TB10 - Luka

32.5K 3K 1.3K
                                    

Cerita ini ditulis oleh seorang muslimah lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang bekerja sebagai lawyer di bidang hukum keluarga Islam. Penulis senang membagikan kisah romansa yang dikemas realistis serta memberi penyelesaian konflik yang berkiblat pada hukum Islam di Indonesia.

Apakah kamu sudah membaca 2 novel karyanya sebelum Tanah Baghdad?

Dapatkan di toko buku online worldwide shipping (@zahrabookss @novely

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dapatkan di toko buku online worldwide shipping (@zahrabookss @novely.young @tokotmindo @bumifiksi.pusat) dan Gramedia.

Jangan lupa vote dan kasih komentar part ini kalau mau update lagi.

Banyak yang mampu menghafal Al-Qur'an, tetapi tidak banyak yang mampu berakhlak sesuai ajaran Al-Qur'an

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Banyak yang mampu menghafal Al-Qur'an, tetapi tidak banyak yang mampu berakhlak sesuai ajaran Al-Qur'an. Banyak yang mampu menambah hafalan Al-Qur'an, tetapi tidak banyak yang mampu menjaga hafalan. Tercenunglah Keisya dalam gelapnya sepertiga malam. Nasihat Umi dan Abah saat dirinya diwisuda menjadi hafizah 30 juz terus bermain dalam pikiran.

"Mbak Eca tahu apa yang berat dari seorang penghafal Al-Qur'an dalam menjaga hafalan?"

"Muroja'ah, nggih, Abah? Suka malas mengulang hafalan."

Ustazah Isna tersenyum hangat. Dia genggam tangan putrinya yang hari ini wajahnya dirias polesan make up tipis dengan jilbab hijau muda seragam pesantren ditambah slempang penghargaan bagi santriwati berprestasi.

"Ada yang lebih sulit, Nak. Mulai sekarang apa yang Mbak Eca lakukan, apa yang Mbak Eca makan, bagaimana perilaku Mbak Eca pada orang lain akan mempengaruhi bertahan atau tidaknya hafalan."

Salah satu dari 10 sifat terpuji para penghafal Al-Qur'an adalah berbakti pada orang-orang yang Allah kehendaki. Orang tua, guru-guru, dan setelah menikah tentunya suami. Keisya menoleh ke kiri. Tempat suaminya masih tertidur pulas. Ditatapnya laki-laki dengan hidung mancung dan lancip.

Malam ini berlalu dengan Keisya tidak memberikan sambutan hangat saat suaminya baru pulang dari aktivitas di luar. Malam ini terlewat tanpa Keisya bertanya apakah kepala keluarganya sudah makan malam. Hari berganti dengan Keisya tidur memunggungi suami. Keisya ingin sekali membangunkan Fikra lalu mendirikan solat bersama. Namun, dia masih takut. Dia paksa kakinya melangkah mundur karena ucapan, "Gue nikahin lo supaya bisa keluar dari kekangan Umi dan Abi di pesantren! Puas?"

TANAH BAGHDADWhere stories live. Discover now