AFFERO 34 - A Very Fatal Mistakes

52 33 68
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari demi hari berjalan dengan penuh tantangan bagi Affaro yang tengah menyamar menjadi sang saudara kembar, Affero. Harus dia akui, menjadi Fero tidaklah mudah. Ia yang terbiasa melakukan sesuatu dengan santai dan tidak tergesa-gesa, jadi harus melakukan hal sebaliknya. Fero adalah sosok yang ceria dan cenderung blak-blakan. Saudara kembarnya itu juga tidak ragu untuk tebar pesona dan merespon dengan ramah para fansnya. Bahkan ia baru tahu kalau Fero memiliki banyak penggemar–terutama perempuan–meskipun sudah mempunyai pacar.

"Kak Fero! Boleh minta nomor WA-nya nggak?"

Lihatkan? Menjadi Fero benar-benar merepotkan.

Faro menghela napasnya dan menyunggingkan senyum ramah–walau sedikit dipaksakan–saat untuk kesekian kali ada yang menghentikan langkahnya dan meminta nomor ponselnya. "Maaf, ya. Gue nggak mau bikin Dyezra marah kalo gue kasih nomor gue sama lo, Dek."

Mendengar nama Dyezra disebut, Faro bisa melihat siswi yang merupakan adik kelasnya ini langsung bergidik ngeri dan mengurungkan niatnya.

"Ah, iya! Aku lupa kalau ada Kak Dyezra! Maaf ya, Kak. Karena udah ganggu waktunya. Aku pamit dulu!" pekik adik kelas tersebut sembari ngibrit pergi. Meninggalkan Faro yang terdiam di tempat dengan berbagai pertanyaan yang terlintas di otaknya.

Apakah Dyezra memang seseram itu jika sedang marah?

Faro menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melangkahkan kaki menuju kelas. Dengan kedua tangan di saku celana, siulan kecil dari bibir, dan penampilan rapi bak foto model untuk majalah remaja, membuat sosok Affarozan Galarzo tampak bersinar dengan pesonanya sendiri.

Sejauh ini, Faro sama sekali belum melihat Dyezra dan yang lainnya. Biasanya Viona dan Mira yang paling berisik karena adu pendapat, atau Deon yang masih mencoba untuk mencuri perhatian Dyezra dan Fikri yang suka memanas-manasi keadaan. Diorza yang selalu terlihat cuek, dan Nindi yang tidak tahu harus bagaimana.

Mengingat tingkah random dari teman-teman Fero itu terkadang membuat ia iri. Ia juga ingin berteman dengan mereka. Ia ingin mereka juga tahu kalau ada Faro di sini, bukan hanya Fero.

"Hmm, bukankah itu mereka?" Faro memicingkan netranya saat melihat Dyezra dkk berdiri di ujung koridor sembari melihat ke arah lapangan. Akan tetapi anehnya, Dyezra tampak menangis sembari menahan amarahnya di pelukan Viona yang juga terlihat emosi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Faro pun segera menolehkan kepalanya ke arah lapangan, dan saat itu juga ... si bungsu Galarzo itu dibuat terdiam.

Ada tontonan yang tidak seharusnya terjadi di sana.

Pembullyan.

Seorang gadis yang tidak ia kenal tampak dihakimi oleh teman-teman sekolahnya yang lain. Masalahnya, itu terasa tidak adil. Karena satu lawan dua puluh? Hei! Itu benar-benar tidak adil!

Kenapa juga Dyezra dan yang lainnya hanya diam saja saat melihat pembullyan di depan mereka? Bukankah mereka adalah orang-orang yang paling menjunjung tinggi perdamaian? Lantas kenapa mereka hanya diam saja saat gadis itu dibully, diolok-diolok, dan dihakimi seperti itu?!

Tanpa sadar, kedua tangan si bungsu Galarzo itu mengepal kuat. Dengan tegas dan tanpa ragu, Faro berjalan ke arah keramaian tersebut dan berdiri tempat di samping gadis yang menjadi bahan bullyan mereka.

"Hentikan! Lo pada nggak malu kalo main keroyokan gini, hah?!"

Berpasang-pasang mata di sana menatap Faro tak percaya. Terlebih sosok Margaretta Anetta–korban pembullyan tersebut.

