Dear Alvareza, chapter 14

425 48 5
                                    

Happy reading and, enjoy!


Aji sedang berdiri di depan meja ruang tamu, disana masih ada sepupunya yang sudah terkapar di atas sofa dengan beberapa botol alkohol di sekitarnya. ia melihat masih banyak pecahan cangkir di sekitar meja.

Aji berjalan ke dapur untuk mencari sapu, setelah mendapatkan apa yang ia cari aji segera kembali ke ruang tamu dan membersihkan pecahan beling yang ada disana. tanpa ia sadari renang sudah terbangun dan sedang menatap apa yang aji tengah lakukan.

Setelah selesai aji mendongak dan mendapati renan yang tengah menatap nya dalam, sedetik kemudian ia melemparkan keresek yang entah berisi apa. Aji langsung menangkapnya dan menatap penuh tanda tanya pada kantong keresek itu.

Renan berdiri lalu mendekati aji. "Obat dari ayah lo, minum tiap hari atau ibu lo bakal terancam, itu kata ayah lo. " bisiknya tepat di telinga aji, setelah mengatakan itu renan pergi menuju kamarnya.

Aji membuka kantong keresek itu dan mendapatkan beberapa obat yang tidak aji ketahui itu obat apa.


































.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Aji sedang bersiap siap untuk berkerja, ia sedang menatap dirinya sendiri di depan cermin. sungguh wajahnya semakin tirus dan pucat, tidak seperti hari hari lalu. Mungkin besok ia harus mengecek kesehatan nya.

Aji mengambil tas nya lalu pergi keluar, dia sempat berpapasan dengan sepupunya yang sedang menonton tv di bawah.

"Obat lo udah diminum?. " tanya renan menghentikan aji yang hendak membuka engsel pintu.

Aji berbalik menatap renan dan mengangguk menanggapi perkataan sepupunya.

"Udah tadi, aku pergi dulu. " aji membuka pintu rumahnya lalu keluar menuju sepedanya,

ia berangkat berkerja di cafe yang tidak terlalu jauh dari rumahnya walaupun ia merasa sangat mengantuk setelah meminum obat yang tidak ia ketahui bernama apa.

Ia memarkirkan sepedanya saat sudah sampai di halaman depan cafe. sore ini cafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang saja. Karena anak muda baru akan keluar saat jam malam tiba.

aji langsung masuk kedalam cafe dan menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya.

Saat sudah selesai mengganti pakaian aji melihat reihan yang sedang melayani pelanggan dengan senyumannya.

"Eh aji, gimana alergi lo? Udah mending? " tanya reihan saat ia berada di depan aji yang tengah menatapnya.

Aji mengangguk lalu tersenyum. "Udah mendingan kok. "

Reihan menatap wajah aji yang sedikit aneh. "Wajah lo.. Kenapa? Kok kaya melepuh gitu ya?. " Reihan menyentuh bagian wajah aji yang sedikit melepuh itu namun saat sang empu meringis ia langsung menyingkirkan tangannya.

"Emm itu, tadi ga sengaja kesiram air sama sepupu. " jawab aji saat mengerti arti tatapan reihan yang terlihat tidak ingin di bantah.

"Sepupu lo itu gila ta?! Ayo ikut gue, pasti belum lo kasih salep. " reihan langsung menarik reihan ke ruangan ganti yang seingat nya ada kotak p3k disana.

Aji duduk di salah satu kursi sembari menunggu reihan mencari cari kotak p3k yang ia cari. "Sinian lo, biar gue salepin. " ucap reihan setelah mendapatkan apa yang ia cari.

Aji meng geser tubuhnya lalu membiarkan reihan membalurkan salep di bagian wajah nya yang sedikit melepuh.

"Selesai." ujar reihan lagi lalu ia kembali merapikan kotak p3k dan meletakkan nya kembali.

Aji tersenyum lalu menatap reihan. "Makasih ya reihan. "

"Sama sama, udah ayok kerja nanti ketauan atasan. " aji mengangguk lalu mereka kembali berkerja seperti biasanya hingga waktu menunjukkan jam pulang.








.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.






















Aji baru saja memarkirkan kembali sepedanya di halaman rumah dan kembali mengunci gerbang rumahnya, saat ia akan kembali masuk ke dalam rumahnya panggilan seseorang dari arah belakang membuat aji kembali menoleh kearah luar gerbang dan melihat jovian yang sedang melepaskan helm nya.

Aji berjalan kearah gerbang dan membukakan gerbang untuk jovian. "Masukin aja montor nya udah malem takut kenapa napa. "

jovian mengangguk dan memasukkan montor nya kedalam halaman rumah aji itu. Setelah nya aji kembali mengunci gerbang.

"Gue mau cerita ji. " aji mengangguk dan mengajak jovian duduk di belakang rumahnya, karena sudah pasti ruang tamu nya sudah di sabotase oleh renan.

Kini mereka sedang duduk di belakang rumah aji dan menatap kearah bintang yang sangat bagus malam hari ini.

"Bintang nya bagus ya. " celetuk aji tiba tiba. Jovian mengangguk lalu terdengar suara halaman napas berat dari jovian.

"Aji sebenrnya gue tadi ketiduran terus mimpi. " ujar jovian pada aji yang masih menatap langit.

"Mimpi apa? pasti yang enggak enggak. " aji tertawa lalu menghentikan tawanya ketika melihat ekspresi wajah jovian yang terlihat serius.

"Gue mimpi lo. " aji mengerutkan keningnya dengan penuturan jovian yang mengaku memimpikan nya, untuk apa jovian memimpikan nya ?.

"Gue mimpi lo bakal ninggalin gue, ninggal yang lainnya juga buat selamanya. Gue takut aji. " jovian menundukkan kepalanya, ia sangat takut kehilangan sahabatnya ini, sudah cukup ia kehilangan adik nya karena di bully habis habisan dan memilih untuk bunuh diri, ia tak mau merasakan kehilangan lagi.

Sedangkan aji tersenyum penuh arti ,ia menepuk bahu jovian hingga sang empu menoleh kearahnya. "Kita gatau kapan kita pergi, kita juga gatau kapan kita kehilangan. Semuanya udah takdir yang diatas, kita cuman tinggal ngejalanin itu. Kalo bisa nawar sebenernya aku pengen tetep disini aja bareng kalian, aku tau apa itu persahabatan dan aku tau apa itu keluarga gara gara kalian. " aji menjadi ucapannya.

"Kalian semua udah kaya keluarga aku, kalian berharga. Walaupun nantinya gue bakal pergi, jangan ada niatan buat nusul aku ya? Kehidupan masih panjang. " sambung aji menatap mata ber eyesmile milik jovian.

Jovian menatap sendu ke arah aji. "Udah cukup gue kehilangan hana, jangan ada namanya kehilangan lagi. Lo harus janji tetep di sini bareng kita kita. " jovian menyodorkan jari kelingking nya pada aji.

Aji memandang ragu jari kelingking jovian yang terulur padanya, degan ragu ia menautkan jarinya pada jari jovian.

"Iya aku janji ga akan kemana mana. " jovian tersenyum menunjukkan eye smile nya. Aji sendiri tidak yakin dengan jawabannya sendiri, karena ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya sendiri.

tapi bagaimana lagi, ia sudah terlanjur berjanji dan ia akan berusaha untuk tidak mengingkari janji itu.






































































































TBC.

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Место, где живут истории. Откройте их для себя