#19 Can I Have You Forever?

30 6 0
                                    

Pintu ruang kelas diketuk beberapa kali oleh seorang lelaki. Seluruh pasang mata dalam menatap lelaki itu dengan tanda tanya.

“Ada Kak Chayra?”

Chayra sontak mengangkat tangan kanannya. Lelaki itu menghampiri Chayra dengan menenteng kantong.

“I love you. Can I have you forever?”
Keempat gadis itu diam. Terkejut? Jelas. Donor keberanian dari manalelaki ini berucap seperti itu? Ucapannya membuat tubuh mereka membatu serta kerongkongan yang kelu.

“Jangan dijawab! Bilang aja ke orangnya langsung!” Ucapnya menunda Chayra berbicara.

“Maksudnya?” tanya Chayra.

Delima mencondongkan tubuh ke arah lelaki itu seraya mengamatinya dengan kepala miring. Sedangkan si empu meletakkan tas kecil bawaannya di atas meja.

“Dari Kak Afgan, dia yang suruh gue bilang begitu,”

“Terus apalagi?” tanya Chayra.

“Udah itu aja. Kak Afgan nggak bisa masuk kelas karena harus ikut tawuran versus sekolah sebelah.”

“HAH?!” beo Teresa, Delima, dan Namira bersamaan.

Delima menggertakkan gigi saat menyadari sesuatu setelah mengamati lelaki itu. “Lo anak OSIS kan?!” tangan kanan Delima naik meraih kerah seragam adik tingkatnya.

“I-iya Kak...”

“Beraninya lo nurut disuruh-suruh Afgan kayak gini! Angkatan berapa?!” Delima mengeratkan cengkeramannya pada kerah lelaki yang diketahui namanya adalah Dewa. Mereka melihat jelas nametag di seragamnya.

“Singanya ngamuk tuh!” cetus murid lelaki yang berada di sudut ruang kelas. Niatnya mengompori keadaan saat ini.

“A-ampun Kak. Saya dari angkatan tiga puluh dua. Tadi disuruh, dikasih uang jajan juga, jadi mau...” di kata terakhir Dewa meringis kecil.

“Pulang sekolah lo tunggu gue di ruang OSIS. Sampai gue nggak lihat batang hidung lo... Awas aja!”

Dewa memejamkan mata setelah Delima membentak tepat di depan wajahnya. Setelah itu cengkeraman Kakak tingkatnya lepas yang membuatnya bisa bernafas sedikit lega.

Teresa berdiri tegap di samping dewa. “Pimpinan, saya ambil alih. Siap... Gerak!!!” dengan intonasi suara tinggi nan tegas, Dewa sontak menghadap Teresa dengan posisi siap.

“Jangan lupa temui gue juga, Dek.” Lirihnya.

“Bubar!” Teresa berucap. Sontak Dewa berbalik kanan dan lari keluar kelas dengan terbirit-birit.

Delima, Namira dan Chayra bertepuk tangan, sedangkan Teresa mengangkat dagunya seraya tersenyum sombong.

“Sombong banget, heran gue.” Delima berkomentar.

“Kasihan banget tadi,” ungkap Chayra tak enak hati.

“Tenang aja Cha, urusan adik kelas itu serahin ke kita,” sahut Teresa.

“Kalau urusan Afgan, lo aja deh.” Imbuh Delima. Ketiganya tertawa lepas. “Tapi lo ingat, Afgan bukan cowok gentleman,”

Teresa menggeplak lengan Delima pelan. “Kenapa  gitu?”

“Ya... Soalnya dia nggak berani kasih ini ke Chayra langsung,” ucapnya sambil menunjuk bingkisan pemberian Afgan di atas meja Chayra.

Kecuali Namira yang tiba-tiba mengambil tas bingkisan di atas meja Chayra dan membuka isi di dalamnya.

“Eh, main ambil aja. Punya orang ini!” Teresa mengambilnya kembali lalu memberikan tas tersebut pada Chayra.

“Gapapa, buat kalian aja kalau mau,”
Namira tersenyum senang, di ambillah tas itu dan membuka isi di dalamnya.
“Coklat kacang isinya.”

EFEMERAL [ 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ]Where stories live. Discover now