Yups! Sosok yang dibully itu adalah Aretta. Rival Dyezra yang juga pernah terlibat saat insiden penculikan Dyezra di Zenius Camp waktu itu. Faro tidak tahu-menahu tentang fakta ini, jadi apa yang dilakukan pemuda itu sekarang, benar-benar akan berakibat fatal.

"AFFEROZAN GALARZO!"

Faro menoleh ke arah Viona yang menatap murka ke arahnya.

"KENAPA LO MALAH NOLONGIN DIA, HAH?! DIA ITU UDAH-"

"Cukup, Viona! Apapun itu alasannya. Nggak seharusnya kalian main keroyokan begini. Satu lawan dua puluh? Cih! Benar-benar pengecut." Faro berkata sembari bersedekap. Jangan lupakan wajah datar tapi menyebalkannya itu.

Si bungsu Galarzo itu lantas berjongkok dan melingkarkan lengan Aretta pada lehernya, ia membantu Aretta berdiri. "Gue kecewa sama lo semua," ucap Faro sembari menatap ke arah Deon, Fikri, Nindi, Mira, Viona, dan terutama Dyezra. Sebelum pergi dan membawa Aretta yang masih dalam rangkulannya menuju UKS sekolah.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

"HAHAHA! KALIAN LIHAT ITU?! SI FERO UDAH NGGAK WARAS!" pekik Viona yang masih tak percaya dengan peristiwa yang baru saja terjadi di depannya. "Ayo, Ra! Lebih baik kita pergi dari sini! Nggak usah lo nangisin pacar lo yang lebih belain nenek sihir itu!"

Masih dengan amarah yang menggebu-gebu, Viona akhirnya menarik Dyezra pergi dari area lapangan. Meninggalkan Nindi, Mira, Fikri, dan Deon berempat di sana. Keempat orang itu juga masih tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.

"Si Fero keknya beneran gila," gumam Mira sembari memijit pelipisnya.

Fikri mengangguk setuju. "Dia udah nyiptain perang besar tanpa dia sadari."

"Tapi ada yang aneh ..."

Ketiganya spontan menatap ke arah Deon yang baru saja menyahut dan menggantung ucapannya. "Kenapa Fero seolah nggak kenal sama Aretta, ya?" Deon menatap satu per satu mata sahabatnya. "Coba kalian pikir. Logikanya, Fero nggak akan bertindak kayak gitu karena dia tau siapa Aretta, 'kan?"

"Simpelnya gini. Fero tadi emang baru aja dateng, otomatis dia nggak lihat kejadian sebelumnya. Di mana Aretta nyari masalah lagi sama Dyezra dan menyalahkan Dyezra atas apa yang terjadi sama kehidupannya sekarang. Perusahaan orang tua bangkrut, dijauhin temen-temen, jadi dibully sama orang-orang yang dulu sering dia bully. Fero nggak tau kalo Aretta menyalahkan Dyezra atas semua itu, 'kan?"

Fikri, Nindi, dan Mira saling pandang. Lantas mengangguk serempak.

"Nah. Dia juga nggak tau kenapa ada beberapa siswa-siswi yang kebetulan ada di lokasi kejadian ikut menyanggah tuduhan Aretta, dan kebetulan mereka ini juga ada di pihak Dyezra. Makanya tadi dia bilang kalau kita main keroyokan. Yang janggal di sini, Fero tadi bersikap seolah dia menyelamatkan korban bully, bukannya Aretta. Dia bersikap seolah dia nggak tau kalo Aretta adalah orang yang dia tolong."

Penjelasan teori Deon membuat ketiganya terdiam. Memang aneh. Sangat aneh malahan. Tidak mungkin kan kalau Fero tidak mengenal siapa Aretta? Jelas-jelas Fero adalah orang pertama yang selalu menjadi penengah jika Aretta dan Dyezra terlibat dalam pertikaian atau percekcokan seperti tadi.

Lantas, apa maksud dari sikap Fero yang membela Aretta barusan?



Waduhh, Faro! Kamu benar-benar ceroboh😭 Entah apa yang akan terjadi setelah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waduhh, Faro! Kamu benar-benar ceroboh😭 Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Aku nggak yakin kalau Dyezra bisa maafin lo semudah itu, Faro.😭

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang