Azherlin 1

97 38 51
                                    


Abhinaya ku menjadi akasara namun mengapa anila selalu membuatku aksa dari kata yang amerta

Happy Reading


Dalam langkah gemulai nayanika, seorang gadis balerina merangkai tubuhnya sebagai kanvas amerta, mendedahkan luka yang tak terucapkan, atma merajut kepedihan, dan tarian menjadi anantara, sebuah perjalanan jiwa yang merentang di balik gemerlap keindahan, di mana luka menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keelokan yang tercipta.

“Ngapain lo?,” tanya gadis itu setelah sadar seseorang sedang melukisnya .

“Lukis lo nari” jawabnya simple dengan ekspresi tak peduli, sambil menatap kanvas putih yang sudah tercoret dengan cat akrilik berwarna.

“Gue cuma minta lo temanin doang, bukan nyuruh lo lukis gue nari.”

“Hmm, lukisan yang indah,” gumamnya sambil menatap lukisan yang ada di kanvas putih, tak memperdulikan ucapan gadis tersebut. 

“Gue yakin,  cuma lo, ballerina yang sanggup tampil memukau, gue bakal selalu dukung lo kak” ucapnya sembari mendongak menatap kedua mata kakaknya itu dengan senyuman hangat.

Gadis berkulit putih, dengan wajahnya yang tampak sempurna, matanya sipit, terus tersenyum bangga mengagumi hasil karyanya. 

Dia adalah Queenzera Azherlin, adik dari sang ballerina, usia mereka hanya berjarak 1 tahun, sang kakak yang berada di usia 18 tahun dan sang adik yang berada di usia 17 tahun.

Melukis dengan mata hatinya, sang pelukis pun memetakan diksi nayanika di atas kanvas, menggambarkan keindahan amerta yang menyatu dengan luka-luka yang dipeluk oleh atma, dan menciptakan lukisan anantara yang membiaskan pandangan dalam merangkai kehidupan seorang balerina.

“Huff, terserah!” gadis itu mendesah kasar, memutar bola matanya memelas, lalu melangkah berbalik melanjutkan musik nostalgia itu, dan Kayla kembali menari dengan tenang ditemani cahaya senja yang terpancar dari luar jendela.

Kedua tangan yang terus menari, dan kedua kaki yang terus berputar, menceritakan sebuah kisah yang indah, dilapisi senyuman yang tidak palsu. 30 menit berlalu, cahaya senja terus menembus setiap lapisan kaca menambah keindahan di setiap gerakannya.

๑⁠˙⁠❥⁠˙⁠๑

Kayla Stephanie Azherlin, seorang gadis yang ingin terus hidup di dunia ballet,  dan ingin terus mengabadikan keindahannya lewat tubuhnya sendiri. Gerakannya yang memayungi tempat itu menyatu dengan warna-warna senja, menciptakan adegan magis bersama bayangan yang terpantul.

Langkahnya seperti coretan lembut di kanvas langit senja, menari dengan keanggunan yang memancarkan nuansa nostalgia. Dalam setiap gerakannya, ia menjadi penari yang melukiskan kisah senja, yang mengalir seperti puisi di udara. 

Inilah mimpiku, indah dan indah, kata itu terus mencerminkan siapa diriku.

Namun sayangnya, harapan Papa dan Mama  adalah aku. Sedangkan semua harapan dan mimpi ku di bantah habis-habisan.

Walau tak di dukung oleh orangtuanya, seenggaknya Kayla masih memiliki seseorang yang selalu ada buat dirinya, ya dia Queenzera Azherlin, biasa disapa Zera, dia adalah satu-satunya orang yang selalu mendukung semua yang di lakukan kakaknya, termasuk bakat yang dimiliki Kayla.

๑⁠˙⁠❥⁠˙⁠๑

“Bolos lagi?”  sebuah pertanyaan yang dilontarkan berhasil membuat langkah itu berhenti. Gadis tersebut menoleh dalam diam tak merespon. 

Dengan memalas ia memutar bola matanya, terus berjalan tak mempedulikan pertanyaan tersebut.

“Kayla!” teriak pria itu melangkah cepat, berusaha mendekatinya dari belakang.

AZHERLIN (ON GOING)Where stories live. Discover now