Dua Sahabat (11)

57 18 16
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


Masa kuliah sudah hampir memasuki satu bulan dan Seungri masih saja sulit mendekati pemuda berwajah es hanya untuk menjadikannya teman. Terkadang, dia menaruh dua butir permen rasa stroberi di atas meja kuliah di mana Jiyong berada. Lalu meninggalkannya begitu saja. Tertawa bersama teman-temannya akan cerita yang dilontarkan salah satu dari mereka.

Seungri sempat melirik ke belakang dan melihat Jiyong yang ternyata melihatnya juga. Dengan usil Seungri mengedipkan sebelah matanya.

Sedangkan orang yang diberikan permen itu hanya duduk termangu karena kedipan mata pemuda yang sudah menghilang dari pandanganya. Mata coklatnya perlahan turun dan menatap dua permen tadi. Tangannya mengambil permen tersebut dan mengantunginya di saku celana. Jiyong akhirnya ikut meninggalkan ruang kelasnya.

Sejak pemberian permen itu, Seungri belum bertemu lagi dengan Jiyong. Biasanya pemuda pendiam itu akan makan siang di kantin dengan duduk di paling pojok untuk menghindari kerumunan. Maksudnya Jiyong lebih suka di tempat di mana jarang orang lalu lalang. Kadang para wanita tidak akan segan mendekatinya hanya untuk menarik perhatian pemuda tampan kaya raya itu. Sayangnya, mereka semua berakhir dengan rasa kecewa karena diabaikan.

Siapa yang tahu jika sebenarnya posisi di mana Jiyong duduk itu merupakan tempat yang pas untuk mengamati seseorang tanpa orang itu tahu atau sadari. Jiyong yang setenang air di danau lebih sering melirik pada pemuda yang kerap kali tertawa lepas bersama temannya saat di kantin.

Tetapi, siapa sangka juga jika orang yang masuk dalam pantauan Jiyong pun tahu jika dirinya sedang diperhatikan. Hanya saja dia berlagak untuk acuh. Seungri mampu melirik pada sasarannya tanpa sasarannya tahu. Jadi, katakanlah jika keduanya sedang main lirik-lirikan dalam diam.

Hanya hari ini, Seungri tidak mendapati Jiyong ada di kantin. Pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan di mana keberadaan pria yang selalu mengusik otaknya itu. Apakah dia sudah makan atau belum dan Seungri malah menjadi khawatir akan hal ini. Jadi, dia mengambil roti sandwich miliknya yang belum dibuka dan hendak pergi.

"Kau mau ke mana?" tanya Glory yang melihat Seungri tiba-tiba saja berdiri.

"Mencari Jiyong," jawabnya lugas membuat ketiga temannya tertegun. Lalu, dia pergi begitu saja sebelum sempat temannya bertanya lagi.

"Jadi, dia benar-benar menyukai Tuan Muda Kwon?" Glory bertanya pada dua gadis yang sama melongonya karena mendengar kata-kata Seungri.

"Entahlah. Tapi, jika itu benar dia akan dalam masalah besar nantinya," ucap Jennie.

"Kenapa kau berkata begitu?" Chaerin menoleh pada Jennie yang duduk bersebelahan.

"Appaku tak sengaja mendengar percakapan Tuan Besar Kwon soal ...," lalu Jennie berbisik.

"Hah? Benarkah itu?" Glory dan Chaerin memundurkan kepala setelah mendengar sesuatu dari bisikan Jennie.

Jennie mengangguk, "Appaku bekerja sebagai manager pemasaran di PMO Fashion."

"Hah? Kenapa kau tidak mengatakannya pada kami?" pekik Chaerin dengan mata melotot.

"Apa untungnya aku mengatakan itu pada kalian. Sudahlah, yang perlu kita khawatirkan adalah teman kita itu," ujar Jennie dan keduanya mengangguk setuju.

The Unpredictable Love [End]Where stories live. Discover now