LIMA

2.6K 44 3
                                    

Pakaian casual Filo sekarang sudah berganti dengan dress floral berwarna putih selutut. Tadi setelah pulang kuliah, Hugo membawanya mampir dulu ke butik langganan Filo untuk membeli baju.

Seperti biasa, penampilan Filo biasa saja. Dress lengan pendek dengan sepatu sneakers putihnya. Tadi Hugo sudah menyarankan untuk memakai high heels saja namun Filo menolak karena dia tidak nyaman.

Sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju sebuah club tempat ulang tahun Vini dirayakan.

"Aku mau ngomong," ucap Filo yang sekarang sudah bicara aku-kamu.

Amarahnya sudah mereda hanya saja ingatannya tak bisa terhapus. Mendengar ucapan Filo yang terdengar serius, perasaan Hugo jadi merasa tidak enak.

"Ngomong aja asal jangan minta putus," jawab Hugo yang kini terlihat tampan.

Filo tak henti mencuri pandang kearah Hugo. Meskipun kacamata minus itu selalu bertengger di matanya namun tak mengurangi ketampanan Hugo. Apalagi sekarang outfit Hugo terlihat santai sekali, dengan celana jeans hitam selutut, kaos hitam polos dan outter kemeja kotak-kotak membuat ketampanannya meningkat pesat.

Namun cepat-cepat Filo menggeleng. Tidak, Filo tidak boleh tertipu dengan ketampanan Hugo.

"Sadar Filo sadar!" batinnya.

"Aku mau pindah ke kost Rinja."

"Apa?"

"Nggak bisa!" tegas Hugo yang kini sudah menatap Filo dengan tatapan marah.

"Aku takut kalau kamu nggak bisa nepatin janji kamu buat nggak nyentuh aku!" kilah Filo.

Hugo terdiam, dia merasa kecewa dengan ketidakpercayaan Filo padanya. Tapi mau bagaimana lagi? Semua kesalahan itu bermula dari dirinya sendiri.

Hugo memilih tidak menanggapi ucapan Filo. Hingga mereka sampai di parkiran club, Hugo memilih mendiami Filo. Namun dia tetap saja menggandeng Filo. Takut pacarnya ditarik orang.

"Jangan mau dikasih minum dan jangan minum apapun," peringat Hugo saat mereka sudah masuk kedalam club.

Filo mengangguk. "Pulang jam berapa?" tanyanya karena dia tidak suka tempat seperti ini, meskipun sudah beberapa kali diajak Hugo, tapi tidak ada hal menarik ditempat yang orangnya joget tidak jelas itu.

"Jam sepuluh mungkin," jawab Hugo yang kini sudah membawanya bertemu dengan teman-temannya.

Filo mendengus kesal. "Jangan lama-lama, aku besok kuliah pagi," bohongnya, karena kalau dia tidak bohong bisa-bisa Hugo mengajaknya pulang jam dua belas malam.

"Ya," jawab Hugo singkat.

"Woy Go, dateng juga lo?" sapa Argus sahabat Hugo.

"Wah cewek lo Go?" sahut seorang cowok bertubuh tinggi itu, Filo tak pernah melihatnya sebelumnya.

"Oh iya Drev, kenalin ini Filo cewek gue," Filo membalas uluran tangan Drev.

Drev tersenyum genit menatap Filo. "Cantik cewek lo, selebgram ya?" tanya Drev.

Senyum Filo langsung meluntur, padahal awalnya Filo merasa bangga dipuji cantik tapi dengan sekejap langsung dijatuhkan.

"Lah terus? Selebtok? Model? Atau artis?" cerocos Drev.

"Nggak semuanya,"

"Wah, serius lo Go? Tipe lo udah berubah jadi cewek biasa aja ya?"

Filo menarik sudut bibirnya kesal. Dia merasa tersinggung ketika Drev mengatakan dia cewek biasa. Memangnya kenapa kalau Hugo pacaran dengan cewek biasa? Memang semua cewek wajib jadi selebgram gitu? Ah membuat mood Filo makin turun saja.

"Kita ketemu Vini dulu," potong Hugo tak mau meladeni ucapan Drev. Hubungannya dengan Filo masih belum membaik. Bisa makin runyam kalau ucapan Drev kemana-mana.

"Hai Vini selamat ulang tahun," ucap Hugo sambil cipika cipiki pada Vini, lalu diikuti oleh Filo.

"Ah ya makasih ya Go, Fil udah datang," sahut Vini.

Hugo mengangguk. "Iya, kadonya mentahan aja ya? Udah gue transfer tadi."

Vini mengangguk lalu mengangkat jempolnya. "Sipp, sekarang nikmatin aja partynya. Guest starnya DJ Phoebe loh," ucap Vini yang langsung membuat air muka Hugo menjadi masam.

"Gue makan dulu," ujar Hugo mengalihkan pembicaraan. Lalu menuntun Filo yang tiba-tiba air mukanya berubah.

"Kamu kenal Phoebe?" celetuk Filo.

"Hah? Maksudnya?" tanya Hugo yang kini sudah duduk disofa bersama Filo.

"Kenal apa nggak?" tanya Filo nyolot.

Hugo ingin sekali tidak menjawab, namun melihat wajah kesal Filo dia jadi terpaksa menjawab. Kalau tidak dijawab, Filo justru akan semakin menanyakannya terus.

"Mantan," jawabnya.

"Oh," jawab Filo singkat.

Hugo menghela napasnya panjang. Serba salah sekali dia, kalau dijawab salah tidak dijawab tambah salah.

"Udah mantan Fil," ujar Hugo selembut mungkin, tapi tidak mempan.

Filo malah menatapnya tajam. "Terus kenapa mukamu jadi ngeselin waktu Vini bilang ada Phoebe? Si Vini juga ngeselin banget, ngapain coba bilang phobe didepan aku? Sengajakan dia mau bikin aku kesel? emang ya tuh cewek, hatinya jelek banget, mentang-mentang kamu nolak dia, ngeselinnya ke aku nggak ada habisnya!" cerocosnya yang membuat Hugo pening sendiri.

"Iya, Aku minta maaf, aku salah," mohon Hugo, berharap Filo berhenti ngambek tapi nyatanya tidak.

"Kemarin aku ditelfon Raza aja sampai kamu ngereog mau hamilin aku, kamu sendiri juga gitu!"

"Jangan bawa-bawa Raza!"

"Kenapa? Nggak suka? Kemarin aku telfon Raza biasa aja kamu segitu marahnya, sekarang Vini bilang ada Phoebe mukamu langsung berubah, lebih ngeselin mana hah? Oh atau jangan-jangan kamu masih suka sama si Phoebe Phoebe itu ya?" cerocos Filo.

"Gara-gara Vini, awas aja lo Vin," batin Hugo.

"Iya udah aku yang salah, aku minta maaf, jangan dibahas lagi. Ok?"

Filo berdecih. "Kenapa? Nggak suka mantannya dibawa-bawa?"

Hugo menghela napasnya sangat panjang. Kalau membahas mantan tak pernah ada ujungnya. Entah harus pakai cara apalagi untuk menenangkan Filo yang tantrum.

"Iya, aku yang salah mukaku berubah waktu dengar Phoebe, aku minta maaf."

"Oh jadi ngaku kan sekarang kalau muka-"

"Hai, lo cantik banget, lo mau jadi BA Esport nggak?"

Pertengkaran Filo dan Hugo berhenti ketika ada lelaki berpakaian casual itu bertanya pada Filo. Sejak kedatangan Filo, sejak tadi lelaki itu tak berhenti menatap Filo. Penampilannya sih biasa saja, dress putih berlengan pendek selutut, tas selempang hitam dan sneakers putih. Rambutnya panjang lurus sebahu, kulitnya kuning langsat, make upnya juga natural tapi lelaki itu yakin, jika sedikit dipoles Filo bisa menggaet banyak penggemar.

"BA apaan? Nggak ada!" tolak Hugo tak suka.

Mengurus Raza saja dia sudah kesal. Harusnya Hugo tak perlu mengajak Filo ke acara ini. Ia jadi lupa, kalau sebelumnya juga selalu begitu. Banyak lelaki yang terlihat tertarik pada Filo. Padahal penampilan Filo begitu sederhana, elegan tidak, seksi juga tidak. Tapi kenapa masih bisa menarik mata orang sih?

"Sorry, gue nggak nanya Lo Go, gue nanya sama cewek cantik ini," sahut lelaki itu, lagipula siapa sih yang tidak kenal Hugo. Satu negara juga kenal dengan Hugo,  si IQ 150.

●●●

Seharian baru bisa upload gaess T_T
Wattpad error terus :(
Punya kalen gitu juga gasih?
Btw jangan lupa pencet bintang dan komen ya.
Thxxxx lop u all

Pacar Rahasia Where stories live. Discover now