8.

256 34 16
                                    

Happy reading.

Awan mendung dengan hujan rintik membuat First memutuskan untuk tidak lagi bergerak lebih dekat ke tempat camping.
30 menit berlalu dan keduanya tidak terlihat berhenti berbicara satu sama lain, makanan terakhir mereka adalah buah yang dipetik First pagi tadi, telah habis dimakan dan kini benar-benar hanya menunggu tim penyelamat datang.
Khaotung bercerita tentang kapan dia mulai merokok, apa yang membuatnya menyukai musik dan apa yang akan dia lakukan jika tidak mau lagi bermain musik.

"Akting?"

"Apa aku terlihat aneh jika menjadi aktor?"

First tertawa kecil lalu menolehkan kepalanya pada Khaotung. "Wajahmu cukup menjual, tapi untuk saat ini kau tak memiliki banyak ekspresi."

"Aku belum mencoba apapun dan kau sudah mengkritikku."

"Tapi kau terlihat akan hebat bila berakting marah dan terluka."

"Kau juga memiliki bakat untuk jadi aktor, Phi."

First menaikan satu alisnya. "Menurutmu aku akan baik dalam hal apa?"

"Menjadi pria baik yang bodoh dan mati dimakan hewan buas, peran piguran yang akan disayangkan kepergiannya di awal penayangan."

First tertawa lagi, setidaknya Khaotung menyebutnya sebagai seseorang yang baik. "Jadi aku akan mati dengan tenang bila mati sebagai orang baik."

Khaotung tanpa sadar tersenyum sepanjang obrolan ringan mereka, ia juga banyak berbicara saat ini hingga akhirnya dia menyadari bahwa dia terlalu jauh keluar dari karakternya.

"Apa menurutmu aku juga cocok sebagai penjahat?"

First perhatian mata lucu milik Khaotung, tatapan sedih dengan pipi gembil.
Diperhatikan seperti ini, Khaotung tampak manis di mata First.

"Entahlah," gumam First. Karena First tidak pernah melihat sisi jahat Khaotung.

"Karena yang ingin aku lakukan adalah memastikanmu bahagia."

Khaotung mengatupkan bibirnya, detak jantungnya berdetak lebih cepat setelah First mengatakan kalimatnya kemudian tersenyum begitu manis.
Apa ini? Khaotung suka bagaimana dia terus menerus mendapatkan kejutan manis dari sikap kepedulian First.

"Phi."

"Hem?"

"Bagaimana jika kau jatuh cinta lagi pada pria?"

First terlihat terdiam, terkejut dengan pertanyaan Khaotung yang tiba-tiba.

"Khaotung!"

"First Khanapan? Apa kalian disini?"

Khaotung menolehkan kepalanya pada beberapa orang yang terlihat mendekat namun masih terhalang dahan dahan pohon.

"Kami disini!" Teriak First, lalu berdiri dari duduknya membuat Khaotung kembali menoleh padanya.

"Ayo, kita akan pulang."

Khaotung terlihat kebingungan, juga canggung. Pertanyaannya belum dijawab, dan dia tak berpikir untuk bertanya kedua kalinya nanti.
.
.
.
.

Setelah semuanya di urus, Khaotung yang dirawat di rumah sakit bisa pulang setelah keadaan kakinya membaik, mungkin 2 sampai 4 hari dia akan menginap disana.
Karena Khaotung bersikukuh dia jatuh karena kelalaiannya sendiri, sekolah tak bisa disalahkan atas kegiatan yang dilakukan tersebut.
Khaotung melihat sendiri bagaimana Fern juga sibuk mengurusnya.
Dari mulai mengurus sekolah yang sempat didemo para orangtua, karena Khaotung tidak mau menjadikan sekolahnya jelek jadi Fern turun tangan untuk membantu pihak sekolah.
Fern juga membantu First yang jatuh sakit sejak hari itu, jadi Fern memutuskan untuk cuti kerja dan mengurus semua keperluan Khaotung di rumah sakit.

Love Is Blind [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora