04 | Pencarian Selanjutnya

4.7K 386 4
                                    

Minggu pagi.

Alice membuka tas kopernya yang disama masih terdapat 2 stock mie instan di dalamnya. Kemudian, ia membuka bungkusnya dan menaruh kedua mie tersebut di atas piring besar berwarna putih. Lanjut, gadis bule itu menaburkan bumbu-bumbunya-tanpa direbus. Mungkin saking kelaparannya.

Dan Alice pun memakannya rakus!

Hingga mie itu habis tak tersisa. Meski bibirnya sekarang terasa amat asin karena mie yang dia makan, tak peduli, yang penting makan!

Kemudian, ia mengambil satu botol mineral air putih yang ada di atas meja dekat jendela dan meminumnya hingga habis tanpa sisa. Tak lain, itu hanya untuk menambah rasa kekenyangannya saja. Dan saat dirasa perutnya saat ini sudah penuh, dia bergegas mengemasi baju dan barang-barangnya bawaannya kedalam koper besar milik-dia berencana untuk cabut dari apartemen saat itu juga.

"Saya akan mati kalau berada disini terus." gumam Alice sambil memasukkan baju bajunya ke dalam koper.

Keluar dari apartemennya.

Di pinggir jalan, Alice memandangi kanan kiri memastikan Rumi ada di sana, di sepanjang perjalanannya, lengkap dengan koper besar yang dia bawa.

Langkah Alice pun kini terhenti di depan sebuah gereja yang lumayan besar. Dia lupa hari itu hari Minggu. Hingga Alice pun ingin masuk. Dan masuklah gadis itu. Sampai Alice di dalam gereja. Dia duduk di bangku panjang dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya. Gadis itu tah henti-hentinya memanjatkan do'a kepada Tuhannya untuk di kirimkan sosok Rumi kepadanya, dan tak lain hanya untuk membantunya.

Usai dari gereja itu, Alice pun lekas melangkahkan kaki-kakinya untu bergegas menuju Alun-Alun kota Madiun. Di sana dia mencari Rumi dan menanyakan perihal Rumi ke setiap orang yang dia temui disana. Dengan berbekal sebuah do'a dan harapan kepada Tuhan untuk segera mengabulkannya.

"Excuse me, Sir." (Permisi, Pak.) ucap Alice kepada seseorang. "Bapak kenal dia?" tanya Alice menunjukkan foto Rumi di kameranya.

"Gak kenal." balas orang itu.

Lanjut ke orang di sampingnya.

"Permisi! Anda kenal dia?"

"Gak kenal, Mbak."

Hal tersebut terus Alice lakukan di sepanjang perjalanannya, ia terus menanyakan perihal keberadaan Rumi yang sudah beberapa hari ini tidak menampakkan dirinya untuk berjualan bunga.

Alice menghela nafasnya kasar, keringat telah penuh membasahi wajah putih dan bersihnya itu. Dengan nafasnya yang tak teratur, dirasa dirinya kelelahan. Gadis bule itu pun menyandarkan badannya di bawah pohon tepi jalan samping Alun-alun.

Hingga tak berselang lama, datang salah seorang tukang becak menawari Alice tumpangan.

"Butuh tumpangan, Mbak?" tanya si tukang becak yang masih duduk di jok becak itu.

"Oh, tidak." jawab Alice.

Alice menghela nafasnya kasar dan membasuh keringat yang ada di lehernya dengan tangan.

Dengan menatap tukang becak yang lekas menggowes becaknya itu, tanpa ragu, kini Alice pun mencoba untuk menanyakan perihal Rumi kepadanya.

"Pak!" celetuk Alice memanggil tukang becak.

"Yo, Mbak?" balas tukang becak yang kemudian berhenti.

"Mau bertanya." ucap Alice dengan berusaha menyalakan kameranya. Namun, saat Alice memencet tombol kameranya, kamera itu tidak kunjung menyala.

Kehabisan baterai!

"Argh! Damn!"

Si tukang becak pun terus menunggu pertanyaan apa yang akan keluar dari bibir Alice.

Kota 7 Negara [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now