Saling Kenal (7)

81 20 5
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

Ini akhir pekan dan sesuai rencana Dong Hyuk yang mengajak adiknya untuk datang ke 'rumah' ibunya di salah satu tempat abu di daerah Seoul. Jalanan cukup padat karena mungkin sebagian dari mereka yang tidak bekerja di hari sabtu akan meluangkan waktu bersama keluarganya.

Begitu juga dengan Dong Hyuk Jiyong yang tidak ada tugas di kampus. Jadi, mereka ingin rehat sebentar. Dong Hyuk melihat adiknya yang fokus pada jalanan yang ramai dan padat akan kendaraan. Tatapan Jiyong tetap sama datar dan biasa saja.

Selama di rumah abu pun Jiyong tak banyak bicara dengan ibunya. Pemuda itu hanya menatap foto sang ibu yang seolah tersenyum padanya. Dong Hyuk hanya memberi waktu berdua saja di sana tanpa ingin mengganggu curahan hati Jiyong di depan ibunya.

Sampai di dalam mobil, Jiyong sama sekali diam dan Dong Hyuk tidak heran lagi dengan adik semata wayangnya. Jiyong dulu pernah jadi anak yang periang dan mau bercerita banyak. Namun, semua itu menghilang saat ibunya pergi meninggalkan Jiyong di usia masih terbilang kecil.

Ibunya yang sakit harus berjuang sendirian karena suaminya terlalu sibuk. Jiyong kecil tak mengerti mengapa ayahnya seakan tidak peduli di saat ibunya membutuhkan orang dicintai. Bahkan saat ibunya menghembuskan napas terakhirnya sang ayah tak ada untuk mendampinginya. Hanya ada Jiyong kecil yang terdiam tanpa ada setetes air mata yang keluar.

Sejak saat itu Jiyong memilih bungkam. Dia sadari bahwa ayahnya terlalu egois akan pekerjaan. Tak hanya pada pekerjaan, tapi pada anak-anaknya. Kwon Young Hwan selalu memaksakan kehendaknya. Orang kedua yang terkena imbasnya adalah sang kakak soal percintaan. Jiyong kini merasakannya.

"Kau lapar?" tanya Dong Hyuk.

Jiyong yang hanyut dalam lamunan kini menoleh pada kakaknya yang sedang menyetir mobil mewah yang mereka tumpangi.

"Mn," jawab singkat dari seorang Jiyong.

"Bagaimana kalau kita makan di luar saja daripada di rumah?" usul Dong Hyuk.

"Terserah Hyung saja," jawab Jiyong disertai anggukan.

Dong Hyuk tersenyum melihat adiknya. Suatu hal usil terlintas di benak si sulung. Jadi, Dong Hyuk mengemudikan mobilnya ke tempat pilihannya sekarang. Hingga mobil berlambang trisula itu berhenti di depan sebuah parkiran kedai. Tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Jiyong turun dari mobil dan melihat kedai ramen yang menurutnya hanya sebuah kedai saja.

"Ayo, masuk. Aku beberapa kali makan di sini dan rasanya lumayan enak," ajak sang kakak dan adiknya hanya mengekori tanpa pikir panjang.

"Selamat datang!" sapa seorang pria berusia sekitar 56 tahun dengan senyumnya yang ramah.

Dong Hyuk membalas senyum pria tadi yang sepertinya pemilik kedai, sementara Jiyong hanya diam seperti biasa.

"Seungri-ah, cepat keluar dan layani tamu!" panggil si pria tadi.

Pemuda yang dimaksud pun menyahut, "Iya, Appa."

The Unpredictable Love [End]Where stories live. Discover now