13 - Pria Berbulu Domba

1.3K 207 22
                                    

Jam istirahat mulai lima menit yang lalu. Saat ini Nera sedang di toilet karena perutnya mules, dia tidak biasa sarapan, kalau sarapan dirinya pasti harus segera membuangnya.

Begitu keluar bilik, Nera melihat seorang siswa sedang mencuci muka di washtafel dengan brutal. Tanpa peduli, Nera berjalan dan mencuci tangan di sebelahnya. Nera tertegun begitu siswa itu mengangkat wajah, dari pantulan cermin, Nera bisa melihat rupa pemuda yang lebih pendek darinya itu "Gilak! Mukanya bullyable" jiwa tukang bully Nera seketika bangkit.

BRAK!!

"ANJING!" Umpat Nera kaget saat pintu dibuka nggak santai.

Pemuda jangkung berambut hitam masuk dengan tatapan tajam menyapu ruangan, tatapannya berhenti pada pemuda yang entah sejak kapan meringsut dibalik tubuh Nera.

"Minggir" Ucap pemuda itu kepada Nera dengan penuh penekanan. Nera menunjuk dirinya cengo.

"Gue? Lo nyuruh gue minggir? Gue dari tadi diem disini ya nyet, ni bocah yang malah ngumpet di belakang gue, kalo mau ngambil lo tinggal muterin gue lah"

"Gue lagi males debat, jadi mending lo nggan usah nyari gara-gara" Mendengar itu Nera semakin panas, dia menatap tajam pemuda itu, atfosfer semakin memanas diantara keduanya.

"Maaf abang" Cicit pemuda di belakang Nera, memecahkan ketegangan keduanya yang sudah hampir adu bogem.

"Maaf apa?" Pemuda itu masih menatap tajam, pemuda yang lebih pendek berjalan pelan dari belakang tubuh Nera.

"Nggak akan makan pedes lagi" Cicitnya sambil memeluk pemuda yang lebih tinggi, Nera tercengang, mulutnya terbuka dengan tidak elit.

"Lo marah-marah cuma karna ni bocah makan pedes?! Yang bener aja cok?! Emang lo bapaknya ngatur-ngatur dia makan?!"

"Gue abangnya"

"Bener juga"

"Tapi lo bukan bapaknya!" Nera berjalan bersungut menuju pintu setelah sebelumnya dengan sengaja menyenggol bahu si pemuda jangkung, pemuda itu ingin mengejar tapi dihentikan oleh pelukan yang lebih pendek.

Nera berjalan menuju kantin, setelah bersemedi, sekarang dia lapar. Ada banyak stand di sana, Nera memilih tempat duduk di pojok belakang, memesan makanan melalui barcode di meja. Sambil menunggu pesanan, Nera memainkan ponsel, memilih salah satu game MOBA dan memainkannya.

"Boleh kami duduk di sini?" Tanpa mengalihkan pandangan, Nera mengangguk, Nera kenal suaranya, dia siswa yang duduk di depannya tadi.

"Soal kawasan tanah yang lo bicarain tadi... emang bener-bener seenggak menguntungkan itu?" Tanya pemuda berambut hitam yang bernama Taksa.

"Percaya aja sama gue, gangster di sana ngeri-ngeri"

"Lo pernah ketemu gangster di sana?" Tanya pemuda berambut coklat bernama Candra. Nera mengangkat wajah memandang dua orang yang menatapnya penasaran.

"Kenapa emangnya?"

"Penasaran aja gue, lebih sereman mana sama kartel?"

Nera tercengang dengan pertanyaan itu

"Yakali kartel dibandingin sama gangster, lagian nggak pernah ketemu sama kartel gue"

"Gabriel, dia anak pimpinan kartel minyak" Ucap Taksa dengan berbisik.

"Gabriel siapa?" Taksa menepuk jidat frustasi.

"Ituloh yang tadi debat sama lo, yang rambutnya blonde"

"Ohh..." Nera manggut-manggut.

Pesanan mereka akhirnya datang, Nera memesan Nasi Goreng Seafood dan jus jeruk. Saat asik menyuapkan makanan, Nera mendongak memandangi seisi kantin yang tiba-tiba terdiam, dari arah pintu masuk, sekelompok orang datang, tapi atensi Nera tertuju pada pemuda jangkung yang di toilet tadi, kunyahan Nera terhenti saat melihat pemuda itu menggendong pemuda yang pendek di depan.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang