Jiyong dan Min Jun (18)

77 19 12
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


"Daddy, coba lihat keluar! Salju turun! seru Min Jun dari jendela di ruang tengah langsung menghadap halaman taman di belakang rumahnya.

Jiyong hanya menoleh pada si kecil ketika mendengar seruan Min Jun. Anaknya persis sekali dengan sang 'istri' yang selalu semangat ketika salju turun.

Min Jun membuka pintu kaca geser yang juga sebagai jendela, berlari ke arah teras dan menadahkan tangannya untuk menyentuh salju yang jatuh.

"Wah, salju! Aku ingin buat Olaf nanti kalau sudah banyak," ucap Min Jun sendiri dengan wajah senangnya. Lupa jika di belakangnya ada yang sedang perhatikan dirinya.

Jiyong menghampiri Min Jun dan menyuruh turun tangan kecil itu. Jiyong berjongkok di depannya. Diusap pelan tangan kecil Min Jun dengan sapu tangan sang ayah.

"Dingin. Jangan terlalu lama. Nanti kau sakit!" ucap Jiyong membuat sumeringah di wajah Min Jun lenyap.

Selalu begitu tiap kali musim salju. Jiyong selalu melarang Min Jun berlama main salju.

"Daddy, Min Jun sudah besar. Tidak akan sakit," protes sang anak.

Jiyong menengadah pada Min Jun.

"Tiap tahun kau selalu sakit saat musim dingin," tukas Jiyong.

"Kali ini saja, Daddy!" Min Jun memohon.

"Nanti papa marah," jawab Jiyong.

Min Jun mendekat ke telinga Jiyong dan berbisik, "Jangan bilang papa! Cukup Min Jun dan Daddy saja yang tahu."

Jiyong menggeleng tegas. Merayu sang ayah akan sangat sulit.

"Daddy, please!" Min Jun mengeluarkan tatapan sedihnya demi meluluhkan sang ayah.

"Min Jun-ah, papa sedang sakit. Min Jun tidak kasihan kalau papa khawatir denganmu saat kau sakit?" ucap Jiyong.

Min Jun mengatupkan bibirnya. Matanya langsung berubah sedih ketika teringat jika papanya sakit setelah kejadian penjambretan. Tubuh Seungri masih lemas dan sempat menghangat saat sore menjelang.

"Min Jun?" Jiyong memanggil karena tak dapat jawaban dari anaknya.

"Min Jun kasihan, Dad. Min Jun mau papa sehat, adik bayi juga sehat," jawab Min Jun sambil tertunduk sedih.

Jiyong bangun, kemudian menggendong anaknya untuk diajak masuk ke dalam. Jiyong juga menutup pintu kaca tadi agar angin dingin tak masuk.

"Kalau begitu menurutlah. Daddy izinkan kau bermain salju jika pakai baju hangat serta sarung tanganmu," Jiyong berkata cukup panjang. Min Jun masih suka terkesima jika ayahnya bicara panjang.

"Benarkah, Daddy?"

"Daddy pernah bohong denganmu?"

Min Jun menggeleng. Dia yakin seratus persen jika sosok yang tengah menggendongnya ini tak pernah berbohong padanya.

"Baiklah, Min Jun akan pakai baju hangat dan sarung tangan saat main salju," tandas sang anak.

"Boleh main, tapi tidak lama. Min Jun ingat, 'kan?" pesan Jiyong.

"Ingat, Dad! Min Jun bisa sakit."

"Good boy!" puji Jiyong, lalu mengecup pipi putra sulungnya sebagai tambahan dari pujiannya.

The Unpredictable Love [End]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon