🦉Chapter 54 | Mandatory

2.9K 154 21
                                    

🦉CHAPTER 54🦉- Mandatory -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦉CHAPTER 54🦉
- Mandatory -

Sore itu, Gallan baru saja tiba di kampus. Dirinya mengenakan masker dan topi berwarna hitam. Sengaja karena ingin lebih tersamarkan dan tidak menarik perhatian. Meskipun dirinya tidak seterkenal Presiden Mahasiswa BEM Universitas, namun rata-rata warga kampus mengenali wajahnya lewat spanduk-spanduk besar yang terpampang figur dirinya selaku Ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Jadi, sedikit banyaknya, beberapa orang yang berpapasan pasti akan mengenalnya, ditambah lagi dengan skandal panasnya yang saat ini tengah menyebar.

"Semoga nggak ada yang ngeh sama gue," pikir Gallan sambil memperbaiki letak maskernya dan memandangi jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri.

Lelaki itu kini sedang berada di sebuah gedung tua bertingkat tiga yang telah mangkrak selama dua tahun di kampus itu. Saat pertama kali masuk ke lingkungan kampus lagi, rasanya sedikit aneh saja. Mungkin karena dia sudah lama tidak ke sini. Apalagi harus dalam keadaan menyamar dan menutupi identitas.

Tak lama, Gallan melihat sebuah motor memasuki pekarangan gedung mangkrak itu. Dilihat dari siluet tubuhnya, Gallan yakin kalau itu adalah Jayden, Wakil Ketua BEM FEB. Dia lah orang yang ingin Gallan temui sore ini setelah membuat janji pagi tadi.

Gallan menyapu pandangannya ke sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat maupun yang membuntuti Jayden dari belakang.

Begitu Jayden masuk ke dalam gedung mangkrak yang baru hanya pondasi itu, Gallan langsung menuntunnya ke bagian belakang gedung agar lebih tersembunyi lagi.

"Lo datang sendiri, kan?" tanya Gallan memastikan, menyingkirkan masker dari wajah namun matanya masih terlihat samar karena tertutupi oleh pet topi hitamnya.

Jayden hanya bergumam dengan nada rendah, gayanya terkesan lebih dingin. Selaku Wakil Ketua BEM sekaligus rekan juang, tampaknya lelaki itu tengah menyimpan banyak sekali kekesalan dan kekecewaan yang siap dilimpahkan pada Ketua BEM-nya itu.

"Good. Kita bicara di belakang," lugas Gallan yang juga sudah siap menghadapi apapun kata-kata terburuk dari rekan seperjuangannya di organisasi itu.

Jayden mengikuti Gallan dengan kedua tangan di saku. Dia sendiri sebetulnya kaget ketika tiba-tiba Gallan yang telah lama menghilang kini menghubunginya dan ingin bicara dengannya. Setelah dua minggu Jayden berusaha menggantikan peran Gallan sebagai Ketua BEM yang disertai dengan kebencian, cacian, dan intimidasi yang dia dapat dari berbagai pihak di kampus, akhirnya Gallan muncul juga menghubunginya.

"Lo mau apa?" tanya Jayden langsung. Wajahnya terlihat serius, menahan-nahan emosinya agar tidak langsung terlepas begitu saja.

"Gue tau lo pasti nuntut banyak penjelasan dari gue." Gallan menatap mata Jayden dengan tenang.

"Ya, saking banyaknya, gue sampai hampir nyapa lo dengan bogem mentah," imbuh Jayden. Berdiri berhadap-hadapan dengan Gallan, namun sengaja menyisakan jarak 3 hingga 4 meter agar dirinya tidak kelepasan menonjok Gallan jikalau kemarahannya mendadak lepas kendali.

THE REBELLOUSE! (On Going)Where stories live. Discover now