08 - Bocah Nakal [17+ <Kissing>]

1.9K 197 14
                                    

Nera mengendarai motor santai menikmati sore hari, ia baru saja pulang dari cafe untuk bertemu dengan YangJie. Nera berpamitan untuk keluar dari bar dengan alasan ingin melanjutkan sekolah di luar kota, yang mana itu tidak sepenuhnya bohong, dia hanya 'tidak mengatakan seluruh ceritanya'. Sementara pria China itu sudah menangis terharu karena akhirnya Nera akan hidup lebih baik, dikiranya...

Hari ini adalah hari dia harusnya berangkat, tapi dia sengaja pergi dari kamar sewa pagi-pagi sekali, dia masih tidak mau pergi dari kota ini, apa lagi harus tinggal dengan keluarga asing yang entah bagaimana membuat Nera sedikit gugup. Selama ini dia hidup sendiri dengan bebas, meski ada Shira, Rajesh dan Shamar, tapi tiga pemuda itu cukup membebaskannya dalam menjalani keseharian.

Saat Nera berkelahi, hampir membunuh atau bahkan hampir terbunuh, mereka hanya akan mengobati sambil mengomel saja. Sementara keluarga Dernatte ini, dilihat dari gerak-gerik Dante saja sudah terlihat bagaimana keluarga itu mendidik putra mereka. Nera menghembuskan napas berat. Di depan sana sudah ada mobil Dante yang terparkir di depan gang.

Jarak muka gang dengan kamar sewa Nera cukup jauh, 200 meter, karena memang kota ini penuh dengan gedung-gedung tinggi usang yang saling berdempet satu sama lain. Muka gang ini yang jaraknya paling dekat dengan kamar sewa Nera. Memasuki gang, Nera memelankan laju motornya saat melihat seorang gadis berjalan searah dengannya. Nera kenal pasti pemilik punggung itu.

"Chane" Panggil Nera sambil menghentikan motor di samping gadis itu, Chane sedikit terlonjak.

"Huh! Ngagetin aja sialan! Dari mana? Kebetulan aku mau ketempat kamu" Pekik Chane sambil nabok punggung Nera sangat keras, Nera meringis sambil berusaha menghadang tabokan selanjutnya dengan tangan.

"Abis ketemu Kak Jie, ngapain mau ketemu gue?"

"Kamu serius mau pergi?"

"Iya, ragu sih gue sebenernya, tapi udah keburu janji"

"Kenapa nggak kabur aja?" Nera mengatap Chane, kenapa dirinya tidak kepikiran?

Di sisi lain, Dante sudah berdiri di depan kamar sewa Nera dari satu jam yang lalu, tapi tidak ada pertanda kehidupan saat pintunya diketuk. Dante sudah hampir memerintahkan orang-orangnya untuk mencari Nera kalau-kalau anak itu benar kabur, tapi sebuah suara lebih dulu menyapa pendengarannya.

"Permisi, apa anda Tuan Dante?" Dante menatap dua pemuda di hadapannya.

"Benar, saya Dante, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya Rajesh, teman Nera" Rajesh mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Dante, yang disambut oleh pria itu, begitu juga dengan Shamar.

"Shamar"

"Kalian tahu dimana Nera? Dari tadi dia tidak bisa dihubungi" Tanya Dante.

"Loh? Nera tidak ada di rumah?" Alis Shamar mengernyit, pemuda itu berjalan mengetuk pintu dengan keras, tidak ada jawaban, dia pun memegang kenop pintu, dengan sekali hentakan keras, kunci pintu Nera jebol, lebih tepatnya kayunya yang lapuk patah dibagian badan kunci yang ditanam. Melihat itu Rajesh dan Dante saling tatap, Rajesh tersenyum canggung.

"Gimana?" Tanya Rajesh begitu Shamar keluar dengan pandangan tak bersahabat.

"Tidak ada"

Rajesh mengambil ponsel untuk menghubungi salah satu anak buahnya yang bertugas menjaga area gang ini. Rajesh mengeratkan gigi saat anak buahnya memberitahu bahwa Nera pergi pagi-pagi tadi. Dua hari ini Nera mereka suruh tidur di markas agar bisa diawasi. Mereka tahu Hendra bukan orang sembarangan, tidak menutup kemungkinan jika orang itu merencanakan balas dendam dengan cara licik.

Tapi kemarin malam anak itu memaksa untuk pulang, dengan alasan ingin tidur di kamar sewanya untuk yang terakhir kali. Mereka mengijinkan, Dengan syarat tidak boleh keluar sebelum mereka datang, tapi anak itu malah ingkar.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang