49. Ingin bertemu

121 10 3
                                    


Sudah dua hari berlibur di pulau pribadi, Vivi masih murung. Kemarin ia meminta tuk mendatangi ayahnya, namun ibunya bilang ayahnya sibuk bekerja. Kalau ayahnya bolos, nanti ayahnya bisa dimarahi bos. Alhasil, Vivi hanya bisa memandangi foto-foto ayahnya.

Hampir satu jam lamanya Florenzia mengelilingi penginapan dan halaman luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hampir satu jam lamanya Florenzia mengelilingi penginapan dan halaman luar. Di tangannya ada mangkok bergambarkan Barbie berisi ayam bakar beserta salad. Ini jam makan Vivi.

Sesekali Flori berteriak memanggil anaknya. Sudah ke seluruh kamar, toilet, dapur, hingga gudang, Violetta tidak ditemukan olehnya. Saat ada pelayan yang melihat, Violetta segera mengancam dan segera beralih tempat sembari membawa satu album besar dan tebal dalam pelukannya.

"Tadi kesana, nyonya." Satu pelayan menunjuk ke ruang gym yang dindingnya 80% tersusun dari kaca.

"Saya udah kesana, lho tadii!" gerut Flori tersulut.

"Tapi memang disana, nyonya."

"Monitor CCTV masih eror? Haah?! Kerja apa aja sih kalian itu?! Gitu aja ga becus!!" bentak Flori melotot begitu menakutkan.

"M-m-maaf, nyonya."

"Udah! Ck! Semuanya ga ada guna!"

Entah firasat dari mana, Flori memutuskan tuk mencari kearah pepohonan  yang tinggi dan lebat. Dari mulai membujuk rayu dengan lembut, sabar, hingga akhirnya ia merengek dan sesekali mengancam, lalu meminta maaf lagi. Ini manusiawi. Ibu tidak harus sempurna.

"Ssst! Vioooll! Makan duluu!" teriak Flori setengah mendongak. Ia berdiri di tengah jalan kecil yang kedua sisinya berjajar pepohonan.

"Ya udah, iyaaa. Nanti ketemu papih!"

"Vivi?! Vivi denger mamih ngomong, kaan?"

"Vivi tadi udah skip makan siang karena tidur, lho. Mamih bilang dietnya bukan ga makan. Tapi, kurangi makan," ucap Flori melangkah menelusuri jalan setapak berupa pasir.

Flori memejamkan mata. Ia sebenarnya tak mau membawa-bawa Hasan saat ada hal seperti ini. Tapi, ia terpaksa. Itu yang anaknya mau.

"Ga papa. Lagi pula nanti ketemu, kok. Aku ketemuin kalian berdua. Kalian harus tahu satu sama lain kalo kalian anak dan ayah."

"Vivi cantiik, sayaang, gemoynya mamiiih..."

Flori menatap ke kanan ke kiri pada kejauhan. Ada belasan pelayan yang sama sibuknya mencari keberadaan Violetta.

"Gemooy... gemoynya mamih manaa? Hmm?"

"Makan, yuk. Nanti mamih kasih izin makan permen, deh."

"Hiks. Hiks."

"Violett–." Flori melotot mendapati sosok yang ia cari sedang duduk pada cabang besar pohon yang memang besar. Vivi menangis sembari mengecupi permukaan foto dan menyapunya dengan bibir dan hidung.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now