 0 0
                                    

Desember

Bulan istimewa bagi banyak orang di seluruh dunia.

Saat perayaan, ramai, dan kegembiraan. Desember, saat cuaca lebih dingin, siang lebih pendek, dan malam lebih panjang.

Banyak yang merasakan kegembiraan di bulan ini, merayakan berbagai hal dengan keluarga, teman, orang terkasih. Tertawa bergembira di sepanjang perayaan. Namun, tak sedikit juga yang merasa sebaliknya.

Kesepian, bagi mereka yang kurang beruntung. Bagi mereka yang harus merayakan musim liburan sendirian. Bagi perantau yang jauh dari rumah. Bagi mereka yang harus mengabdi pada tugas mereka.

Bagi Rinka sendiri, Desember adalah salah satu bulan yang dinanti-nanti olehnya.

Natal, kue jahe, tukar kado, tahun baru, berdiam di bawah kotatsu sembari menikmati beberapa jeruk, matahari pertama di tahun baru, kunjungan pertama ke kuil, menyantap osechi bersama keluarga, bermain hanetsuki.

Dan tentu saja ... ulang  tahun sahabatnya.

Ya, setidaknya dulu begitu.

Rasanya yang terakhir harus ia coret, dan lupakan. Pasca renggang hubungan antara keduanya.

Pasalnya, sejak pertengkaran mereka dua tahun silam, keduanya tak kunjung menemukan titik tengah untuk memperbaiki hubungan keduanya.

Entah ego yang memisahkan, rasa tak enak, atau takut akan adanya penolakan dari pihak lain ketika yang satunya mencoba kembali mendekati.

Rinka juga tidak mau ambil pusing.

Ia sudah bertekad, bahwa ia akan mulai berfokus dan serius dengan kegemarannya di bidang seluncur indah. Ia sudah menemukan dunianya.

Dan ia tak akan membiarkan siapa pun menghalangi langkahnya.

Ia menghela napas panjang, memerhatikan napasnya yang keluar sebagai embun. Kagoshima sudah semakin dingin, dan ia kembali pulang untuk merayakan tahun baru bersama keluarga mendiang ayahnya.

Ia kini tengah berjalan, baru saja kembali dari supermarket di sekitar area perumahannya, dengan tas belanja kecil yang ia jinjing.

Ia terus berjalan santai, tak memerdulikan sekitar. Hanya fokus pada musik pelan yang diputar melalui headphonenya. Sampai sebuah suara menyadarkannya.

Sial. Rasanya ia cukup familier dengan suara itu.

Dengan kaku, ia pun perlahan berbalik.

"Bibi, halo."

Rinka tersenyum canggung, dalam hatinya meringis. Entah sebuah keberuntungan, atau kesialan.

Bahwa ia dapat bertemu dengan ibu dari sahabatnya itu.

"Sudah lama ya. Kapan kamu kembali?"

"Beberapa hari yang lalu. Bibi dan kakak bagaimana?"

"Kami berdua sehat kok, Kamu sendiri? Sudah lama tidak melihat kamu dan Hyoma bersama. Tokyo menyenangkan, ya?"

Rinka hanya bisa tersenyum kecil di sepanjang percakapan keduanya. Ia tidak ingin terlihat kasar, apalagi kepada orang yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

Tapi rasanya ia sangat ingin menyudahi percakapan ini.

Mungkin sebaiknya sejak awal ia begitu saja. Karena kalimat yang ia dengar selanjutnya membuatnya benar-benar tak bisa menolak.

"Mau mampir sebentar?"


New Year's Eve ✣ Chigiri Hyoma x OCWhere stories live. Discover now