Lapar (16)

66 17 25
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

"Kau beruntung masih ada appamu, aku yatim piatu sejak kecil," ucap Seungri seraya menyeruput coklat panas buatan Jiyong. Enak juga ternyata, pikir Seungri.

Jiyong diam sambil mendengarkan cerita Seungri. Berpikir mana yang lebih beruntung antara dirinya dengan pemuda yang selalu terlihat ceria itu. Jiyong memang masih memiliki ayah dengan kekayaan yang siapapun pasti iri dengannya.

Apapun yang diinginkan Jiyong bukan hal sulit untuk didapat. Namun, hidupnya bagaikan burung di dalam sangkar emas. Bahkan kebebasan untuk mencintai pun tak dia miliki. Apa ini yang disebut beruntung baginya?

Sementara Seungri, memang hidup dalam keluarga angkatnya yang hanya menjual ramen untuk kesehariannya. Tak memiliki sangkar emas dan mampu terbang bebas ke manapun yang dia inginkan. Melakukan apapun tanpa harus terkekang dan mungkin bisa mencintai orang yang Seungri inginkan.

Jika hidup dikatakan adil, maka tak ada yang namanya orang kaya dan miskin. Orang yang hidupnya senang dan sedih. Seharusnya semua bisa merasakan hal yang sama.

"Kerjakan tugasmu," ucapan Jiyong membuat Seungri teringat tujuannya ke penthouse Jiyong. Lebih tepatnya Jiyong yang bawa.

"Oh iya, aku hampir lupa!" seru Seungri yang kemudian menaruh gelas berisi coklat panas di atas meja.

Seungri mengeluarkan buku yang berisi tugas kuliahnya dan mulai belajar bersama dengan pujaannya. Selama Jiyong menjelaskan fokus Seungri pada gerakan bibir tipis pemuda di sampingnya atau menatap manik coklat Jiyong yang baginya bergerak indah saat melihat isi buku.

Tenang saja, meski penglihatannya hanya terfokus pada wajah tampan si pemuda es, telinga Seungri menangkap dengan jelas setiap penjelasan dari Jiyong dan menyimpannya dengan baik di otaknya.

"Apa kau sudah mengerti?" tanya Jiyong yang kemudian menatap Seungri tanpa senyum. Rona merah di wajah keduanya tiba-tiba muncul.

"Um? Ah, iya aku mengerti sekarang," kilah Seungri segera membuang arah pandangnya karena malu tertangkap basah sedang asyik menatap pujaan.

"Kalau begitu kau kerjakan," titah Jiyong.

"Ne, tunggu sebentar dan kau akan lihat hasilnya!"

Dengan Jiyong duduk di sebelah Seungri, menemaninya sambil membaca buku, juga dengan detak jantung yang tak karuan. Berusaha mengatur ekspresi tetap tenang agar Seungri tidak menganggapnya lucu karena dia tegang.

Setengah jam kemudian Seungri menyelesaikan tugasnya. Wajahnya yang sumeringah karena puas tanpa harus membeli buku tambahan untuknya belajar, Seungri dapat ilmu gratis.

"Selesai!" seru Seungri dengan lantang.

Jiyong dengan tenang melirik Seungri, menutup bukunya lalu menaruh di atas meja dengan santai.

"Hyung, coba kau lihat! Apa sudah benar?"

Seungri menyerahkan buku yang berisi tugas kuliah. Matanya berbinar saat Jiyong menerima bukunya dan memeriksa dengan teliti.

The Unpredictable Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang