3.

44 13 0
                                    

"Bu, tolong pindahkan makanan ini ke meja makan ya ,Sha mau bangunin kakek sebentar." Shayla berujar dengan suara yang mengalun lembut menyapa indera pendengaran. Walaupun memiliki pembantu di rumah,Shayla selalu Kekeh ingin memasak ketika ia sedang tidak ada kesibukan yang mendesak.

" Baik,Non." Balas salah satu pembantu berusia 50 tahun yang di kenal dengan nama Siti.

Shayla tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkahkan tungkai kakinya untuk membangunkan sang kakek yang tengah istirahat di bilik kamar miliknya yang berada di lantai bawah. Kakek Padmana yang merasa tubuhnya mulai membaik pun terus mendesak sang cucu untuk membawa dirinya pulang. Tentu Shayla yang berprofesi sebagai tenaga medis pun menyetujui permintaan sang kakek untuk pulang. Shayla tau jika keadaan sang kakek sudah mulai membaik. Namun Shayla tetap selalu siap siaga tentang kesehatan kakek Padmana.

Setelah membangunkan sang kakek, dan mengurus beberapa keperluan lelaki berkepala 7 tersebut , Shayla langsung berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas untuk membersihkan tubuhnya.



🍓🍓🍓🍓






Sementara di tempat yang berbeda, terlihat dua orang pemuda tengah terduduk di pinggiran lapangan luas yang tersedia di kompleks perumahan dinas keduanya. Semilir angin mampu menyamarkan rasa gerah yang menyeruak sebab aktifitas pembinaan fisik atau lebih di kenal dengan kata Binsik yang baru saja mereka lakukan.

Ya, kedua lelaki tersebut ialah Zayn dan sahabat karibnya, Bian. Sedari tadi Zayn memilih bungkam dan hanya menyahuti perkataan Bian sekedarnya saja.

"Ada apa denganmu?." Tanya Bian saat menyadari Zayn yang sedari tadi diam.

" Memangnya ada apa denganku?." Sahut Zayn memandang sahabatnya sekilas.

" Jika ada kategori orang teraneh, mungkin itu adalah kamu ,Zay. Bukannya menjawab pertanyaan, justru kamu malah kembali melempar pertanyaan."

Zayn hanya diam mendengar celotehan dari sahabatnya. Pikiran lelaki berusia 33 tahun itu melayang jauh, entah apa saja yang ia pikirkan beberapa hari belakangan ini.

" Kamu juga kenapa masih di sini?" Ternyata Bian tak habis nyali untuk kembali memancing sang sahabat untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Sementara Zayn tampak enggan hanya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

" Bukankah sebuah pernikahan itu membutuhkan persiapan? Lantas untuk apa kamu masih di sini? Kenapa tidak pulang kerumahmu saja? Bukannya kamu sudah ambil cuti ,Zay."

" Aku ingin di sini. Memangnya itu sebuah kesalahan?." Bian menggeleng cepat.

" Tidak! Mana mungkin seorang Zayn salah. Bisa terguncang bumi ini jika aku mengatakan kamu salah." Zayn menggeleng pelan mendengar gurauan dari sahabatnya. Tatapannya itu menerawang jauh dengan pikiran yang berkecamuk.

 Tatapannya itu menerawang jauh dengan pikiran yang berkecamuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
LOVE FOR MY AD Where stories live. Discover now