AFFERO 37 - A Fact or Misunderstanding?

12 2 0
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Bruag!

"Argh! Bego banget gue!"

Faro memukul meja belajarnya lantaran merasa frustasi. Usai mendengarkan penjelasan dari Fero via telepon, kini ia tahu kalau tindakannya di lapangan tadi benar-benar sudah melewati batas. Pantas saja Mira dan yang lainnya begitu marah saat ia membela Aretta.

"Gue bener-bener nggak tau."

Ia memang tidak berkata apa-apa pada Fero. Karena ia tahu kalau Fero akan marah besar padanya apabila saudara kembarnya itu mengetahui tentang masalah ini. Bisa-bisa ia kena semprot habis-habisan nanti.

Masih dengan pikiran yang campur aduk, Faro menatap layar ponselnya sembari menimbang-nimbang. Nomor telepon Dyezra sudah terpampang jelas di sana. "Haruskah gue chat dia dan minta maaf?" gumam Faro tanpa melepas pandangan dari layar ponselnya.

"Bodoh! Bukankah itu sudah pasti?"

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Faro memberanikan diri untuk mengirim pesan pada Dyezra via WhatsApp. Ia melihat kalau gadis itu tengah online sekarang. Akan tetapi, sudah dua menit berlalu ... tapi Dyezra tidak juga membalas pesannya.

Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

"Hah ..." Faro menghela napas lelah. Pemuda itu meletakkan ponselnya di atas meja belajar. Kemudian beranjak berdiri dan merebahkan diri di atas ranjang miliknya. Menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melanglang buana.

"Gimana cara gue menghadapi mereka besok?"

Entahlah.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Sementara itu di posisi Dyezra ...

Gadis dengan piyama biru tua tersebut bukannya tidak melihat ada pesan masuk dari sang kekasih. Cuma karena ia masih kecewa dengan sikap pemuda itu tadi siang, ia memilih tidak membuka pesan yang berisi permintaan maaf tersebut.

Tidak hanya itu. Karena penjelasan Deon tadi siang tentang kecurigaannya terhadap Fero jugalah yang menjadi alasan ia tidak membuka chat pemuda itu. Deon mengatakan soal pemikirannya, bahwa mungkin saja Fero yang bersama kita saat ini bukanlah Fero. Melainkan orang lain yang menyamar sebagai Fero.

Namun Dyezra sedikit meragukan teori Deon yang satu itu. Karena jika memang orang itu menyamar atau sebagainya, mana mungkin dari segi wajah dan postur tubuhnya bisa sangat mirip dengan Fero?

Lagipula, jika orang itu menyamar sebagai Fero. Lantas ke mana perginya Fero yang asli? Jelas-jelas orang itu adalah Fero. Akan tetapi, teori Deon juga tidak bisa ia abaikan begitu saja. Tentang Fero yang seolah tidak mengenal Aretta.

"Apa mungkin Fero hilang ingatan?"

Dyezra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Itu alasan yang konyol. Fero tidak kecelakaan atau memiliki gejala amnesia.

"Atau mungkin dia cuma pura-pura nggak ngenalin Aretta?"

Dyezra mengangguk-angguk. "Bisa jadi, sih. Tapi kenapa dia ngelakuin itu? Kenapa harus pura-pura dan ngebelain Aretta kayak gitu? Dia kan tau Aretta tuh rival gue, dan apa aja yang udah Aretta perbuat ke gue di masa lalu. Tapi kenapa? Alasannya apa?"

Semakin dipikirkan, justru malah semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepala, dan Dyezra tidak ingin memikirkannya lebih lanjut sekarang.

"Ah, udahlah! Dari pada mikirin itu, mending gue tidur sekarang. Kelas gue ada ulangan besok," ucap Dyezra yang kemudian mulai menata tempat tidurnya dan berbaring di sana.

Bagi Dyezra, sikap Fero tadi siang memang berhasil membuatnya sakit hati dan kecewa. Itulah kenapa ia akan mendiamkan pemuda itu besok, dan menanti reaksi apa yang akan ia dapatkan setelahnya. Apakah Fero akan meminta maaf, atau justru ikut mendiamkannya karena merasa argumennya tentang kita yang membully Aretta adalah suatu kebenaran.

Karena terkadang, orang lebih percaya dengan apa yang mereka lihat saat itu. Meskipun fakta sebenarnya, itu cuma kesalahpahaman.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Deon sendiri sampai sekarang masih saja curiga. Karena menurut pemuda yang bernama lengkap Deon Putra Alaska itu, sikap Fero di lapangan tadi terasa janggal. Seolah-olah, Fero sama sekali tidak mengenal siapa gadis yang ditolongnya.

Padahal jelas-jelas itu adalah Aretta. Rival Dyezra yang kembali mengusik hidup gadis itu dengan menyalahkan Dyezra atas terjadinya semua kemalangan yang terjadi dalam hidupnya.

Deon yang saat ini tengah menyeruput kopi hitam dan menatap pemandangan malam dari balkonnya itu masih saja kepikiran soal insiden tadi siang di lapangan sekolah.

"Ini aneh. Gue harus selidiki lebih lanjut. Tapi ... gue harus mulai dari mana? Menginterogasinya?" Deon menggeleng cepat, itu bukan ide yang bagus. "Hm, tapi mana mungkin dia mengaku semudah itu, 'kan? Apa gue jebak aja, ya? Biar langsung ketangkep basah. Tapi gimana ..."

Ide gila itu tiba-tiba terlintas begitu saja dalam otak Deon. Jika menginterogasi Fero terasa tidak memungkinkan, maka menjebaknya adalah cara yang paling mungkin bisa dilakukan.

"Ah! Gue harus diskusiin ini dulu sama Dyezra dan yang lainnya."

Karena yang jelas, ia tidak mungkin melakukan itu tanpa sepengetahuan Dyezra. Ia tidak ingin dianggap lancang. Akan tetapi, ia juga tidak bisa jika tidak ikut campur. Maka dari itu, ia akan membahas hal ini dengan Dyezra dan teman-temannya besok.

Rencana untuk menjebak Fero dan mengungkap misteri yang ditimbulkan pemuda itu tanpa sadar.

Apakah benar Fero tidak mengenal Aretta atau hanya berpura-pura? Atau apakah mungkin Fero yang saat ini bersama mereka bukanlah Fero yang selama ini mereka kenal? Melainkan sosok orang lain yang menyamar sebagai Afferozan Galarzo.



Waduhhh! Apakah Faro bakal ketahuan secepat ini? Nantikan di part selanjutnya, ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waduhhh! Apakah Faro bakal ketahuan secepat ini? Nantikan di part selanjutnya, ya!

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Where stories live. Discover now