09 - Bedebah

1.4K 201 13
                                    

Melihat gelagat dan tatapan Nera, Dante mengusap kepala anak itu, tubuh Nera sedikit tersentak.

"Ayo masuk" Ajakan Dante menyadarkan Nera dari respon memalukan tubuhnya barusan, Nera bergumam merutuki sikapnya yang sangat konyol tadi. Dante yang berjalan di sisi Nera tersenyum melihat tingkah anak itu. Dalam hati, dengan sepenuhnya menyadari posisi, Nera akan mulai bersikap lebih baik dan sopan, apalagi dengan melihat rumah keluarga Dernatte yang sudah seperti kastil ini.

Saat pintu dibuka Nera dan Dante sudah di sambut jajaran pelayan dan anggota keluarga Dernatte yang duduk di sofa. Nera masih menunduk, merapalkan 'Gue harus sopan' berkali-kali seperti mantra agar terus tertanam dalam otaknya.

Nera menghela napas, bersiap mengangkat kepala untuk menghadap keluarga barunya yang dari tadi menatapnya diam ini. Baru mengangkat kepala, mata Nera sudah tertuju pada seorang pria berambut sebahu dan berkaos kuning yang memandangnya dengan senyum lebar.

"Lo?! Orang tolol nggak sopan yang udah berani-beraninya masuk rumah gue tanpa ijin?!!" Teriak Nera menggelagar dengan muka nggak santai, mengacungkan jari ke arah wajah Eros yang masih tersenyum.

Para pria lain yang duduk disebelah Eros menunjukkan bermacam ekspresi saat melihat anggota keluaraga baru mereka setidak sopan ini.

"BUAHAHAHAHAHAHAHA!!!!" Tawa menggelagar itu berasal dari kepala keluarga Dernatte, Agraham tertawa terbahak melihat anak itu yang dengan berani mengumpati salah seorang putranya.

"Pak Tua! Sejak kapan lo ngerencanain ini?! sengaja banget kayaknya sampe anak-anak lo mata-matain gue!" Nera bersungut menatap Agraham yang duduk di sofa single sambil menghisap cerutu. Nera sedikitnya mengenal beberapa orang yang duduk di hadapannya selain Eros. Samael dan Javier adalah tamu VVIP yang akhir-akhir ini sering datang ke bar tempat dulu dia bekerja, dan juga, Aester pemuda yang menjadi lawan bertarungnya tempo lalu.

"Jaga bahasamu Nera" Ucapan dingin dari Samael membuat Nera sedikit tersentak, pria itu tampak mengerikan saat menatapnya tajam. Samael tidak suka dengan anak yang tidak punya sopan santun.

"Sepertinya kamu sudah mengenal putra-putarku" Ucap Agraham, ia terdiam sejenak untuk menghisap cerutu lantas menghembuskannya dengan perlahan. Dari aroma asap cerutu yang unik namun tidak terlalu pekat itu, Nera bisa memperkirakan itu adalah cerutu buatan tangan yang diproduksi dengan kualitas yang sangat baik.

"Jadi aku akan memperkenalkan cucu-cucuku saja, yang akan menjadi saudaramu"

Agraham mengarahkan tangannya yang terbuka menunjuk seorang pemuda berkaos, dan celana kargo hitam, berambut hitam pendek dengan wajah yang mirip dengan Samael. "Dia cucu pertamaku, putra dari Samael, namanya Alejandro" Alejandro menunduk memberi salam.

Agraham menunjuk seorang di sebelah Alejandro, pemuda perambut pirang putih bermata emerald, dia menggunakan kemeja hitam "Di sebelahnya adalah Elliot, putra kedua Samael"

Kini tangan Agraham beralih pada pemuda berambut pirang dan beramata biru yang pernah menjadi lawan Nera "Aester" gumam Nera yang dapat telinga tajam mereka dengar.

"Ah... kamu sudah kenal ternyata, dia putra pertama Eros" Mata Nera menatap pergelangan tangan kanan Aester yang berbalut penyangga tangan warna hitam.

"Dan yang disana, namanya Caesar, putra pertama Dante" Nera memandang pemuda bersurai hitam bermata biru yang ditunjuk tangan besar Agraham, pemuda itu mirip dengan Dante. Caesar yang ditatap Nera menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, yang dibalas senyuman kaku oleh Nera. Sepertinya Nera bisa dekat dengan pemuda ini, dia cukup ramah dibanding yang lain.

"Ada dua lagi, purta bungsu Eros dan Dante, tapi mereka baru saja pulang sekolah, jadi sedang bersih-bersih" Ada setitik rasa tidak aman saat Agraham menyinggung dua cucunya ini.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang