CHAPTER 12

15 11 10
                                    

Mata Langit terbelalak, terkejut dengan kedatangan Grace yang baru saja tiba dan duduk di sebelahnya.

"Kok kamu bisa ada di sini?! Bukannya kamu-"

"Aku udah sembuh, Langit," potong Grace tersenyum lebar. "Aku sengaja nggak ngabarin kamu, biar suprise!" lanjutnya.

Langit seketika terpana, melihat senyuman manis Grace yang sangat ia rindukan.

Grace berkerut kening, merasa heran ketika Langit tiba-tiba memalingkan wajahnya.

"Kamu kenapa?"

Langit menggaruk tengkuknya, menggeleng pelan.

"Gapapa, Cuma speechless aja, ternyata harapan dan do'a aku nggak sia-sia."

"Emang apa harapan dan do'anya?"

"Aku selalu berharap dan doain kamu,"

Mendengar hal itu, senyum Grace perlahan memudar. Menatap Langit dengan serius tanpa berkedip, begitu pula dengan Langit.

"Tuhan itu maha baik. Apa yang aku tunggu dan inginkan akhirnya terkabul, aku bersyukur kamu pulih kembali."

Langit tersenyum lebar, tulus dari hati.

"Ada satu yang menurut aku lucu. Waktu aku liat senja, aku selalu bayangin seolah-olah kamu adalah senja itu. Kamu paham kan maksud aku?"

Grace mengangguk, "Kamu anggap senja pengganti aku, seperti yang aku lakuin selama ini sebelum kita ketemu."

Langit tersenyum.

"Aku penasaran, pas kamu anggap aku senja, kamu kan masih amnesia, belum ingat siapa aku yang sebenarnya. Apa yang kamu rasain??"

"Aku asal nebak aja kalo kamu itu cowok. Mungkin karena masih ada sedikit jejak di ingatan aku. Kalo wajah dan yang lainnya, aku nggak kebayang sama sekali."

Melihat Langit terus menatap Grace, membuatnya tersipu malu.

"Kenapa mukanya merah gitu? Salting yaa?" usil Langit terkekeh geli.

Grace segera menutup pipinya dengan kedua tangan, menggeleng-geleng.

"Ng-nggak kok, hawanya kan emang lagi panas." dalih Grace.

Langit manggut-manggut saja, padahal ia tahu Grace memang sedang tersipu malu hanya saja Grace berusaha menutup-nutupi.

"Waktu aku masih koma, sebenarnya aku bisa denger cerita-cerita yang kamu bilang, nggak semua sih, beberapa. Nggak cuma kamu, tapi Aya, Anin, bapak dan ibu juga."

Langit memang seringkali bercerita pada Grace mengenai hari-hari yang ia jalani tanpanya ketika Grace masih dalam kondisi koma.

"Termasuk soal ..." Grace tertunduk malu, menggantungkan ucapannya selama beberapa detik, berusaha keras memberanikan diri. "Anin yang bilang kalo ... kamu suk-suka sama aku. Ta-tapi, Anin mah cuma ngarang aja paling." sambungnya meringis kecil.

Langit segera meraih kedua tangan Grace, menggenggamnya erat.

"Anin nggak ngarang. Apa yang dia bilang itu bener."

Tatapan Langit yang sangat dalam, seakan menghipnotis Grace hingga membuat tak berkutik.

Keduanya saling menatap begitu dalam, sampai akhirnya terhanyut oleh perasaan masing-masing.

Perlahan Langit mendekatkan wajah, menutup mata lalu mengecup kening Grace.

Grace membeku, matanya tak berkedip.

Found And Lost [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang