Bintang yang berumur pendek, biasanya memiliki cahaya yang paling terang
*
"Mudah-mudahan lo mati ditabrak mobil, amin..."
"Edo di mana kamu?"
"Lo jangan pernah injak rumah gue lagi ya!"
"Mati lo anjing!"
Edo mempercepat laju motornya kala suara-suara itu kembali memenuhi kepalanya, membuat sesak dadanya yang tertutup jaket tebal. Malam setelah hujan dan jalanan yang basah tak menyurutkan niat Edo untuk melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Bahkan bila dia harus mati malam ini, Edo tidak peduli. Yang dia inginkan hanya kepala yang tenang dan berharap angin jalanan mampu menerbangkan seluruh isi pikirannya yang berantakan.
Harus berapa lama lagi Edo menerima umpatan-umpatan kematian itu?
Harus berapa lama lagi Edo pura-pura tersenyum saat menerima segala sumpah serapah itu?
Edo hanya manusia biasa, yang bisa merasakan lelah dan mempunyai tenaga yang terbatas.
"Di mana, Yan?" sapa Edo pertama kali saat Rian mengangkat panggilannya dari seberang sana.
"Tempat biasa, Nezoko. Lo jadi nyusul? Bukannya takut ke Nezoko?" Rian menyahut tak jelas karena suaranya teredam oleh suara keras musik club yang mereka sebut dengan Nezoko.
"Malam ini gue gak takut tempat manapun. Bahkan neraka pun gue gak takut."
Terdengar Rian berdecih mengejek, "Lagak lo sok iya anjing. Yaudah sini, bills on Riga."
*
Dhara menatap lama room chat yang di atasnya tertulis nama koor gila. Menimbang-nimbang haruskah dia menghubungi Edo untuk mengucapkan terima kasih?
"Tapi gengsi ah, ntar dia gede kepala lagi. Tadi kan udah gue ucapin terima kasih." Perempuan itu tanpa sadar berbicara sendirian di tengah kamar yang temaram.
"Kalo gue gak lupa," sambungnya. Mengingat kembali kejadian siang tadi di mall tempat mereka bertemu dengan mama Dhara dan selingkuhannya.
Bila mengingat itu, Dhara kembali dibuat malu dan kesal. Setengah malu, setengah lagi kesal. Malu karena Edo melihat dirinya menangis karena keluarga yang berantakan dan kesal karena lagi-lagi Edo manusia pertama yang tahu masalah keluarganya.
Mengapa hidupnya dipenuhi dengan Edo mulu?
Dhara harus mencari alasan untuk menghubungi Edo terlebih dahulu, dia tak mau Edo merasa menang karena Dhara telah masuk ke dalam perangkap.
Dhara memutar kursi belajarnya, mencari ide alasan yang tepat agar tak terlihat memberi lampu kuning pada Edo. Setelah matanya tak sengaja menatap jaket hitam yang tergantung di depan lemari, Dhara tersenyum lebar. Beranjak cepat dari kursi dan menarik jaket Edo dari lemari.
[Dhara]
Jaket lo
Dhara meringis kesal saat melihat pesan yang dia kirimkan ke Edo. Apa maksudnya dengan pesan 'jaket lo' doang itu? Seperti orang bodoh saja.
Dhara kemudian kembali mengirimkan sebuah pesan.
[Dhara]
Besok gue pulangin
Tapi jangan sampe anak kampus tau
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Caution number #2
RomansaBerisi peringatan-peringatan panjang untuk kamu yang berniat mendekati Edo. Caution number 1: Jangan mau diantar pulang Edo Caution number 2: Jangan jatuh cinta sama Edo Caution number 3: Jangan ngejar Edo Caution number 4: Jangan dengerin lagu Pen...
