Bab 6: Jarak antara kita

51 8 4
                                    

"Sepertinya, aku ingat kau mau bercerita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Sepertinya, aku ingat kau mau bercerita. "

(Y/n) duduk dilantai yang beralaskan karpet bulu tebal. Dia menyandarkan punggungnya disofa.

Buku sketsa berada di pangkuannya. Sorot mata (y/n) berubah, terlihat sedih karena sesuatu.

"Tidak. Kau sedang sakit. Aku tidak ingin membuatmu tambah sakit lagi. "

"Tidak apa-apa. Aku bukan lekaki muda yang lemah. "

(Y/n) tertawa kecil. "Benarkah?" dia merasa geli dengan pengakuan Erwin. "Lalu,siapa tadi yang tidak mau minum obat karena pahit? " tanyanya.

"Aku kalah. "

"Benar. Kau sudah kalah, Erwin-san. Kau tetap lelaki muda yang lemah karena obat. "

Malam itu apartemen erwin menjadi sangat hening. (Y/n) belum pernah berada ditempat seluas ini dan sehening ini.

Bagiamana erwin tinggal selama ini. Rumahnya kosong. Seakan tanpa kehidupan. Tanpa ada orang lain.

(Y/n) pernah bertanya-tanya, kenapa Erwin bisa begitu baik padanya. Karena kasihan atau karena dia tidak suka sendirian. Beberapa kali mereka saling mengirip pesan. Keramahtamahannya bahkan bisa tertulis dari kalimat yang dia kirim.

"Erwin-san? "

"Hm. "

"Sebenarnya, besok adalah hari penting bagiku. Aku sudah menunggunya hampir limat tahun sejak lulus dari universitas jurusan seni rupa. Setelah lukisanku ditolak oleh hotel bintang tiga di shibuya. Ada seorang koleg yang menawarkan padaku untuk melakukan pameran. "

"Di mana? "

Kepala (y/n) bersandar di tepi sofa. Busa empuknya membuatnya hampir terpejam.

"Sangat jauh. "

(Y/n) mengangkat tangannya dan erwin menyentuhnya. Jemari tangan mereka menyatu, menggenggam.

"Kau tidak akan bisa menemuiku lagi di kursi taman shibuya. "

Helaan nafas terdengar sangat panjang. Erwin beranjak dari tidurnya. Dia mengangkat setengah badannya untuk meraih sesuatu disamping sofa. Bunyi klik terdengar, bersamaan dengan senderan sofa yang bisa turun ketika erwin mendorongnya.

"Kemarilah. "

Erwin memberikan ruang untuk (y/n) tidur disampingnya.

(Y/n) hanya menatapnya.

"Kau tahu, aku bukan pria yang seperti itu. "

(Y/n) menjawab, "aku tahu. Cuman saja, aku terkejut melihat sofamu bisa berubah menjadi tempat tidur. "

"Sekarang kau sudah tahu. Dan, sebelahku masih ada tempat kosong. Semalaman duduk dilantai di musim dingin akan membuatmu sakit. "

(Y/n) melepaskan sepatunya. "Belum pernah aku mendengar rayuan sehalus itu. Aku terkesan. "

a calm love. (ErwinxReader)✔️Where stories live. Discover now