74 Teriakan Malam Hari

5 0 0
                                    

[Support author dengan memberikan tips, yuk! Bisa menggunakan QRIS di sini: https://trakteer*id/arrinknight/tip (ganti (*) dengan (.))]

***

Keira langsung mengarahkan salah satu pedang kosmiknya di depan hidung sang lawan. Mereka saling bertatapan dengan sorot mata tajam.

Namun, anak laki-laki tadi justru tersenyum sinis setelah beberapa saat, kemudian bergumam keras, "Kau adalah anak Crossbreed itu, ternyata. Aura dari energi kosmik yang kurasakan pada dirimu sungguh kuat sekali, berbeda seperti immortal lainnya."

Wajah Keira yang tadinya terlihat ketakutan, mendadak berubah menjadi sangat serius. Kedua bola mata gadis berambut biru tua itu bahkan semakin fokus menatap sang lawan. Ia mengernyit, lalu membalas kesal, "Jangan pernah mendekati kedua orang tua angkatku, atau aku yang akan menyerangmu!"

"Hmm. Seorang gadis kecil yang sangat berani. Dari mana kau mendapatkan keberanianmu itu, Sayang?" tanya anak laki-laki itu lagi, juga dengan wajah kesal.

Tiba-tiba, seorang wanita dari luar perkebunan bunga krisan berteriak, "Keira! Apakah kau masih berada di sana?"

Anak laki-laki tadi langsung berjalan mundur dua langkah menjauhi Keira, kemudian berkata, "Kita akan bertemu lagi, Sayang. Sampai jumpa!"

Seluruh tubuhnya tiba-tiba diselimuti oleh kabut-kabut hitam, dan ia langsung menghilang begitu saja.

Kedua bola mata Keira langsung berubah kembali menjadi biru muda, dan dua buah pedang kosmik yang digenggam gadis kecil itu juga ikut menghilang. Ia mendadak kebingungan setelahnya, hingga berbisik sambil memperhatikan sekeliling, "Huh?"

Ia lantas memperhatikan sekeliling sambil kembali berujar, "Apa yang sudah terjadi kepadaku barusan?"

Seorang wanita kemudian masuk, menatapnya hangat, tersenyum, lalu berucap, "Keira, sudah waktunya untuk kembali!"

Keira langsung menoleh ke arah wanita tersebut dan membalas, "Baiklah, Ibu."

Seminggu setelah Keira bertemu anak laki-laki tadi, di dalam istana Planet Palladina, seorang pria berambut biru terlihat berlari dengan terburu-buru menuju ruang kerja pribadi milik Xyon, bahkan membuka kasar pintu ruangan tersebut dan tergesa-gesa masuk setiba di sana, kemudian berteriak, "Xyon! Ada pergerakan dari dalam Planet Silverian! Akhirnya!"

Seminggu setelah Keira bertemu anak laki-laki tadi, di dalam istana Planet Palladina, seorang pria berambut biru terlihat berlari dengan terburu-buru menuju ruang kerja pribadi milik Xyon, bahkan membuka kasar pintu ruangan tersebut dan tergesa-ge...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa kali ini, Weim? Bukankah Flerix sudah tewas? Atau ... jangan-jangan, kali ini adalah ulah dari pria Silverian yang bernama Dovrix itu?" tanya Xyon yang kemudian menutup buku kosmik tadi dan meletakkannya di atas sofa.

 jangan-jangan, kali ini adalah ulah dari pria Silverian yang bernama Dovrix itu?" tanya Xyon yang kemudian menutup buku kosmik tadi dan meletakkannya di atas sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Xyon berubah serius, kemudian ia kembali bertanya sambil mengernyit, "Apakah kau yakin bintang itu melesat ke sana?"

"Lubang cacing mana lagi yang ujungnya adalah Galaksi Bima Sakti, wahai Perdana Menteri?" ujar Weim kesal.

Xyon menghela nafas panjang, berdiri dan bergumam dengan nada yang sedikit tinggi, "Sudah enam tahun lebih sejak tewasnya Flerix, dan mendiang Yang Mulia Ratu hanya berkata kepadaku untuk berhati-hati dengan seorang pria Silverian yang bernama Dovrix. Lantas, apakah pria itu sudah memutuskan untuk keluar dan merencanakan sesuatu?"

"Ah, atau jangan-jangan, pria Silverian yang kau sebut itu, apakah ia mengincar Planet Bumi lagi karena sumber daya mereka yang mungkin sudah hampir habis?" balas Weim tiba-tiba, sambil mengernyit.

Xyon lantas menatap sang kawan dengan wajah yang datar, lalu menjawab, "Aku hanya takut akan satu hal. Mereka bisa saja mengetahui keberadaan anak Crossbreed itu di sana."

"Akankah kau ke sana? Kau bahkan tidak pernah kembali ke Planet Bumi, walaupun hanya untuk melihat Putri Keira dari kejauhan. Yang kau lakukan hanyalah meminta kami berempat secara bergantian untuk menjaganya," ucap Weim dengan nada yang sedikit tinggi.

Xyon terdiam untuk sesaat, kemudian kembali berkata, "Kita akan ke sana. Aku harus memastikan bahwa anak Crossbreed itu baik-baik saja dan mereka tidak sedang mengincarnya."

Ia lalu berjalan ke luar dengan Weim mengikuti dari belakang. Wajah perdana menteri dari Palladina tersebut tampak terlihat penuh dengan kekhawatiran, sehingga langkahnya menjadi agak terburu-buru, bahkan mengernyit sambil berujar di dalam pikiran, "Apa para Silverian itu sudah tahu di mana ia berada? Atau, apakah mereka hanya sedang menginginkan sumber daya Planet Bumi saja?"

Kembali lagi ke Planet Bumi. Seorang perempuan muda terlihat sedang berjalan dengan santai sambil membawa sebuah tas kecil. Ia lalu berhenti di depan perkebunan bunga krisan milik Eleina dan Dairu yang pagarnya terbuka lebar.

Wajah perempuan itu mendadak berubah menjadi kebingungan serta penuh rasa penasaran, hingga ia bergumam sendiri, "Hmm. Tidak biasa sekali bagi. Mengapa mereka tidak menutup pagarnya? Walaupun ini sudah malam hari, mereka juga tidak menyalakan lampu di depan."

Ia lantas memutuskan untuk masuk. Namun, perempuan tersebut langsung menghentikan langkah secara tiba-tiba, juga melotot karena terkejut begitu melihat tubuh Eleina dan Dairu yang sudah tersungkur, kaku di atas tanah dengan darah mengalir keluar dari dalam luka-luka mereka, di tengah-tengah perkebunan bunga krisan itu.

Perempuan muda tersebut menjadi penuh ketakutan, bahkan menunjuk ke arah tubuh sepasang suami istri itu sambil berjalan mundur dengan tubuh gemetar dan berteriak, "Astaga, tolong! Tolong! Mereka terluka! Mereka terluka!!"

Beberapa orang mendadak keluar dari rumah masing-masing di sekitar sana karena terganggu, bahkan ada yang berseru kesal, "Hei, kau! Berisik sekali!"

"Mereka sudah meninggal!" ujar perempuan muda tadi histeris, hingga jatuh karena tersandung sebuah kerikil besar.

Orang-orang tadi kemudian berkumpul di depan pagar perkebunan bunga krisan tersebut dan mengelilingi perempuan muda itu dengan wajah-wajah yang terlihat kesal, walaupun juga penasaran dengan apa yang sudah terjadi.

Seorang pria lantas menghampirinya dan bertanya dengan nada tinggi, "Berisik sekali! Ini sudah malam hari! Ada apa memangnya, sehingga kau berteriak dan ketakutan seperti itu?"

"Mereka adalah pemilik toko minuman di sana!" jawab perempuan muda tersebut yang kembali menunjuk ke dalam perkebunan bunga krisan, membuat beberapa orang penasaran lantas memutuskan untuk berjalan mendekati pagarnya.

Seorang pria yang baru saja berhasil melihat dari dekat apa yang ada di dalam, langsung melotot dan berteriak histeris, "Mereka sudah tewas!! Itu adalah Eleina dan Dairu!"

Semua orang langsung terkejut, ikut melotot seolah tidak percaya apa yang baru saja didengar.

"Tewas? Siapa yang membunuh keduanya?" tanya seorang wanita tua sambil mengernyit.

"Astaga, kapan mereka dibunuh? Mengapa tidak ada yang melihat kejadiannya?" ucap seorang pria muda yang berdiri di sampingnya.

Mereka mulai berspekulasi tentang kematian Eleina dan Dairu. Namun, perempuan muda tadi terlihat berusaha untuk kembali tenang dan berdiri tegak, lalu berkata dengan wajah panik, "Aku harus memberitahukan hal ini kepada anak angkat mereka, yang mungkin masih menunggu di sana!"

Ia kemudian berlari menuju toko minuman milik Eleina dan Dairu, meninggalkan semua orang yang masih berada di sekitar perkebunan itu.

The Xbreed's Curse: Halida [✓ Sudah Terbit Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang