"Hah?! Seratus juta?!"
Gadis berambut kuncir kuda itu melongo melihat selembar cek di hadapannya. Bahkan tangannya gemetar saking terkejut mendapat hadiah bak durian runtuh langsung di depan wajahnya.
"Tante gak salah?!"
"Seratus juta loh, Tan!"
"Ini banyak banget! Gue bisa kaya mendadak!" Pekiknya senang.
Wanita berusia empat puluh lima tahun itu tersenyum puas, "Kalau kurang, kamu bisa sebutkan berapa uang yang kamu mau."
Tak tanggung-tanggung, bahkan matanya nyaris keluar mendengar tawaran menggiurkan. Ayolah, siapa yang tidak tergoda dengan uang seratus juta secara cuma-cuma.
Eh, tidak-tidak! Tidak cuma-cuma, karena gadis itu harus melakukan suatu hal untuk mendapatkan uang tersebut.
"Tapi, Tante yakin ngasih aku uang segini banyaknya?" Ucap si gadis menimang-nimang kertas cek tersebut.
Wanita yang kini duduk menyilangkan kaki menatap dengan sorot remeh, "Asal kamu memenuhi persyaratan yang saya ajukan. Berapapun uang yang kamu minta, akan ada di hadapan mu."
Gadis muda tersebut menganggukkan kepala paham. Dirinya memang butuh uang untuk bekal setelah lulus SMA. Ia ingin masuk sebuah universitas ternama di kota ini. Tentunya butuh banyak uang.
Mengandalkan Papa dan Mamanya yang sudah menikah lagi, tentu akan sangat merepotkan. Apalagi semenjak kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, ia merasa asing dan ada jarak diantara mereka. Padahal ia adalah anak kandung, tapi tetap saja rasanya tidak nyaman.
"Bagaimana?" Tanya wanita itu sekali lagi.
"Saya tau kamu pasti menginginkan untuk masuk universitas impian bukan? Uang itu bisa kamu gunakan untuk berkuliah, atau kamu bisa membuka bisnis baru. Ya, anggap saja seperti itu."
"Tapi, Tante yakin cara ini hanya jalan satu-satunya?"
"Ya. Karena setelah ini, saya dan keluarga akan pindah ke luar negeri."
"Apa?! Luar negeri?!"
"Saya akan memasukkan Mahendra ke Universitas terbaik di Amerika. Dan selama kamu masih menjadi bayang-bayang anak saya, Mahendra merasa sulit meninggalkan Indonesia. Terlebih meninggalkan kekasihnya, dirimu." Wanita itu menekankan suaranya di kata terakhir.
"Tapi Tante,--"
"Saya harap kamu mengerti. Masa depan Mahendra masih panjang. Saya tidak ingin, hubungan cinta monyet kalian membuat Mahendra tidak fokus mengeyam pendidikan."
Gadis itu terdiam, pikirannya berkelana jauh. Entah apa yang harus dia lakukan. Ia memang senang mendapat uang, tapi sebagai gantinya Mama Mahendra memintanya untuk menjauhi Mahendra, kekasihnya sendiri.
"Apa Tante tidak mau saya berhubungan lagi dengan Mahendra suatu saat nanti?"
"Ya."
Pikirannya kacau, perasaannya gelisah. Jika di tanya apakah ia menyukai Mahendra, jelas ia suka. Tapi, perkataan Mama Mahendra menjelaskan jika wanita paruh baya itu sepertinya tidak menyukai dirinya sebagai kekasih putranya.
"Jauhi anak saya, berapa pun yang kamu minta akan saya berikan."
"Saya tunggu jawabannya nanti malam, saya harap jawaban kamu adalah jawaban yang memuaskan." Tutup wanita bergaya modis itu meninggalkan si gadis sendirian di dalam cafe.
***
"Pagi Re!"
"Pagi."
"Gue mau bikin teh nih, lo nitip gak?" Ujar gadis muda yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Seratus Juta
HumorReina Maheswari, gadis SMA yang rela menjual mantan pacarnya demi uang seratus juta. Namun, siapa sangka jika mantan seratus jutanya telah kembali dan menjadi bosnya sendiri?! Hell No! Dunia indah Reina akan menjadi sengsara. Reina harus segera me...