5

560 40 507
                                    

"Sayang, kamu liat clutch bag aku nggak?"

Sadam mengernyit bingung. "Clutch bag apaan sih?" Istrinya itu bahkan belum sempat menjawab tapi pria tersebut sudah lebih dulu bersiul menggoda ketika menyadari penampilan istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sherinanya terlihat begitu cantik dalam balutan kain batik berwarna hijau army dan atasan berwarna putih.

"Apaa?" Sherina tertawa geli menanggapi. Perempuan itu menghampiri koper mereka. Setelah beberapa saat ia akhirnya menemukan tas tangan yang ia cari tersebut. "Mau komen apa soal baju akuu?" Katanya menghampiri suaminya itu.

"Apa ya?" Sadam melingkarkan kedua lengan ke pinggang ramping itu. Ia menggoda istrinya sambil pura-pura berkonsentrasi penuh menilai penampilan istrinya. "Nggak jadi deh." Katanya tiba-tiba berlalu sambil tertawa.

"Kok gituu." Sherina terdengar merajuk.

"Ya emang nggak ada yang perlu aku komen terus gimana?"

Perempuan itu bersedekap kesal ketika ia menghampiri suaminya. "Kamu bilangnya NGGAK JADI bukan NGGAK ADA. Berarti sebenernya ada yang mau kamu omongin dong."

Sadam tersenyum sambil tetap sibuk dengan sepatunya. Pria itu kemudian menghela nafas menatap Sherina yang kini duduk di sampingnya. "Bukan penampilan kamu yang salah, Neeng." Kata Sadam memainkan ujung rambut istrinya itu.

"Terus? Apa?"

"Niatku aja yang hampir berubah barusan."

"Maksudnya?"

"Yaa liat istri aku secantik dan seseksi ini aku tuh kayak jadi males aja buat dateng ke acara temen aku. Aku maunya kita di kamar aja." Sadam berbisik menggoda di kalimat terakhir.

Sherina mendorong wajah suaminya itu menjauh dengan telapak tangannya. "Dasar genit." Katanya membuat Sadam kembali terbahak.

"Nggak apa-apa kali genit sama istri sendiri." Sadam menjawab di sela tawanya. Mencoba peruntungannya, pria itu lantas menggerak-gerakkan alisnya dengan jenaka. "Gimana? ACC nggak nih tawaran aku?"

Sekali lagi Sherina mendorong wajah suaminya dengan gemas. "Kamu tuh ya. Udah ah, buruan pakai sepatunya. Nanti kita telat loh ini."

"Ya nggak apa-apa sih telat. Biar sekalian nggak usah dateng kita. Jadi kan.." Kalimat itu terhenti ketika tiba-tiba Sadam merasakan manis di bibirnya. Manis yang singkat karena Sherina terlebih dahulu menyelesaikan ciuman tersebut bahkan sebelum suaminya itu sempat membalasnya.

Tangan perempuan itu bergerak lembut di atas dada bidang suaminya. "Lebih cepat kita berangkat.." Menggoda dengan caranya. "Lebih cepat juga kita balik ke kamar kan?"

**********

"Akhirnya pengantin baru dateng juga."Angga Hardiyata tampak senang ketika ia memeluk Sadam yang menghampirinya di pelaminan. "Makasih ya, Dam."

"Sama-sama." Sadam tersenyum membalas temannya itu. "Eh kenalin, istri gue." Katanya memperkenalkan Sherina pada kedua mempelai itu.

"Hallo." Angga tersenyum membalas uluran tangan Sherina. Pria itu lantas memperkenalkan sang istri. " Eh, sorry banget ya gue kemaren nggak bisa dateng di nikahan lo." Katanya lagi. "Sibuk banget ngurusin acara gue sendiri."

"Iya, santai aja." Kata Sadam menepuk punggung temannya ringan. "Eh gue turun dulu kasian yang belakang antri." Kata Sadam mengisyaratkan antrian yang semakin mengular di belakang.

"Eh, foto dulu dong." Angga menahan temannya itu. "Buat kenang-kenangan."

Butuh beberapa saat sampai akhirnya mereka menyelesaikan sesi foto tersebut. Tapi saat Sadam sudah berpamitan hendak berlalu, lagi-lagi Angga menahannya.

Berhenti di Kamu 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora