Salju (15)

66 21 27
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

Cuaca dingin masih berlanjut. Orang-orang memakai mantel tebal saat melakukan aktifitas di luar. Itu juga berlaku bagi Seungri yang sedang berjalan kaki sendirian di trotoar. Sepertinya pemuda itu sedang menuju halte bis di dekat kampusnya.

Angin dingin bertiup menerpa wajahnya yang kemudian membuatnya memerah. Tangannya juga kedinginan karena hari ini dia lupa untuk membawa sarung tangan. Dengan berdiri di halte, Seungri menggosokkan kedua tangannya demi mendapatkan kehangatan. Dia juga meniupkan hawa panas dari mulutnya.

"Hahh, sial. Dingin sekali," keluhnya, "kenapa aku lupa sarung tanganku."

Masih dengan bibir yang bergumam sendiri, Seungri tidak menyadari ada sebuah mobil yang berhenti menepi tak jauh dari halte bis. Pemilik mobil tersebut turun dari mobil dan menghampiri Seungri.

"Seungri-ssi!"

"Uhm? Eoh! Hai Hyung!"

Seungri yang semula bingung siapa yang memanggilnya, tiba-tiba segera merekahkan senyum dengan tangan yang melambai ke arah si pemanggil.

"Sedang apa?"

"Aku sedang menunggu bis. Mau ke toko buku sebentar," jawab Seungri.

"Ikut aku!" titahnya.

"Hahh?"

Tanpa meminta dua kali, Jiyong langsung menarik tangan Seungri. Pemilik tangan terkejut dengan tarikan Jiyong yang mendadak. Dengan terseok sedikit karena Seungri juga ragu untuk ikut.

"Ehh? Hyung, tu-tunggu dulu!"

Jiyong tidak menggubris Seungri. Dia terus saja menarik Seungri untuk berjalan ke mobilnya.

"Kita mau ke mana?" tanya Seungri masih menahan-nahan langkahnya.

"Masuk mobil!" titah Jiyong.

"Hahh?"

Seungri terbelalak tidak mengerti dengan lelaki muda yang sedang menarik juga menggenggam pergelangan tangannya cukup erat. Jiyong buka pintunya dan sedikit mendorong tubuh Seungri untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Ini namanya penculikan, Hyung!" seru Seungri saat akhirnya dia masuk ke dalam mobil.

"Bodoh!" ketus Jiyong sebagai jawabannya. "Sabuk pengaman!"

"Hah?" Seungri melihat Jiyong yang melirik pada sabuk pengaman. "Aahhh .... sabuk pengaman," ucap Seungri, lalu menarik sabuk pengaman dari mobil Jiyong.

Mobil pun melaju setelah sabuk terpasang. Jiyong diam, Seungri pun sama. Mereka berdua tidak tahu mau bicara apa. Akan tetapi, itu hanya berlaku sementara. Seungri tak pernah betah untuk diam terlalu lama.

"Hyung mau ke mana?" tanyanya untuk mencairkan suasana.

"Kebetulan lewat," jawab Jiyong.

Sesungguhnya Jiyong sengaja melewati kedai ramen tempat Seungri tinggal saat otaknya sudah mulai pusing dengan urusan pribadi. Dia ingin melihat Seungri kalau saja orang itu keluar dari kedai dan nyatanya takdir tak pernah salah. Atau bisa dibilang melihat Seungri keluar suatu bonus. Jadilah dia mengikuti Seungri. Ingin tahu akan ke mana pemuda itu.

The Unpredictable Love [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora