5. Nightmare

932 155 40
                                    

Sejenak, netra setajam elang itu tampak kebingungan menatap sekitar. Berdiam diri lama untuk mengamati lingkungan putih yang ada di sekitarnya. Galaksi akhirnya sedikit menoleh ketika mendengar pegerakan dari arah belakang. Bisa ia lihat, dirinya yang lain kini berdiri di belakangnya.

Menatap dirinya sendiri saja sudah sangat aneh, apalagi melihat tatapan tajam yang terselip sedikit rasa putus asa di dalamnya. Kening Galaksi mengernyit, ia tidak percaya sosok di depannya adalah dirinya, karena ia tidak pernah menampilkan raut semacam itu sebelumnya.

Dengan kening mengerut dalam, bagian bawah mata yang tampak hitam memerah mengerikan, seolah berada dalam keputusasaan ekstrim. Galaksi meneguk salivanya, entah mengapa ia merasa sedikit kasihan dengan sosok itu.

Sosok yang sedari tadi menatap tajam itu kini melakukan sedikit pergerakan. Tiba-tiba penglihatannya meredup dan ketika ia kembali bisa melihat, ia sudah berada di tempat lain. Kali ini di ruang tamu Mansion nya. Namun situasi kali ini justru semakin di luar akalnya.

Bisa ia lihat seluruh anggota keluarganya berkumpul, juga ada beberapa saudara jauh Dirgantara. Dan yang aneh, ada Floxy --pemimpin pengawal yang biasanya bertugas di bawah kendali Tuan besar Dirgantara untuk mengawasi perusahaan. Pria itu adalah tangan kanan Tuan besar Dirgantara, yang mana mantan agen intelijen terbaik serta prajurit dengan kemahiran strategi dan bertarung.

Beralih ke sisi lain, Galaksi bisa melihat istrinya, Aura yang sesenggukan di sofa lain dengan kakak iparnya.

Belum sempat mencerna keadaan yang ada. Penglihatannya berkedip sekali lagi, dan kini ia beralih ke suatu tempat yang agak gelap dan berbau debu.

Brakk

Pintu di belakangnya didobrak paksa yang membuat Galaksi menoleh hanya untuk menemukan sosok dirinya yang lain berlari tunggang langgang ke dalam ruangan gelap. Merasa penasaran, netra tajam Galaksi mengikuti pergerakan yang dilakukan sosok itu.

Ruangan yang semula hening itu kini ramai, dan Galaksi mengenal mereka semua, bahkan ada Antariksa dan Angkasa. Raungan kepedihan itu membuat Galaksi kembali mengalihkan atensinya pada sosok lain dirinya, yang kini berjongkok di depan sosok kecil telungkup di pojok ruangan.

Ketika sosok lain dirinya itu membalik tubuh kecil itu, Galaksi mematung tidak bisa bergerak. Ia hanya memperhatikan ketika sosok lain dirinya menggoyangkan tubuh kecil di tangannya dengan brutal. Tapi sosok kecil itu tetap tidak sadar.

Galaksi mengenal sosok di tangan dirinya yang lain. Itu putranya, bungsunya, Apin. Anak itu terpejam erat dengan tenang, saking tenangnya sampai Galaksi tidak bisa melihat gerakan di dadanya. Tunggu--

---dada.

Dada anak itu memiliki lubang kecil yang terus menerus mengeluarkan cairan merah, itu tepat di daerah rawan tempat organ sekepalan tangan bersemayam.

Galaksi tercekat, napasnya tampak tidak beraturan. Tidak mungkin, apa yang terjadi pada anak itu? Siapa, siapa yang melakukan hal keji itu padanya? Anak itu berlumuran darah, dengan cairan merah yang juga turut mengalir dari dalam mulut, hidung dan telinganya.

Seluruh tubuhnya berlumuran darah, baju putih yang amat ia kenali itu kini berubah warna. Raungan dirinya yang lain terdengar sangat keras, ruangan itu berisik namun Galaksi tidak bisa mendengar apapun.

"Gal!"

Kelopak mata yang berkedut tidak nyaman itu terbuka dalam sekejap mata. Galaksi menatap sosok yang sangat dekat dengannya, itu istrinya Aura. Pria itu mengerjap beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya yang tampak familiar. Ini ruang santai.

Hari ini Galaksi bangun lebih pagi dari biasanya. Sambil menunggu sarapan disajikan, ia meminum kopi di ruang santai, namun karena mengantuk ia secara tidak sengaja malah tertidur, dan bermimpi.

A Human; AvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang