Curahan Hati (6)

83 19 18
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


Keluarga Kwon sedang melaksanakan makan malam seperti biasanya. Dengan urutan yang sudah dijalani sama seperti sebelum Nyonya Besar Kwon alias ibu dari Dong Hyuk dan Jiyong masih hidup. Di ujung meja ada Tuan Besar Kwon Young Hwan, sisi kirinya si sulung Kwon Dong Hyuk yang kini berusia 27 tahun dan sebelah kanan Tuan Besar ada anak keduanya, Kwon Jiyong yang sudah berusia 22 tahun.

Mereka makan dengan hening dan anggun layaknya menunjukan seberapa berkelasnya keluarga Kwon. Hanya bunyi dentingan alat makan yang kadang saling beradu pelan satu sama lainnya di atas piring atau mangkuk. Ini juga sudah menjadi bagian dari keluarga Kwon untuk makan tanpa bicara.

Maka selang setengah jam usai makan dan tersisa hidangan penutup, barulah Tuan Besar Kwon membuka pembicaraan.

"Hyuk-ah, bagaimana keadaan di kampus?"

"Semua berjalan lancar, Appa. Kau tak perlu khawatir," jawab putra sulungnya.

Sang ayah mengangguk puas, "Lalu, bagaimana tentang jabatan yang aku berikan padamu?"

"Aku akan coba jalani jika urusan di kampus tidak banyak. Ini hanya sampai Jiyong siap untuk bisa memegang posisinya," jelas Dong Hyuk melirik sang adik yang hanya melihat pada piring pudingnya.

Sang ayah kemudian melihat anak keduanya penuh minat.

"Kau sendiri bagaimana dengan kuliahmu?"

"Baik, Appa," jawab Jiyong kemudian melihat ayahnya dengan wajah datarnya.

"Kuharap kau bisa secepatnya menyelesaikan kuliahmu di sini dan segera menempati posisi Genaral Manager di perusahaan Appa," ujar Kwon Young Hwan.

Jiyong tidak memberi jawaban apapun bahkan reaksi apapun. Dia sempat melihat sang kakak yang kemudian kembali menatap pudingnya. Dong Hyuk sekiranya menebak apa yang ada dipikiran adiknya. Minatnya untuk menjadi GM di perusahaan besar ayahnya belum ditunjukan oleh Jiyong. Adiknya pulang ke Korea pun bukan kehendak Jiyong. Dia masih ingin belajar seni di sana.

"Mengenai pembicaraan kita sebelumnya. Appa sudah bicarakan dengan Tuan Choi Tae Ju mengenai perjodohanmu dengan putri tunggalnya," ucap sang ayah.

Namun, Dong Hyuk menyela, "Appa, Jiyong masih muda. Apa setidaknya biarkan dia menjalani apa yang ingin dia lakukan?"

"Justru karena aku telah memikirkan hal itu, maka kami putuskan untuk bertunangan lebih dulu," ucap sang ayah.

Dong Hyuk segera menatap adiknya yang diam saja tak beri tanggapan. Namun, matanya turun pada tangan Jiyong yang terkepal di atas meja dengan raut wajah yang mengeras. Hanya Dong Hyuk yang mengetahui itu dengan jelas.

"Appa ...," Dong Hyuk berusaha untuk menyela lagi ucapan sang ayah, namun Kwon Young Hwan lebih dulu berucap.

"Kami juga sudah tentukan tanggalnya dan kalian akan bertunangan dua minggu lagi," ucap ayahnya membuat kedua putranya terkejut.

Jiyong tidak menyahut apapun dan hanya menatap ayahnya. "Appa, aku ke kamar dulu. Ada tugas yang perlu kuselesaikan," pamit Jiyong yang langsung berdiri dan membungkuk kecil pada ayahnya.

Dong Hyuk perhatikan ada raut kecewa di wajah adiknya karena pembahasan tentang perjodohan yang sudah diatur sejak sebelum Jiyong kembali ke Korea. Sang adik bahkan tidak bisa menolak meski dia ingin. Jiyong akan pendam sendiri walau hatinya yang luka.

The Unpredictable Love [End]Where stories live. Discover now