Pernikahan Predator Bagian 1 (Predatory Marriage Terjemahan Indonesia)

Bab 54 - Hadiah yang Dikembalikan (2)

Cerdina terdiam saat dia terus menatap Blain dengan tercengang. Akhirnya, keheningan itu pecah setelah beberapa saat yang menegangkan.

"Tapi aku melakukan ini untukmu!" serunya, nadanya penuh kemarahan saat dia berbicara pada Blain.

Blain memilih untuk tidak menjawab, bahkan ketika dia mendengar nada bicara ibunya yang tajam. Dia lebih memilih diam daripada menanggapi ibunya.

Dia menganggap bijaksana untuk tidak memberi tahu ibunya tentang pandangan dan pemikirannya dalam setiap keputusannya—entah itu benar atau salah.

Cerdina menghela dadanya ke atas dan ke bawah saat dia menatap Blain dengan bingung. Nafasnya yang kasar malah mengisi kesunyian saat dia menunggu bantahan Blain.

Setelah beberapa saat, dia akhirnya cukup tenang untuk mengubah postur tubuhnya sekali lagi menjadi ratu yang agung. Mengabaikan kemarahannya yang tiba-tiba, dia memberi Blain senyuman anggun lagi, ekspresi palsu alih-alih apa yang sebenarnya dia rasakan.

Sebagai Ratu Estia, dia harus selalu menjadi gambaran sempurna dari keanggunan dan keindahan.

"Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, Blain." dia bersikeras dengan lembut. Blain hanya menyipitkan matanya ke arah Cerdina.

"Kalau begitu, aku akan mencoba mempercayaimu."

"Aku akan menjauh saat dia pulih, seperti yang kau inginkan, tapi tolong," dia kemudian tersenyum cerah pada Blain yang tidak menenangkan kegelisahan Blain, "Aku memintamu untuk tidak melampiaskannya padaku lain kali." Dia menghela nafas sebelum menuju ke tempat duduknya sekali lagi, melemparkan rubah bulu itu dengan frustrasi ke lantai, kontras dengan bagaimana sebelumnya dia menganggap bulu itu penting.

Dia menginjak-injaknya seperti kain perca di lantai.

"Mungkin ini saatnya aku berbicara dengan... orang-orang barbar itu." Cerdina berkata seolah itu adalah sesuatu yang menjijikkan, sebelum dia menatap Blain sekali lagi sambil tersenyum, "Maukah kau bergabung denganku untuk makan malam bersama mereka?" dia menggosokkan tumit sepatunya pada bulu itu, menyeka solnya dari kotoran.

Dia memperhatikan bulu yang berkerut di bawah kakinya dengan rasa geli, sebelum mengangkat pandangannya sekali lagi dengan senyuman penuh harap.

"Ibu harap kau bisa berburu rusa kali ini." dia berkomentar sambil menghela nafas sedih, "Aku muak dengan rubah. Lebih baik rusa jantan yang sehat dan agung."

Mata Blain semakin menyipit saat dia menatap ratu. Pertengkaran mereka tidak pernah berlangsung lama—akhirnya, dia mendapati dirinya menyetujui makan malam itu, dan bermain tepat di tangan Cerdina.

"Tentu saja, Ibu." dia menyindir singkat.

***

Leah bisa istirahat selama beberapa hari setelah dia muntah darah dan pingsan. Dia merasa cemas setiap kali memikirkan banyaknya pekerjaan yang ditunda. Namun, di sisi lain, ia juga senang karena tidak perlu lagi menghadiri konferensi tersebut.

Jika ini adalah hari biasa, dia akan mengalami kesulitan terseret ke dalam situasi tegang dengan Cerdina. Selain itu, terlepas dari muntah darahnya, Cerdina akan memerintahkannya untuk berdiri seperti boneka di ruang perjamuan untuk memenuhi tugasnya.

Meskipun demikian, hal itu akan terjadi jika bukan karena Blain yang melarang akses lebih jauh ke tempat tinggal sang putri saat dia sedang memulihkan diri.

Blain mengambil inisiatif untuk memberi tahu semua orang bahwa Leah tiba-tiba jatuh sakit. Ia juga memerintahkan agar tidak ada orang luar yang boleh memasuki istana. Untuk mencegah siapa pun menerobos masuk, dia bahkan menggandakan jumlah penjaga di sekitar istana kerajaan dan bahkan mengirim kusir untuk menjaga tempat tinggalnya.

Bahkan Cerdina yang terbiasa meremehkan perintah suaminya pun tak berani menentang Blain. Blain telah mengetahui fakta ini, jadi dia menekankan keunggulannya melawan Cerdina. Leah menganggap semuanya aneh, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. Dia membiarkannya begitu saja, mengira itu hanyalah salah satu tingkah Blain.

Saat dia beristirahat di istana selama beberapa hari, Byun Gyeongbaek dari Oberde mengiriminya karangan bunga mawar dan perhiasan dalam jumlah besar setiap hari.

Hadiahnya hanya mencerminkan kepribadiannya yang suka menarik perhatian.

Bagi Leah, pria itu sedang mencoba untuk mendapatkan kembali kebaikan hatinya, berharap Leah akan melupakan dosanya terhadap Leah. Leah merasa agak kagum bagaimana dia berusaha keras untuk membuat Leah memaafkannya dengan banyaknya hadiah yang dia kirimkan setiap hari.

Namun meski mengetahui hal ini, Leah tidak pernah berhasil membuka satu pun pun—Countess Melissa akan mengembalikannya ke pengirimnya. Leah bahkan tidak pernah bisa menerima satu pun untuk dilihat. Dia hanya diberitahu bahwa Byun Gyeongbaek mengirimkan hadiah.

Ketika ditanya mengapa dia mengirimkannya kembali, Countess Melissa hanya mengangkat bahu.

"Buketnya terlalu besar. Saya bahkan berpikir lebih baik mengubahnya menjadi pupuk sebelum mengirimkannya kembali," jawabnya angkuh, dan Leah terkikik.

"Bagus. Silakan lakukan itu dengan hadiah lainnya." Leah memuji, dan Melissa mengangguk.

"Tentu saja! Dan untuk besok, Tuan Putri..." dia terdiam, matanya bergerak ke samping dengan gugup sebelum merendahkan suaranya, waspada terhadap kesibukan pelayan di sekitar mereka, "Ratu telah meminta kehadiran Anda. Sepertinya dia akan makan siang bersama Raja Kurkan."

*****