[01.02.2024] Aku Alea

18 4 17
                                    

Pagi ini, aku dibangunkan oleh suara gedoran keras dari pintu kamarku. Aku menguap malas, lantas kembali menarik selimut yang tadi sempat tersingkirkan saat tidur.

Karena suara gedoran yang tak kunjung berhenti, ditambah penggedor tersebut terus-menerus memanggil namaku, akhirnya aku menyingkap selimut, bangkit dari posisi terlentang, lalu melongok ke balik tirai jendela kamar yang terletak tepat di sebelah ranjang.

Aku menaikkan alis sebagai gestur bertanya, ada apa gerangan gadis pelaku penggedoran itu mengganggu tidurku yang begitu nyenyak.

"Kamu gak kuliah, heh?" tanyanya dengan raut tak percaya. "Aku meneleponmu ratusan kali, kau tahu?"

Aku mengerutkan kening, melihat jam di pergelangan tangan—aku tidak pernah melepas jam tangan bahkan saat tidur atau mandi.

"Ini baru pukul enam, Wa. Mata kuliah pertama kita pukul setengah sembilan," balasku sembari menghembuskan napas.

Awa-teman satu kos sekaligus satu kelasku ikut mengerutkan kening. "Makanya punya grup kelas itu dibaca!" serunya "Mata Kuliah Pak Danu dimajukan jadi pukul 7. Nah, sekarang lekaslah bangun dan mandi. Jika pukul setengah tujuh kau belum beres, jangan salahkan aku jika kau kutinggal," ancamnya, lantas berlalu dari jendela kamarku.

Aku menguap sekali lagi.

Kuhabiskan lima menit kemudian berleha-leha di kasur sembari membuka grup kelas dan pesan lain yang muncul selagi aku tidur. Mataku menggulir pesan hingga ke bawah, dan menemukan sebuah nomor tak dikenal.

[***]
Hallo
Ini Alea FMIPA bukan?
Masih save kontakku ga?

Aku menatap heran ke pesan tersebut. Dengan pemikiran bahwa sepertinya aku salah lihat dan masih kurang fokus, akhirnya aku memutuskan untuk menutup ruang pesan dan beralih ke kamar mandi, bersiap pergi ke kampus.

˚ ༘ ⋆。 ・°☆ ✎ ‌

Aku selesai bersiap pukul 06.40 dan kulihat Awa masih setia menunggu di depan pintu kamarku.

"Katanya bakal kau tinggal kalau lewat dari setengah tujuh," cibirku.

"Sama-sama" balasnya malas.

Aku tergelak. "Iya, iya, terima kasih sudah menunggu. Ayo berangkat."

Kami berjalan selama sepuluh menit menuju gerbang kampus, dan lima menit lagi untuk mencapai kelas. Begitu mendudukkan diri di kursi, aku langsung bertanya perkara nomor tak dikenal tadi padanya.

"Hei, kau tahu Petra anak kelas 3B, tidak?" tanyaku.

"Memagnya ada anak kelas 3B yang namanya Petra?" Awa bertanya balik.

Aku mengangguk. "Ada. Aku pernah simpan nomornya dari grup angkatan. Kita pernah bertukar pesan."

"Jadi? Kenapa kau bertanya? Kau mau pamer kalau pria itu sedang mendekatimu atau apa?" Awa mencebik. Aku menoyor bahunya pelan. "Kau mengatakan itu seolah aku didekati oleh banyak pria."

"Memang." Ia membalas seraya mengangkat bahu.

Aku menghela napas. Sepertinya gadis ini masih sedikit kesal karena tadi aku memperlambat keberangkatan kami. Akhirnya aku memilih untuk kembali menekuni ponsel, membalas pesan dari nomor tak dikenal tadi.

[***]
Hallo
Ini Alea FMIPA bukan?
Masih save kontakku ga?

[Alea]
Iya.
Ganti nomor kah?

Nomor itu, dari usernamenya tertera nama 'Petra'. Namun, nomornya yang dulu kusimpan tidak sama dengan nomor yang tadi mengirimiku pesan. Setelah aku mencari nomor itu di aplikasi pengecek nomor ponsel, aku menemukan nama Petra di sana. Jadi kuasumsikan laki-laki itu ganti nomor.

FebruaryWhere stories live. Discover now