06 - Bekantan Pembully

1.4K 186 8
                                    

"Ugh..."

Mata Nera mengerjab, pandangannya dihadapkan pada sebuah plafon putih.

Nera berusaha duduk bersandar pada kepala ranjang, seluruh tubuhnya terasa sakit, ia mengamati sekitar, ruangan ini tidak asing. Nera ingat, ini adalah tempat yang dua tahun ini sudah jarang ia kunjungi lagi, ini adalah salah satu kamar yang ada di markas Apophis, geng penguasa distrik yang dipimpin oleh Rajesh.

Nera menyibak selimut, kaki kanannya dibalut perban elastis. Nera dengan pelan menapakkan kaki, terasa menyengat, namun masih bisa menapak, kakinya mungkin hanya terkilir. Nera berjalan terpincang menuju pintu, saat pintu terbuka, dapat terlihat beberapa orang sedang berbincang, cukup banyak orang.

Di sana, beberapa orang terlihat sedang mengangkat kardus-kardus coklat yang dibungkus berlapis-lapis. Nera tahu apa itu, narkoba, mereka adalah pengedar narkoba yang sudah beroperasi dari sangat lama. Dulu dirinya dan Shira juga sering menjadi kaki tangan mereka, sebelum akhirnya Shira yang naik menjadi ketua, sejak saat itu Nera tidak lagi diperbolehkan ikut terlibat.

"Jangan maksain Ne, tidur lagi aja" Ucap seorang pemuda gondrong berbadan kurus.

"Udah nggak papa kok bang" Jawab Nera seadanya, orang tadi berlalu setelah menepuk Pundak Nera sekali.

Nera pun berjalan menuju sofa, dia memilih duduk di karpet tebal dan meluruskan kakinya. Dari luar, Rajesh datang, begitu melihat Nera sedang menonton televisi., Pamuda itu mendatangi Nera yang duduk di bawah. Nera bertanya saat menyadari kehadiran pemuda yang tujuh tahun lebih tua darinya itu.

"Gue pingsan berapa lama bang?" Tanya Nera tanpa mengalihkan pandangan, Rajesh duduk di sofa belakang Nera, membawa kepala anak itu untuk bersandar pada kaki kanannya.

"Sehari" Nera hanya ber oh ria, tidak masalah, karena shift di bar kemarin dan hari ini libur.

"Harusnya lo nyerah aja, masih mending ini nggak terlalu parah"

"Ck, orang nyatanya gue menang kok"

"Ngeyel banget sih jadi bocah"

"Lo aja yang alay" Kalau tidak ingat anak di hadapannya ini sedang sakit, Rajesh sangat ingin melemparkannya ke kandang Tane, Serigala alpha peliharaan Shamar.

Dari arah belakang, Shamar datang membawa kotak warna hitam menghampiri Rajesh dan Nera.

"Kakinya masih sakit Ne?" Tanya Shamar. Nera menggerak-gerakkan kakinya sedikit.

"Masih, tapi nggak banget sih bang" Shamar mengambil duduk di samping Nera.

"Siniin kakinya" Pinta Shamar sambil mengulurkan tangan. Nera yang mengerti maksud pemuda itu menggelengkan kepala.

"Nggak usah bang, udah mendingan kok" Rajesh melihat sedikit gelagat panik dari Nera yang coba bocah itu sembunyikan.

Nera seperti orang pada umumnya, dia takut dengan rasa sakit, soal dia yang gila saat bertarung, itu murni kerena adrenalin. Nera menikmati saat-saat rasa sakit bukan menjadi pengganggu, itu sebabnya dia suka bertarung.

Rajesh mengubah duduk menjadi di bawah, tepat di belakang Nera, Shamar yang mengerti kode mata dari Rajesh meraih kaki Nera, sebelum Nera bereaksi, Rajesh lebih dulu megunci kedua tangan anak itu dengan menggenggam kedua pergelangan tangannya.

"Bang! Jangan bang! Aaaa!" Nera memberontak saat merasakan nyeri di kakinya yang sedikit Shamar tekan. Shamar dengan hati-hati melepas lilitan perban di kaki Nera.

"Udah kek mau diperkosa aja lo" Goda Rajesh, dia tahu anak ini tidak tahan sakit.

"Makannya lepasin NJING! Arkh--!!" Shamar sengaja menekan pergelangan kaki Nera dengan cukup keras saat mendengar anak itu mengumpat.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang