9 "-V"

29 3 0
                                    

"Minus V"

THE S

Gelap. Kira kira beginilah kondisi rumah Vina. Cahaya hanya datang dari senter, serta cahaya yang samar samar masuk dari jendela. Sebuah pohon besar menutupi setiap jendela. Membuat cahaya luar juga sulit masuk ke rumah. Berantakan. Berserakan. Lantai berwarna putih sudah tidak melihatkan dirinya lagi. Membiarkan dirinya tertutup oleh lemari, baju baju, robekan-robekan kain, pecahan kaca, pecahan lampu, plafon rumah yang rubuh, juga genangan air. Jangan lupakan gangguan gangguan dari 'tamu'. Untuk orang seperti Alvinn, sulit sekali berjalan dengan keadaan seperti ini. Para 'tamu', menindih tubuhnya. Seluruh benda yang berserakan juga menutup jalan. Berjalan bahkan akan sangatlah sulit. Berat ditubuhnya, ditambah barang barang ini, akan menjadi hal yang sulit dilalui. Ditambah lagi, si adik dan seorang teman yang harus Ia jaga.

Fatih. Orang yang terlihat memiliki sikap 'bodoamat' atau tidak peduli, sebenarnya selalu memikirkan cara untuk membantu orang-orang terdekat. Rasa 'gengsi', membuatnya ragu ragu saat akan melakukan sesuatu untuk orang lain. Tak jarang muncul rasa menyesal, ketika terlambat beraksi pada suatu masalah. Penyesalan, rasanya sudah seperti baju yang tiap hari di pakai. Selalu ada dan tak pernah hilang. Ia menginginkan setidaknya dapat sedikit mengubah penyesalannya, menjadi hal yang dapat disyukuri.

Bersyukur. Mungkin Ia harus lebih bersyukur. Tapi, setiap kali dirinya mensyukuri apa adanya, rasa menyesal, tetap akan muncul dari lubuk hati yang terdalam. Berkali kali Ia diselamatkan, bukan menyelamatkan. Berkali kali Ia ditolong, bukan menolong. Berkali kali Ia dibawa, bukan membawa. Berkali kali Ia jatuh ke labirin tanpa jalan keluar. Hitam, gelap, dengan ratusan kata kata bertulis merah yang selalu menghantuinya di setiap dinding. Kira kira, inilah sebuah gambaran pikiran Fatih saat dirinya menyesal. Ia harus keluar dari labirin itu, secepat mungkin.

Saat ini, Fatih bertekad bulat, untuk melindungi sahabat terdekatnya, Alvinn. Ia sadar atas penyesalan yang timbul akibat diam di kebakaran sekolah beberapa bulan lalu. Ia paham, dirinya harus berubah, dan membuat penyesalan yang akan muncul seminimal mungkin. Ia harus lebih berani. Jangan PERNAH, ada keraguan lagi. Semua harus dihadapi. Iya, maka Iya. Tidak, maka tidak. Harus 100% sesuai hati dan pikiran. Kedua mata Fatih sudah menjadi saksi atas ribuan penyesalan yang pernah dilihat. Kegagalan, kekeliruan, bahkan kematian, sudah pernah Ia saksikan dengan matanya sendiri.

Cukup dengan masa lalu yang pahit, lalui apa yang ada di depan saat ini. Alvinn, Fatih, S, memasuki rumah tersebut. Layaknya kemarin, Alvinn merasa berat di bagian belakang tubuhnya, Kirana dan Delia bersandar di punggung Alvinn yang sedang berjalan. Pergelangan tangan bagian kanannya di genggam oleh sang adik dengan kuat. Fatih memegang sebuah senter di tangan kirinya sembari berjaga jaga akan apa yang mungkin terjadi terhadap Alvinn. Mereka berjalan perlahan, tentu, Alvinn sulit berjalan, jadi Ia meminta agar mereka berdua berjalan mengikuti langkah kaki miliknya.

Tidak peduli apa yang ada dibawah kaki, semua diinjak, tak terkecuali pecahan kaca, maupun kayu dari lemari. Sepatu mereka lumayan kuat, ya? Fatih melihat sekeliling, sangat berantakan, padahal baru 2 bulan ditinggal. Tetapi, dengan keadaan seperti ini, orang orang mungkin bisa mengira bahwa rumah ini sudah ditinggal sejak 20 tahun yang lalu. S berlindung di belakang si kakak. Perasaan gelisah terus mengikutinya. Ia khawatir kondisi sang kakak akan seperti kemarin.

"Vin?" ucap seorang arwah berambut kuning pendek dengan baju hitam, Delia.

"Sebenarnya, rumah macam apa ini? Selama aku menjadi hidup dahulu, sampai aku mati saat ini, aku tidak pernah melihat rumah yang baru ditinggal 2 bulan sudah seperti ini. Kau yakin ini baru 2 bulan?"

Alvinn mengangguk kecil. Ia ingin menjawab, tapi bila Ia menjawab, si adik akan kebingungan dengan siapa si kakak berbicara. Fatih? Dia tidak akan terkejut, karena dia juga dapat merasakan keberadaan makhluk, walaupun tidak dapat mendengar maupun melihat, tidak seperti Alvinn.

THE S || PermulaanWhere stories live. Discover now