Part 3

1.6K 145 3
                                    

Mansion Harlan Natio....

"Good morning mama, papa...muach" sapa Zee yang langsung mengecup pipi kedua orang tuanya itu.

"Morning juga sayang, gimana tidurnya nyenyak?" Tanya Shani dengan lembut

"Nyenyak dong mah, mama cantik tidurnya nyenyak gak? Kalau enggak Zee pengen hukum papa nih"

"Eh papa diem aja loh dari tadi, masih aja kena. Heran" protes Gracio

"Hahaha....papa itu adalah tempatnya salah" jawab Zee di iringi gelak tawa dari Shani.

"Iissh enak aja"

"Oh ya boy, gimana sekolah kamu? Oke?" Lanjut Gracio

"Oke banget pah, siswa sana juga pada baik banget. Zee juga udah ada teman loh pah, mah"

"Oh ya, siapa nak? Hebat banget sih anak papa"

"Ada pah, namanya Aldo, Oniel, Gito sama Lubi pah. Mereka anak basket gitu, Zee kan keren jadi gampang dapat temennya" ucap Zee dengan percaya diri.

"Hush gak boleh jumawa gitu dong sayang" ingat Shani dan Zee pun hanya terkekeh

"Maaf mah"

Yaudah mau bareng papa aja gak?"

"Enggak deh pah, Zee mau bawa motor aja"

"Kenapa gak bawa mobil aja sih Zee?" Tanya Shani

"Malas mah, gak bisa sat set kalau mobil...hehe"

Setelah itu Zee pun berpamitan pada kedua orang tuanya, "Zee sekolah dulu ya mah, pah, kalian semangat kerjanya. Love you"

Tiba disekolah Zee kembali menjadi sorotan, wajah tampannya itu seakan memiliki daya tarik bagi setiap yang melihatnya.

"Zeee...." Teriak seseorang dari arah lapangan

"Sini Zee main dulu" ajak orang itu ketika Zee menoleh kearahnya

"Enggak deh do, ntar keringetan masih pagi juga takut gak fokus" jawab Zee

"Eh Zee, lu bisa main basket gak?" Tanya Gito

"Bisa, tapi gak jago"

"Gimana kalau lo ikut tim basket kita aja Zee"

"Nah betul tuh Zee, ikut aja lah yuk" Lubi

"Emm...lihat ntar deh lagian gue juga kan masih anak baru jadi belum kefikiran sih"

"Yaudah nanti kalau lu udah mau langsung kabari gue ya Zee" ucap Aldo dan Zee pun mengangguk sebagai jawaban

"Udah yuk kekelas aja, capek gue" ujar Oniel dan disetujui oleh mereka semua.

Tingg ... Tingg.....

Suara bel berbunyi, seketika semua murid yang tadinya fokus belajar kini langsung menutup buku mereka dan bergegas berlarian keluar kelas. Ternyata jam istirahat telah dimulai, Zee dkk pun kini berjalan menuju ke kantin.

"Wahduh nih kantin emang gak bisa telat dikit aja ya. Langsung penuh bjir, ini kita duduk dimana woe?" Gerutu Lubi

Mereka masih menengok kesana kesini, hingga mata Aldo menangkap satu kursi yang sepertinya muat untuk mereka ber-5.

"Guys kita gabung disana aja yuk, mejanya panjang itu kayaknya muat buat kita juga" Aldo seraya menunjuk bangku paling pojok

"Yaelah, pantes mau disana orang ada bebebnya" Oniel yang melihat adanya Ashel kakak kelas mereka

"Halah, lagian pada penuh cuy, cuma disana yang panjang mejanya" elak Aldo

"Ya ya ya, lu pada mau pesen apa biar gue pesen sekalian" Lubi

"Emm, Lu boleh titip nasgor sama es jeruk ga?" Zee

"Boleh Zee, terus lo pada apa?"

"Samain aja deh sama Zee" Gito dan disetujui yang lainnya.

Pov Anzee...

Kami pun kini menghampiri meja kak Ashel dkk.

"Hai kak, boleh gabung gak ya kak, soalnya meja lain pada penuh" ucap Aldo

Aku melihat dia lagi, wajah yang selalu kelihatan datar, mata yang selalu tajam kala menatap dia adalah kak Chika. Dia melihat kami, oh tidak lebih tepatnya dia hanya melirik kami lalu kembali fokus kemakanan yang ada didepannya.

"Gila, ini mah bukan lagi kulkas 10 pintu, tapi udah 10000 pintu. Yang baru di buka sedikit pintunya udah langsung beku" ucap Zee dalam hati.

"Hai kak Chika" sapa Oniel tapi tetap saja di cueki sama manusia es satu ini.

"Zee kamu itu pindahan dari mana sih?" Tanya Olla

"Dih, kamu kamu tumben lo? Gak usah sok cakep deh La" ledek Ashel

"Eh Shel diem deh sirik aja lo" Olla tak mau kalah

"Udah ya kak jangan berantem, gue pindahan dari Bali kak" jawab Zee

"Oh, kenapa pindah ke sini?"

"Olla lo kepo banget sumpah" Jessi

"Tau lo La, pake acara wawancara lo disini" Ashel

"Kalian nih diem dulu napa sih, ngikut aja orang ngomong" kesal Olla

"Kita gak ditanya-tanya juga nih kak Olla?" Goda Aldo

"Dahlah semua aja jawab hayo, gue tungguin" ucap Olla berhasil membuat kami tertawa, yah kecuali manusia kulkas itu

"Ekhem, hai kak Chika, kok diem aja kak" tanya ku berusaha menarik perhatiannya dari makanan dia, lebih tepatnya ingin ditatap oleh bidadari itu. Namun nyatanya aku lagi-lagi dicueki sama kak Chika.

Setelah makanan kami tiba, kami pun langsung menyantapnya, obrolan masih terjadi tapi itu antara teman-teman ku saja. Aku menganggapi sesekali itupun jika mereka bertanya padaku. Sesaat suasana nampak hening, sampai dering handphone seseorang bergetar cukup kuat membuat semua atensi mengarah padanya.

Drrt...drrttt...

"Ya halo" jawab wanita cantik itu

"...."

"Apa? Dimana sekarang?" Tanyanya dengan wajah yang sangat cemas.

Ada apa dengan gadis kulkas ini? Kenapa cemas sekali kelihatannya?

"Kenapa Chik?" Tanya kak Jessi begitu kak Chika mematikan panggilannya.

"Gue duluan" begitulah jawaban dari kak Chika, lalu dia berlari cukup tergesa bisa ku pastikan ada sesuatu yang terjadi. Dan yang lebih anehnya, perasaan ku ikut cemas karenanya.

Hah! Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi padanya~ setidaknya itulah yang kuharapkan.

Pov Chika....

Disaat sedang makan bersama teman-temanku, eh malah datang para cowok gak jelas ikutan duduk di meja kami. Kesal sekali karena mereka selalu mengoceh, sampai akhirnya ada sebuah telepon di Hp ku. Kulihat siapa orang yang menghubungi ku itu, ternyata dia adalah guru Paud-nya Indira.

Betapa cemasnya aku ketika guru itu bilang, Indira terjatuh dari atas pohon. Tanpa banyak berfikir lagi aku langsung berlari meninggalkan area kantin, bahkan Jessi bertanya pun aku tak sempat lagi untuk menjawab. Aku berlari meminta izin terlebih dahulu pada guru piket sekolahku, untungnya mereka menerima alasanku dan memberikan ku izin untuk pulang duluan.

Aku bergegas hingga tibalah aku di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari sekolah Indira.

"Sus, pasien anak atas nama Indira Khaula Alendra dimana ya sus?" Tanya ku pada suster yang berjaga.

"Oh pasien yang jatuh dari pohon ya dek?"

"Iya sus dimana?"

"Ada dikamar anggrek no 23 dek"

"Oke, makasih sus"

Setelah berhasil mendapatkan informasi kamar Indira, aku kembali berlari untuk menghampiri anak itu.

Braak...

Huh hah huh hah....!

Nafas ku terengah-engah karena sejak tadi aku berlarian seperti orang gila.

"Dira...."

SISI LAIN YESSICA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang